Tiga Puluh Tujuh : Closing

271 26 1
                                    


Siang itu anak-anak SMA Cahaya bangsa sudah bubar dari kelasnya masing-masing, 3 siswi sedang menunggu jemputan mobil milik salahsatu dari mereka. Wajah mereka sulit ditebak, ada ekspresi sedih, rindu dan khawatir menjadi satu, ya dikarenakan sebentar lagi mereka akan berkunjung sekaligus menemani sahabat mereka untuk operasi. Sedangkan Amanda sudah pamit terlebih dahulu karena tetap harus ke kafe dulu sebentar untuk membantu-bantu sebelum izin ke rumah sakit.
Amanda membelah jakarta dengan motor beatnya, sampai akhirnya tiba di kafe tempat ia bekerja, ia lekas ke belakang untuk memakai apron dan membantu persiapan di belakang. Dia membantu food prep mulai dari memotong-motong, menuang-nuang,menggoreng-goreng. Mengerjakan yang bisa ia kerjakan. Tanpa terasa sudah jam 3 lewat, Amanda sudah bermandi peluh, kerjaannya juga tinggal sedikit lagi, sampai tiba-tiba dia mendengar teriakan-teriakan dari luar kafenya.
"Apaan tuh?"
---
"Adellll" Freya dan Flora refleks memeluk Adel yang saat ini masih di ruang rawat inapnya.
"Flo, Fre, aaaa kangen banget gue" Adel memeluk erat Freya dan Flora, yang entah mulai kapan ternyata sedang terisak. Gambaran yang diceritakan Ashel ternyata tidak dibuat-buat Adel yang paling macho diantara mereka berlima saat ini sedang terlihat lemah sekali.
"Kenapa deh, tiap kesini pada nangisss" ucap Adel dengan nada menyebalkan.
"Gimana ga nangis, bodyguard aku, ga berotot lagii" ucap Flora dengan nada merajuk.
"Hahaha enak aja Flo" ucap Adel sembari mencubit gemas pipi Flora.
"Jangan cubit-cubit emangnya kue" ucap Freya sembari menyentil dahi Adel pelaaan sekali, niatnya untuk bercanda.
"Aku di gate keep banget nih?" Flora menaikkan alisnya dengan nada menggoda.Sedangkan Freya hanya memeletkan lidahnya.
Adel melihat interaksi Flora dan Freya yang menggemaskan hanya bisa tersenyum, sungguh dia merindukan sahabat-sahabatnya.

"Assalamualaikum" Shine perlahan masuk sembari membawa sebuah paper bag.
"Waalaikumsalam" jawab keempat gadis itu serempak.
"Wah rame bangettt" ucap Shine dengan mata berbinar.
"Iya dong kak, kitakan support systemnya si dudul" ucap Ashel sembari berkecak pinggang.
"Hehehe, kalau kalian support system, kakak apa dong?" ucap Shine setelah meletakkan paper bagnya di nakas, sebelah tempat tidur Adel.
"Mmm, S-soulmate?" ucap Freya ragu.
"I hope so" ucap Shine sembari mengelus rambut Adel lembut.
"Ahhh udah, udah ngga kuat akuu sama kegemesan kalian" ucap Ashel sembari menarik Shine untuk duduk.
"Kak Shine bawa makanan?" ucap Adel sembari megambil paper bag yang tadi Shine bawa.
"Bukan, buka dong, buat kamu biar semangat operasinya" Shine membalas perkataan Adel. Setelah dibuka ternyata isi paper bag adalah sebuah miniatur sepeda Jay Jo dari Manhwa Windbreaker.
"Pasti tau aku suka baca windbreaker dari Kak Oniel?" ucap Adel dengan nada menyelidik.
"Hahaha engga, kamu kan sering banget bilang kalau crush kamu si Jay, kakak mah apa atuh" ucap Shine dengan nada cemburu.
"Eh jangan cemburu, crush 2D emang Jay, tapi Crush 3D cuma ka- eh ga jadi" ucap Adel menutup mukanya dengan paper bag yang tadi Shine bawa.

"Lupa banget ada kita apa yak disini" celetuk Ashel yang dipelototi Freya dan Flora seolah-olah mata mereka kompak berkata.'ganggu aja'.
Shine hanya terkekeh tanpa menanggapi komentar Ashel.
"Sengaja aku kasih miniaturnya, nanti kalau kamu udah sembuh kita sepedaan bareng ya, kayak dulu" ucap Shine lembut. Adel hanya mengangguk haru, berusaha sekali menahan air matanya.
"Kita boleh ikut kak?" ucap Flora polos.
"Boleh, nanti kita balapan, yang kalah boleh ngelitikin Ashel sampe nangis" bukan Shine tapi Adel yang menjawab, yang dibalas tertawaan oleh teman-temannya, kecuali Ashel yang mendelik galak.

"Btw, Amanda kok belum dateng ya, udah mau jam empat?" tanya Adel, sebentar lagi dia akan dipindahkan untuk persiapan operasi, dia ingin melihat wajah semua sahabatnya sebelum itu terjadi.
"Iya, kemana ya dia?" Ashel bertanya heran.
---
"Anjing, pada ngapain sih mereka!" Amanda berseru kesal saat melihat ada belasan oknum berpakaian ormas yang sedang berteriak-teriak membawa balok-balok kayu, mengancam untuk merubuhkan tempat ini. Masih ada beberapa pelanggan di dalam yang ketakutan.
Ghaida sendiri saat ini sudah menghubungi polisi, dan menunggu mereka datang. Jujur dia juga takut, tidak disangka para preman ini nekat untuk menyerang langsung secara fisik.
"Amanda ini pelanggan, coba kamu bawa ke dalam, takutnya kenapa-kenapa" baru saja berkata seperti itu tiba-tiba.

PRANG!!!!

Suara kaca kafe pecah di lempar batu besar, untungnya tidak ada yang duduk di depan situ. Security dan karyawan laki-laki yang berjaga di depan ternyata sudah terlibat baku hantam dengan para preman-preman itu, termasuk suami Ghaida. Kalah jumlah, sebagaian preman sudah berhasil menyeruak ke dalam, untuk menendang dan menghancurkan meja kursi, dan semua yang bisa mereka lihat, menebar teror untuk semua yang ada disana.
"Amanda masuk, bawa pelanggan, buruan masuk!" ucap Ghaida sembari meminta Amanda masuk ke dalam, untuk menunggu bantuan dari polisi yang katanya sedang dalam perjalan. Ghaida yang posisinya sedang membelakangi preman-preman itu tidak sadar bahwa ada Balok kayu terlempar ke arahnya. Amanda refleks berlari dan mendorong Ghaida keras dan semuanya berubah hitam.










Kepalanya pusing
Terasa berat sekali.
Basah darah segar mengalir dari sana.
Telinganya berdengung, terdengar suara-suara, bising.
"Amanda, bangun Manda"
"Anjing, niatnya cuma ngancem, kenapa sampe bunuh orang, bubar bubar"
"Elu, maen lempar-lempar aja bangsat"
"Anjing kalo kenapa-kenapa gue ga ikut-ikutan"
Perlahan-lahan suara itu mulai melemah dan hilang, hanya sayup-sayup terdengar

Dan bila jiwaku lelah
Di dalam susah sukarnya
Ku rindu rumah Bapa t'rang
Di mana aku dapat s'nang.

つづく

Two Years (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang