Amanda kaget ketika netranya menerima cahaya lagi setelah sekian lamanya, wajah haru Ashel yang menyambutnya, selepas itu dokter dan perawat yang berjaga langsung berhambur mendekat dan memeriksanya, begitu pula dengan Adel, wajah Abangnya yang sedang menangis haru menyambut netranya. Adel hanya tersenyum tipis sekali, wajah laki-laki yang begitu ia rindukan.
Ketika para dokter dan perawat sibuk memeriksa Adel dan Amanda, Ashel keluar untuk menghubungi semua kawan-kawannya, memberitakan kabar gembira ini.
Sore itu kamar rawat inap Adel dan Amanda terlihat begitu ramai, banyak yang berbondong-bondong untuk menjenguknya, bahkan Jessi dan Olla yang baru pulang dari kampusnya, langsung bergegas meminta supir mereka untuk mengantar ke RS Assyifa tempat sahabat semasa SMP mereka di rawat.
"Sssttt, jangan pada ribut ih" Freya meletakkan telunjuk pada bibirnya, memberi komando agar orang-orang disitu bisa lebih tenang, meskipun euforia kebahagiaannya sangat terasa, namun sangat tidak patut berisik di rumah sakit.
"Udah dong Shel, basah semua ini" Amanda mengelus halus rambut Ashel yang menangis di sisi ranjangnya. Rambut pendek Ashel terlihat ternyata terlihat cocok menurut Amanda. Seluruh badannya masih lemas, dan susah digerakkan, namun gerakan-gerakan sederhana sudah bisa dia lakukan.
"Ditinggal sebentar doang, kok nangis terus sih Shel, cengeng" Ledek Adel. Teman-temannya saling pandang heran, apakah Adel dan Amanda belum diinfokan berapa lama mereka terlelap.
Seakan mengerti dengan kondisi canggung teman-temannya, Ashel lalu mengalihkan pembicaraan.
"Del, Mand, gue sama Enjel udah jadian loh hehe" Ashel tersenyum dalam isak harunya. Sedangkan Christian hanya tersenyum halus pada kedua gadis yang sedang terbaring bersebelahan itu.Adel dan Amanda tersenyum lemah, ikut bahagia mendengar hal itu. Sebenarnya mereka berdua menyadari, rasa-rasanya perubahan fisik teman-temannya meskipun tidak kentara, membuat mereka berfikir bahwa mereka terlelap cukup lama, tapi mereka berdua menelan rasa penasaran itu sendiri-sendiri, sembari menunggu konfirmasi resmi.
Dokter memang berkata bahwa, lebih cepet lebih baik diinfokan sudah berapa lama mereka terlelap, namun saat ini masih menunggu orang tua Adel yang masih dalam perjalanan menuju kesini, Oniel yang waktu itu berjaga saat dokter melakukan pemerikasaan juga setuju. Sedangkan untuk Amanda, lebih baik menunggu Ghaida, selaku wali tidak langsungnya selama dia dirawat.
Pintu pun terbuka, memperlihatkan Ibu Adel dan Ghaida bersama Lia yang masuk bersamaan, Ayah Adel masih dalam perjalanan pulang dari urusan bisnisnya, semua rapat dia batalkan demi melihat anak gadisnya yang baru saja bangun dari tidur panjangnya.
"ADELLLL"
"AMANDAAA"
Teriak mereka kompak, Ibu Adel langsung bercucur airmata memeluk erat anak gadisnya, dia mengecup-ngecup dahi Adel sembari mengucap hamdalah, Adel mau tak mau ikut terharu dan perlahan menangis, jujur dia sangat rindu dengan sosok yang sedang memeluknya saat ini, rasanya lama sekali.
Ghaida dan Lia pun memeluk erat Amanda yang masih terbaring lemas, airmata mereka berdua menetes terus menerus, mengucap syukur pada yang di atas dikarenakan akhirnya Amanda sadar setelah sekian lama. Ingus Lia sampai melebar kemana-kemana. Amanda tersenyum tipis penuh haru melihat tingkah bos dan rekan kerjanya itu.
Tiba-tiba pintu terbuka lagi, kali ini Gita yang hadir bersama dengan Dhea yang sedang perutnya sedikit mengembung.
"Amanda, ya Allah, Alhamdulillah akhirnya elu sadar" Gita tanpa sadar langsung menghambur dan memeluk Amanda, tidak menyadari wajah Dhea yang sedikit tertekuk.
"Kangen boleh, tapi jangan peluk yang bukan muhrim di depan istrinya dong" ucap Dhea ketus, ke arah Gita. Gita hanya salah tingkah lalu ber-hehe sambil menggaruk-garuk kepalanya.
"Loh, Kak Dey sama Bang GIta udah?" ucap Amanda dengan suara lemah namun nadanya excited.
"Udah beberapa bulan lalu Mand, nih udah tokcer" Gita menjawab sembari mengelus perut Dhea.
"Duhhh, aku bangun-bangun punya Adik baru" Amanda berkata penuh antusias "mau elus" tambahnya lagi.
Dhea tersenyum, meskipun cemburu dia tidak pernah membenci Amanda, Dhea sangat menyayanginya malah.
"Sini-sini peluk Onti Amanda" alih-alih mengelus, Dhea sedikit membungkukan tubuhnya dan memeluk Amanda erat, tanpa sadar airmatanya menetes "Akhirnya kamu bangun juga, Alhamdulillah".
Amanda tersenyum memeluk Dhea erat.
---
Saat ini sebagian besar yang menengok Amanda sudah pulang, menyisakan Freya, Ashel, Ghaida, Oniel dan Ibu Adel saja di ruangan tersebut.
"Aku belum liat Kak Shine dari tadi" tanya Adel sembari menelan bubur yang sangat halus, cenderung cair seperti air bahkan, yah, karena orang koma tidak bisa langsung memakan berat, lambungnya harus beradaptasi terlebih dahulu, karena tubuhnya sudah lama menerima nutrisi pengganti berupa cairan, tidak bisa langsung padat.
Oniel yang sedang menyuapinya hanya memandang Adel penuh arti "Nanti dia juga kesini" ucapnya pelan.
"Rev, Mand, Mamah mau menyampaikan sesuatu yang mungkin berat buat kalian, kalian mau dengar sekarang atau nanti?" Ibu Adel akhirnya membuka suara.
Adel dan Amanda saling pandang dari brankar masing-masing dan mengangguk perlahan."Ceritain sekarang aja mah"
"Iya tante, omongin aja sekarang"Jawab mereka.
Ibu Adel menatap kedua gadis di depannya dengan lekat. Menarik nafas dalam."Sebelumnya, kami semua disini bersyukur banget sama Allah, karena masih kalian kesempatan buat bangun lagi, ada masa-masa dimana kami putus asa banget, dan hanya bisa berharap akan keajaiban buat kalian berdua, tapi Alhamdulillahnya, keajaiban itu benar adanya. Setelah 2 Tahun kalian koma, akhirnya kalian sadar lagi, mungkin ban-"
"Bentar mah, 2 tahun?" Adel terkaget, begitu juga Amanda. Perkiraan mereka paling lama sekitar enam bulan mereka terlelap, tapi ini 2 tahun, apa saja yang sudah mereka lewati.
"Iya, 2 tahun, bahkan abang kamu sekarang sudah mulai merintis kariernya dengan ngurusin yayasan pendidikan papah di Depok Rev" jelas Ibunya.
Adel masih menganga tidak percaya, terakhir sebelum dia operasi abangnya hanya mahasiswa semester 5 yang sibuk persiapan PPL, sekarang bahkan dia sudah menyandang gelar S.Pd.
"Berarti, sekarang kita udah 19 tahun dong? Sekolah kita gimana tante?" ucap Amanda.
"Kalian udah lama keluar dari sekolah, nanti masalah itu kalian bisa kejar paket C" sekarang Ghaida yang menjelaskan "Namun seperti kata dokter tadi, fokus kalian sekarang adalah terapi fisik, biar bisa makan dengan bener, bisa gerak dengan bener"
Adel dan Amanda hanya mengangguk, badan mereka rasanya makin lemas, 2 tahun bukan waktu yang sebentar untuk tertidur.
"Gue bakal ceritain apa aja yang udah kalian lewatin selama ini, tapi besok-besok aja yaa" Ashel berkata lalu mendekat "Bahkan sekarang gue udah jadi mahasiswi Ilmu komunikasi tau" ucapnya.
"Acel mahasiswa? emang ada kampus yang mau nerima?" Adel berkata sembari terkekeh pelan.
Ashel hanya memeletkan lidahnya.
"Oya, Flora kemana? daritadi ga ada" Amanda bertanya heran.
"Dia kuliah di jepang, dapet beasiswa, katanya nanti kalau senggang, mau VC" ucap Ashel santai.
"Hahhh, jepang?" Adel dan Amanda berteriak dengan nada lemah.
"Aku juga udah kuliah di UNY loh, jurusan Sastra Inggris, untung kalian bangunnya pas libur semester huhu" ucap Freya yang saat ini sudah memiliki Aegyo-sal Alami karena terus-terusan menangis.
"Wahhhh, keren banget freya-nya aku" ucap Adel lalu dia dan Amanda memberikan jempol mereka.
Pintu rumah sakit terbuka perlahan, memperlihatkan Shine yang wajahnya khawatir lalu berubah lega saat melihat Adel sudah siuman dari tidur panjang.
"Kak" Adel berusaha menyambut Shine dengan senyum namun matanya memanas, airmatanya menetes perlahan-lahan, sungguh dia sangat rindu dengan sosok Shine.
"Adel, Alhamdulillah, ya Allah" Shine langsung sujud syukur, dalam tangisannya. Ibu Adel terharu, ikut menangis, melihat Shine yang begitu bahagia saat ini. Begitu juga dan Freya dan Ashel.
"Sini kak, aku mau peluk" ucap Adel dalam isaknya.
Shine pun perlahan berdiri, dan membungkuk sedikit agar Adel dapat memeluknya. Ketika pelukan mereka bertemu, tangis Adel pun meledak, rasa rindunya yang tertahan selama ini rasanya meluap. Begitu juga dengan Shine, tangisnya luruh, dia memeluk cahayanya begitu erat. Berharap semoga cahaya tidak redup lagi.
Tanpa disadari, di sudut pintu sudah ada Gracia yang ikut terharu, melihat mereka berdua.
"Loh kamu?" Adel bertanya heran, lalu perlahan melepas pelukannya dari Shine.
"Hi, Aku Gracia salam kenal ya Del, waktu kamu masih koma, aku beberapa kali kesini, nengokin kamu" ucapnya.
Adel hendak berterimakasih, namun dia melihat ada cincin perak melingkar di jari Shine dan Gracia.
"kalian?" Adel tercekat "Kak?" Adel bertanya seolah meminta penjelasan.
Shine yang merasa Adel ingin bertanya soal cincin di tangannya pun tersenyum.
"Ini? Sebelumnya aku mau minta maaf dulu ya, jadi waktu kamu masih kom-"
"KAK! KOK KAMU TEGA?" Adel berseru marah, enggan mendengarkan lanjutan perkataan Shine.
'Eh, kenapa del?" Shine terkaget, mendengar teriakan Adel.
"Kamu ngga inget janji-janji kita kak, dan milih buat sama dia?" Adel menangis, memejamkan matanya, 2 tahun dalam ketidakjelasan memang bukan waktu yang sebentar, wajar jika Shine akhirnya memilih orang lain.
"Adel ini ga seperti ya-" Gracia coba menjelaskan, ikut panik.
"Udah lah kak, aku tau kakak juga suka sama Kak Shine kan, dan dia juga udah milih kakak, aku mah apa, kakak juga jauh lebih baik kok dari aku" Adel menunduk, menangis.
Gracia dan Shine saling pandang. Ibu Adel pun mendekat lalu berbisik kepada Shine. Shine akhirnya mengangguk. Lalu perlahan mendekat ke arah Adel yang sedang menangis.
"Del, kamu udah liat jari kamu sendiri?" Shine tersenyum, berusaha sabar dengan emosi Adel yang meledak-ledak, mungkin efek baru bangun dari lelapnya.
Adel pun memperhatikan tangannya yang terlihat kurus, dia baru sadar ada kilau cincin perak di jari manisnya.
"Eh?" Adel heran, tangisnya berhenti.
Shine tersenyum lalu menyejajarkannya jarinya disebelah jari Adel.
"Sama kan?" Shine bertanya dengan nada lembut.
"EHHHHHHHHHHHHHHHH?" kali ini teriakannya dari Amanda.
つづく
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Years (TAMAT)
FanfictionSebuah kisah bersambung slice-of-life semi komedi klasik dengan latar tokoh-tokoh member jekesripatlapan. - Adel, Ashel dan Amanda adalah tiga bersahabat yang sudah bersahabat sejak mereka bersahabat.