Pagi itu, selepas shalat subuh, Azizi duduk memandangi hamparan pohon pinus di bumi perkemahan. Indah, batinnya berkata sembari memperhatikan Amanda yang sedang bercengkrama dengan Muthe dan Kathrina, sepertinya mereka habis dari toilet yang ada di bawah.
"Dipelototin doang, ga bisa dimilikin" ucap Ashel yang duduk disebelahnya. Lalu dia memasukkan tangannya ke dalam jaket. Pagi itu memang dingin.
"Daripada elu, anak orang diPHP-in mulu" cibir Azizi.
"Gue ga PHP kok" ucap Ashel "Entah kenapa, gue juga udah mulai nyaman sama sikap Anjel yang terlalu lemah lembut dibanding cowok-cowok kebanyakan, tapi itu yang malah bikin gue seneng" tambahnya.
"Hahaha, Toya fell first, but you fell harder nih?" goda Azizi.
"At least, we know, we love each other, daripada you?" ledek Ashel lagi.
Checkmate. Azizi tidak bisa membalas apapun lagi, nyatanya memang seperti itu.
"Pagi-pagi seru banget, bahas apa sih?" Amanda dan Kathrina bergabung dengan mereka berdua. Sedangkan Muthe kembali ke Tenda.
"Biasa Mand, soal-" belum selesai Ashel berkata. Azizi sudah memotong.
"Soal Drakor, elu tau Drakor Donna ga?" ucap Azizi sembari melirik tajam ke Ashel. Yang diliriki hanya tergelak saja, melihat Azizi yang panik.
"Gue ga ngikutin drakor Ji, Kathrina kali" ucap Amanda.
"Gue tau itu, tapi gue belom nonton" Ucap Kathrina "Manda, panggil gue Atin aja, temen-temen deket gue, manggil gue Atin" tambah Kathrina yang dibalas anggukan dari Amanda.
"Btw, sarapan pake apa kita chef?" tanya Azizi kepada Amanda.
"Mie rebus aja pake bakso ji" ucap Amanda. Dia menarik nafas dalam-dalam menghirup udara bersih yang jarang dia nikmati ketika di Jakarta.
"Mand, mau cek kesana ga?" ucap Azizi sembari menunjuk bagian atas bumper yang belum sempat mereka cek. Amanda pun menangangguk.
"Pada mau ikut ga?" tawarnya pada Kathrina dan Ashel. Mereka berdua refleks menggeleng, seakan mengerti dan membiarkan Amanda dan Azizi memiliki moment.
"Kayaknya, ini pertama kali gue kemping di luar persami dah" ucap Amanda membuka obrolan.
"Sama kayak Fion, semalem dia juga cerita begitu" ucap Azizi, sembari melangkah perlahan, beriringan dengan Amanda.
"Udaranya di sini bagus ya, ngga kayak jakarta"
"Iya, seger banget mand, tapi masih segeran Es Nutrisari yang dulu elu suguhin pas gue ke rumah elu sih" Canda Azizi.
"Heleh, btw, kamu ngasih kado apa sih Ji?" tanya Amanda heran.
"Ada deh"
"Heleh" Amanda memutar matanya malas.
Saat ini mereka sudah sampai pada salahsatu spot terbagus di bumi perkemahan itu untuk melihat sunrise. Cahaya hangat matahir yang perlahan hadir di antara lebatnya pohon-pohon pinus, membuat suasana pagi itu makin Indah, ditambah kabut yang sirna perlahan dengan malu-malu, benar-benar menyegarkan mata.
"Indah ya" ucap Amanda.
"Iya, indah banget" ucap Azizi, tapi dia sembari melirik ke wajah samping Amanda. Entah mengapa, rasanya tiap hari dia makin dalam dia jatuh pada sosok gadis disebelahnya.
"Ga usah lirik-lirik" ucap Amanda sinis, menyadari bahwa Azizi daritadi diam-diam meliriknya.
"Hehehe, ketahuan"
"Zi" tiba-tiba nada Amanda berubah serius. "Kalau misalnya. Misalnya nih, aku beneran jatuh cinta sama kamu, dan entah gimana ceritanya, kita bisa langgeng, sampai lama banget, kira-kira tembok tinggi di antara kita, bakal berakhir kayak gimana?"
Azizi tersentak mendengar pertanyaan Amanda.
"Jujur mand, aku juga ga tau. Sekarang aja kita masih SMA, aku mau janjiin apa-apa ke kamu juga belum berani" ucap Azizi jujur pada Akhirnya.
"Aku paham Zi, apa sebaiknya tunas ini dicabut sebelum tumbuh dan mengakar ya?" ucap Amanda sedikit bergetar.
Azizi lagi-lagi tersentak dengan perkataan Amanda, ada benarnya memang, tapi entah kenapa rasanya sakit sekali. Azizi memandangi wajah samping Amanda, lalu dia memberanikan diri untuk mengenggam tangan Amanda yang sedikit bergetar, tidak ada penolakan.
"Mand, kita berdua emang masih bocah, tapi perasaan di dada gue besar banget buat kamu. Aku bakal nungguin kamu Mand, even kalau nanti kita harus nikah beda Agama" ucap Azizi lembut namun tegas.
Amanda menoleh pada sosok di sampingnya. Entah kenapa dari sekian banyak pria yang pernah menyatakan perasaan padanya hanya Azizi saja yang membuat hatinya bergetar.
"Aneh ya, padahal kamu ga ada apa-apanya dibanding cowok-cowok lain yang pernah nembak aku, tapi kok kamu doang ya bisa bikin perasaanku jungkir balik, sampai kepikiran jauh kesana" ucap Amanda sembari tersenyum."Itu muji atau ngehina deh?" Azizi cemberut. Amanda tertawa kecil mendengarnya.
"Makasih udah ngeyakinin aku, aku bakal rawat dan jaga tunas ini, semoga bisa jadi pohon yang rindang, tempat kita dan anak-anak kita bisa berteduh nanti" ucap Amanda, kalimat itu tulus mengalir dari mulutnya. Mungkin ini hanya ucapan klise, anak SMA yang sedang jatuh cinta, namun rasa tulusnya menembus jauh ke dalam hati Azizi.
Azizi tak bisa menahan salah tingkah dan senyumnya mendengar kata-kata Amanda.
"Jadi?" berusaha memastikan."Belum, sabar ya, kalau aku udah benar-benar yakin, pasti aku yang bakal ngomong langsung sama kamu Zi" Amanda tersenyum.
Azizi paham, lantas ia kembali memandangi langit, yang entah kenapa terasa lebih indah.
"Dingin" ucap Amanda, dia melepas pegangan tangan Azizi tapi setelah itu malah mengalungkan lengannya, pada lengan Azizi, dan menyenderkan kepalanya pada bahu Azizi. Mencari kehangatan.
"ya Allah, ini gue nikahin sekarang bisa ngga sih?" jerit hati Azizi yang salah tingkah karena lengannya dipeluk oleh Amanda.
つづく
----
Btw, gue mau makasih buat kalian yang masih bertahan baca cerita gue sampai saat ini
Banyak cerita wp yang ga jelas endingnya mau dibawa kemana, tapi tenang aja, cerita ini endingnya jelas kok hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Years (TAMAT)
FanfictionSebuah kisah bersambung slice-of-life semi komedi klasik dengan latar tokoh-tokoh member jekesripatlapan. - Adel, Ashel dan Amanda adalah tiga bersahabat yang sudah bersahabat sejak mereka bersahabat.