Empat Belas : Rave

358 32 0
                                    

Tahun ajaran baru juga menjadi awalan yang baru bagi tokoh-tokoh di cerita ini. Sayang beribu sayang mereka berlima tidak lagi satu kelas. Amanda, Ashel dan Freya masuk ke XI-1 sedangkan Adel dan Flora masuk ke XI-2 bersama dengan Azizi. Di SMA Cahaya Bangsa, setiap kelas terdiri dari 5 kelas (1 sampai 5) .

Flora dan Freya masih setia dengan kegiatan OSISnya, Freya bahkan mengambil kelas khusus untuk berlatih design dengan teman barunya yang dia kenal di OSIS agar bisa makin maksimal menjadi bagian humas dan jurnalisitk. Nama teman barunya adalah Fion Alvarro Tanta, dulu di kelas X-3 sekarang di XI-1. Flora sendiri dengan ketegasannya menjadi salahsatu rising star di Departemen Keamanan.

Amanda yang masih sibuk dengan part time dan kewajibannya menjaga nilai agar tetap bagus, memutuskan untuk menjadi additional dari band Qaws saja, dia tidak berani berkomitmen dulu untuk sering-sering latihan, sangat disayangkan memang tapi semua memaklumi. Tidak disangka Azizi malah makin semangat berlatih bermain piano dan menjadi pianist tetap dari band Qaws, bukti dari kerja keras bisa mengatasi bakatnya yang ecek-ecek itu di bidang musik. 

Dance Crew Ashel makin terkenal, setelah mereka berinisiatif mulai mengupload video-video latihan dan perfom mereka ke Youtube, subscribernya memang belum ada 10ribu, tapi fame yang di dapatkan lumayan bagus, mereka jadi sering diundang untuk event-event di luar sekolah. Sebuah awalan yang baik, sayangnya 2 ace mereka saat ini berada di tahun terakhir. Ashel sendiri sempat kewalahan ketika ujian kenaikan kelas karena kesibukannya berada di Dance Crew, peringkatnya sempat merosot meskipun masih 10 besar, tapi tak apa if you gain something you will lose something.

Lalu bagaimana kabar Reva Adelia?

---

"Sebelumnya apakah pernah pingsan mendadak Pak?" tanya Dokter Lidya kepada Sandy, Ayah Adel. Saat ini mereka sedang kontrol bulanan, momennya ketika libur panjang kenaikan kelas.

"Pernah Bu Dokter, waktu itu anak saya kecapaian, mimisan lalu pingsan" jelasnya.

Dokter Lidya menghela nafas berat "Ada baiknya memang Dek Adel tidak banyak melakukan kegiatan berlebihan dulu Pak. Apa dek adel masih aktif main badminton?" tanya Dokter Lidya.

Adel mengangguk sebagai jawaban. Bahkan belum lama ini dia menjuarai turnamen walikota daerahnya, bukan juara pertama sih. Runner-up tapi itu jelas membanggakan.

"Ada baiknya, dek Adel fokus pada pengobatan dan banyak-banyak istirahat dulu, tidak ada salahnya berhenti dulu bermain badmintonnya" Dokter Lidya memberi nasehat kepada Adel.

"Saya ngga mau berhenti dok, cuma di bidang ini saya berprestasi, saya ngga mau pergi tanpa ngasih kebanggaan apa-apa ke keluarga saya" ucap Adel lirih.

Ayah Adel terhenyak, dia refleks memeluk putri satu-satunya itu.
"Reva, kamu ngga boleh ngomong kayak gitu, umur itu urusan Allah. Tugas kita manusia itu ikhtiar (usaha), jangan nyerah sama keadaaan, kalau selesai pengobatan kan, masih bisa main badminton lagi nanti-nanti"

Adel hanya tertunduk, tidak menjawab apa-apa.

"Yasudah, terkait itu bisa dibahas lagi nanti, sekarang intinya saya harap Dek Adel lebih menghargai dirinya sendiri, istirahat itu bukan berarti kamu kalah sama keadaan, tapi artinya kamu paham batasan diri kamu tapi kamu tetap bakal bisa melangkah setelah istirahatmu selesai" Ucap Dokter Lidya menenangkan. Selepas itu mereka pamit.

Adel dan Ayahnya setelah keluar dari ruangan dokter, mencari tempat duduk dan mengantri di ruang Farmasi, menunggu stok obat Adel untuk satu bulan ke depan. Tidak ada perkataan apa-apa diantara mereka, hanya ayah adel mengelus-elus punggungnya dengan penuh perasaan.

---

"Kak Shine lagi ngapain disini?" ucap Adel tak sengaja bertatapan dengan orang yang dikenalnya ketika SMP dulu.

Two Years (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang