55.

4.4K 334 42
                                    

RESEPSI Pernikahan sesi kedua akan dilaksanakan nanti malam mulai pukul tujuh.

Semua tamu undangan dari sisi keluarga dua mempelai yang tadi hadir di upacara akad dan resepsi sesi pertama sudah kembali ke hotel yang telah disediakan oleh pemilik acara

Hera yang saat ini sedang sibuk di dandani hanya melirik Alan dari celah pintu kamar saat laki-laki itu mengobrol dengan para orang tua di kamar sebelah.

tadi, setelah kegiatan kedua pengantin terpaksa harus terhenti. Kedua kamar dengan pintu penghubung itu di buka lebar-lebar atas perintah lydia.

perempuan paruh baya itu bahkan sempat mengomel habis-habisan saat ia tau apa yang sedang kedua anaknya itu lakukan, meskipun Alan maupun Hera sebenarnya tidak mengatakan apapun

lydia sampai memperingatkan pengantin baru itu untuk menahan sebentar keinginan mereka sampai upacara pernikahan selesai dilakukan atau semuanya akan berantakan.

Pernikahan Alan dan Hera akhirnya hari ini di langsungkan di sebuah Hotel berbintang dengan dua ribu tamu undangan yang di bagi menjadi dua sesi.

Sesi pertama di jam empat sampai enam sore dan sesi kedua di jam tujuh hingga sembilan malam.

Sengaja acara resepsi di beri jarak agar kedua mempela dapat menghela nafas dan tidak terlalu capek, berhubung Alan dan Hera harus menerima ribuan tamu undangan.

Upacara pedang pora pada saat resepsi tahap pertama juga telah di laksanakan.

Untuk tema resepsi malam hari ini mereka kembali mengambil tema modern klasik.

Alan dan hera memang tidak mengusung adat untuk tema pernikahan mereka mengingat Alan adalah darah campuran. Begitu pula dengan Hera. Jadi keluarga sepakat menggunakan tema modern saja.

Gaun putih dengan ekor panjang dilengkapi dengan aksesoris mahkota mutiara sederhana menghiasi ramput hera yang tertata rapi, membuat tema gaya klasik pernikahan itu semakin ketara.

"Cantik banget istri orang" Cletuk amira di sambut senyuman oleh hera.

"Mau di ambilin makan enggak ? Nanti kan harus berdiri lama lagi" tanya amira,

"Udah kenyang banget mbak, tadi udah di bawain nasi sama komandan"

"Kok komandan sih ra, panggil mas dong." Ujar Amira sembari merapikan rambut hera yang sedang dikerjakan oleh tim penata rias. "Jangan sampai orang lain mikirnya kamu di paksa menikah kalau mereka denger kamu manggil suamimu sendiri kaya gitu"

"Kebiasaan" jawab hera tanpa mau repot mencari alasan.

"Ya di ubah dong ra kebiasaannya. Bener kata mbak mu, nggak enak kalau orang lain denger kamu masih manggil Alan pakai sebutan jabatan begitu"

"Iya mama" 

Lydia mengangguk puas, wanita paruh baya yang masih ayu meskipun sudah tidak muda lagi itu kini bersiap untuk meninggalkan ruangan setelah penata rias menyelesaikan sentuhan terahir pada pakaiannya.

"Tante lyd sama mba Amira ikut saya duluan ke depan ya, tamu undangan udah mulai pada dateng" Ucap hana yang diangguki oleh keduanya.

"Mama keluar dulu" Lydia mengusap lengan Hera untuk berpamitan, di ikuti oleh Amira.

Sepeninggalan para orang tua, Alan yang kini hanya sendirian di kamar sebelah akhirnya menyusul Hera ke tempat perempuan itu di rias.

Mereka masih memiliki waktu lima belas menit untuk menyelesaikan persiapan sebelum kembali ke pelaminan.

"Masih ada yang kurang nyaman enggak mbak ?" 

"Udah deh kayaknya" hera memperhatikan detil penataan rambut dan riasan di wajahnya.

BreakupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang