ALAN tengan menonton TV sendirian di ruang tengah saat hera baru saja selesai bersiap untuk menikmati malam terakhir mereka di manado sebelum nanti malam mereka harus kembali melanjutkan perjalanan ke makasar.
"Kenapa ngeliatnya begitu banget sih ndan" ucap hera, karena mendapati Alan yang terlihat senyum-senyum sendiri saat melihat kedatangannya.
"Cantik" ucap alan apa adanya. "Biasanya saya ngeliat kamu pakai seragam kerja , tapi sekarang saya jadi bisa liat kamu pakai pakaian kasual begini. "Saya suka" ucapnya memuji.
"Halah, bisaan. Emang ada bedanya saya pakai seragam atau pakaian biasa. Kan sama - sama pakai baju" hera melirik Alan yang masih memperhatikannya.
"Iya, sama. Saya jadi pengen cepet - cepet liat kamu enggak pakai baju. Pasti beda banget" jawab Alan jail, membuat hera tersedak air yang baru saja diminumnya.
"Astaghfirullah ndan. Nyebut dong. Ih!, istighfar" hera melemparkan bantal yang ada di sampinhnya yang dengan sigap di tangkap oleh Alan
"Masih jaman banget ya pacaran pakai lempar - lemparan bantal begini" ucap Alan tidak nyambung. Emang dasar Alan ini ya. Suka nyeleneh.
Hera ngomong apa di jawab apa. Kadang suka bikin hera geleng-geleng kepala, hera hanya tidak menyangka jika Alan suka punya pikiran kotor dan absurd seperti itu terhadapnya.
Tapi ya namanya laki-laki pasti kan ya pikirannya suka aneh-aneh aja. Ck.
"Gini nih, kalau ngobrol sama duda perjaka, suka kemana - mana ngomongnya" hera meninggalkan Alan yang malah tertawa melihat hera yang terlihat salah tingkah
"Kan perjakanya saya simpen buat kamu ra. Masa kamu enggak merasa tersanjung sih ?" Lanjutnya ngelantur.
"Hilih, kaya dukun aja bisa ngeliat masa depan"
"Jelas bisa lah, apalagi saya tau kalau jodoh saya itu kamu. Saya tahan tahanin udah" jawab alan dengan nada jail dan sisa tawanya yang membuat hera semakin salah tingkah.
"Bisaan!"
"Loh, bener. Saya ini enggak bercanda loh ra."
"Hem, suka-suka komandan lah. Ini jadi pergi apa enggak sih?. malah bahas dukun segala" Ucap hera sembari membawa gelas bekas air minumnya ke wastafel untuk di cuci
"Yang bahas dukun siapa coba ? Kan kamu" jawab alan masih dengan nada jahilnya, yang akhirnya membuat hera jengah.
"Udah ah, males. Enggak jadi pergi. Mau tidur aja" hera mengeringkan tangannya kemudian kembali hendak masuk ke dalan kamar sebelum alan mencegahnya.
"Iya, iya maaf" Alan menarik hera dengan lembut ke dalam pelukannya. "Saya cuma pengen kamu tau kalau saya sudah jatuh sama kamu ra." Alan menelan salifanya. Sudah lama rasanya ia ingin sekali memeluk hera seperti ini. "Saya cuma pengen kamu cuma perlu lihat saya ke depannya. Enggak usah mencari tau apapun mengenai masa lalu saya. Karena disana tidak ada kamu. Kamu hanya perlu melihat saya kedepan. Hanya ada kita berdua" ujar Alan, melembutkan suaranya. Matanya menatap tepat di kedua bola mata Hera yang tampak kesal karena ulahnya tadi.
"Maaf ya, saya baru menemukan kamu sekarang." Alan semakin mengeratkan pelukannya di tubuh hera, hal yang paling di inginkannya untuk ia lakukan setiap saat ketika ia ingin. Seperti hari ini.
"Mas mau di masa depan cuma ada kita berdua, ra. Tolong ingat ucapan mas ini" Alan berucap pelan tepat di samping telinga Hera, kedua lengannya memeluk hera denhan erat."kamu mau kan, kita setiap hari bisa seperti ini ?"
Hera belum juga membalas pelukan Alan, Namun, tubuhnya tegang tergugu dalam kungkungan tubuh tinggi tegap pria yang notabene adalah atasannya itu. Matanya terpejam dengan bibir tergigit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breakup
ChickLitLetnan Hera tidak pernah menyangka jika kepindahannya ke Iswahjudi akan mempertemukannya dengan sosok laki-laki yang ternyata mirip dengannya. -- Menikah dengan seseorang yang menjadi atasannya karena kebetulan memiliki visi dan misi yang sama tidak...