Empat Puluh Empat : Elapsed (4)

262 22 0
                                    

1 Tahun 5 bulan sejak kejadian itu

Shine saat ini berbisik kepada Adel, meminta Izin akan sesuatu. Shine menggunakan jas, kemeja putih dan Kopiah hitamnya, di jari manisnya ada Cincin perak bertengger dengan manis. Shine terlihat begitu tampan.

Gracia di samping Shine menangis haru, lalu membisikkan sesuatu juga kepada Adel. Orang tua Shine yang juga hadir saat itu hanya bisa tersenyum, tidak menyangka Anaknya berani mengambil keputusan besar ini disaat bahkan dia belum lulus kuliah.

Oniel pun memeluk Shine menguatkan.
"Kalau ini yang terbaik, gue akan selalu izinin Shine"
Shine hanya mengangguk sebagai jawaban.

Shine pun lalu menyalami kedua orang tua Adel bergantian, sembari berterimakasih.
"Kalau Adel bangun, kami rasa dia juga akan setuju"
Shine lagi-lagi hanya bisa mengangguk.

Feni dan Shika menatap Adel dengan lekat, mereka saat itu hadir juga karena diminta Shine. Tidak menyangka takdir percintaan mereka begitu getir. Feni ingat bagaimana Shine selalu membanggakan boneka kuningnya kepada Feni. Shika yang ada disitu juga ingat, bagaimana Shine selalu meminta live report Adel selama latihan yang kadang membuat dia jengkel, kenapa tidak tanya langsung saja sih.

---

"Kalau aku ada diposisi Adel, apa kamu bakal ngelakuin apa yang Kak Shine lakuin?" Ashel bertanya kepada Christian, sore ite mereka ada di kantin rumah sakit.

"Entah lah Shel, yang jelas sekarang aku lagi belajar ini sama Aji" ucap Christian sembari menunjukan buku ungu dengan judul Tata Cara Shalat.

"Kamu udah bilang Mamah kamu?" tanya Ashel.
"Belum tapi kak Shika tau dan dia dukung-dukung aja" ucap Christian.

"Nanti kalau kamu udah siap bilang mamah, dan kamu rasa udah siap serius sama aku entah kapan, tolong ajak aku ketemu beliau ya" pinta Ashel.


"Arsha?"


"Ngapain bawa-bawa nama dia" ucap Ashel sewot.


"Hehehe, maaf. Berarti kamu udah jatuh jauh banget ke aku nih?" goda Chrstian,


"Apaaan sih njellll" Ashel tidak menjawab tapi malah menyuapkan makanannya ke christian, agar dia tidak banyak bicara. Malu.


"Btw, kamu serius sama Nazar kamu?" Christian sedang memandangi Ashel dengan tampilan barunya.


"Iya, nazar kan bentuk keseriusan kita berdoa ke Tuhan njel" ucap Ashel tegas "Kamu ngga suka ya rambutku terlalu pendek gini?"


Ya, Nazar Ashel adalah untuk memotong pendek rambutnya sepanjang rambut Adel dan Amanda, bondol gitu deh, sampai kedua sahabatnya siuman. Padahal orang-orang terdekatnya sangat paham, bahwa Ashel begitu bangga dengan rambut panjangnya yang terurai indah.


"Suka kok, kamu botak aku juga tetap suka"


"Heleh"


---


"Bentar lagi UAS ya, kamu udah tau mau lanjut kuliah dimana Flo?" tanya Freya "Ga mungkin beneran ke jepang kan?"


"Mmmm, aku nyoba-nyoba daftar sih" ucap Flora tanpa memindahkan matanya dari buku latihan soal.


"Kalau keterima kita bakal LDR dong" Freya cemberut, dia menutup buku yang sedang ia pelajari dengan kasar.


Flora tersenyum melihat tingkah Freya, lalu dia mengecup dahi gadis yang sedang ngambek itu.
"Sengaja jauh, biar kita ga makin macem-macem" ucap Flora tegas.

"Macem-macem apa sih Flo?" Freya memutar matanya malas, rasa-rasanya tidak ada yang beda dengan hubungan mereka dari sebelumnya.


"Heh, siapa ya yang kemarin kebawa suasana pas nonton Kaze Tachinu terus ngerebut first kiss aku?" ucap Flora gemas sambil mencubit pipi Freya.


"Kecup doang, ga dihitung" ucap Freya sambil memeletkan lidahnya.


"Ih, dihitung Fureyaaa, my first kiss ituuu" Flora cemberut.


"Engga" Tegas Freya, lantas ia memegang pipi Flora dan mulai menciumnya sedikit lebih lama. Flora hanya melotot tanpa melawan, diam-diam juga meresapi bibir Freya.


"Our first kiss" ucap Freya setelah melepas pagutannya.


"And last!" tegas Flora galak, nafasnya tak beraturan,
berusaha menetralkan rasa lain yang bergemuruh di hatinya.


"Iya, iyaaa" Freya hanya tersenyum.


"Kamu sendiri nanti mau lanjut kuliah dimana Fre?" Flora kembali mengarahkan pembahasan ke arah yang benar, agar tidak makin menjurus.


"UNY atau UGM kayaknya" Freya berfikir.


"Oh sekalian tinggal sama Mbah?"


"Engga, ngekos lah, ntar ngga punya privasi hehe, kalau ga ada duit baru ke Mbah"


"Pinter juga kamu, jurusan apa rencananya?"


"Psikologi atau ngga Sasing kayaknya"


"Psikologi sih aku ga heran, tapi sasing? bukannya kamu lebih kek jepang-jepangan?"

"Hehehe, aku suka jepang sebagai hobi, ngga segitunya sampe mau dijadiin karir kayak kamu, nanti pusing"


"Hehehe, aku mah emang sewibu ituh" ucap Flora bangga. Freya hanya memandangnya dengan gemas.


"Kamu di Jepang mau ambil jurusan apa?" Freya balik bertanya.

"Sasjep" ucap Flora santai.


"Itu sangar sih, emang bunda bolehin?"


"Boleh dong" ucap Flora yang setelah berbulan-bulan meyakinkan bundanya dibantu oleh Mira kakaknya.


"Aku selalu doain yang terbaik buat kamu" ucap Freya lalu mengecup dahi Flora.
Flora pun tersenyum, lantas balas mengecup dahi Freya.

"Bukan cuma terbaik buat aku, tapi buat kita, termasuk Adel dan Amanda"


"Aamiiin"


つづく








Shine, tega-teganya kamu
























btw, freflo-nya dibuat karam atau keras menerjang karang norma-norma di indonesia? wkwk.

Two Years (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang