Tiga Puluh Delapan : Closing (2)

3.2K 31 0
                                    

"Amanda masih ga ada kabar?" Ashel mulai panik, kurang dari 10 menit lagi Adel akan dibawa ke ruang operasi.

Adel sendiri sudah mukanya sudah ditekuk, tapi dia berusaha memaklumi, tidak mungkin Amanda dengan sengaja terlambat atau tidak hadir pada sore ini, pasti ada sesuatu dan itu membuat dia ikut khawatir.

"Udah del, nanti pasti Amanda nemenin kamu, sekarang fokus dulu ya" Freya berusaha menenangkan.

"Kita doa dulu aja yuk bareng-bareng" ucap Shine inisiatif. Sore itu keluarga Adel lengkap berada disana, ditambah teman-teman dekatnya dan Shine.

Oniel pun memimpin doa bersama dengan khusyuk, berharap yang terbaik bagi kondisi Adel selepas ini.

"Aamiiin" ucap yang ada di ruangan itu serentak, tidak lama perawat mengetok pintu ruangan Adel.

"Nona Reva Adelia, sudah saatnya dibawa ke ruang operasi" ucap perawat dengan ramah. Setelah berkata seperti itu ada dua perawat berhijab yang mulai mendorong brangkar Adel, namun sebelum itu Adel izin dulu untuk salim dan berpelukan dengan keluarga dan teman-temannya, sebenarnya dia ingin memeluk Shine juga, tapi karena malu karena ada Ayah dan Ibunya. Akhirnya dia hanya salim saja dan bertekad dalam hati akan memeluknya selepas operasi.

"Tolong bilang ke Amanda, gue marah sama dia, dan dia harus bawain gue bekel seminggu kalau mau dimaafin" pesan Adel kepada Ashel sebelum akhirnya brangkarnya dibawa oleh perawat.

Setelah itu keluarga Adel dan teman-temannya perlahan berjalan menuju ruang tunggu tempat Adel operasi.

"Operasinya lama, bisa 1-2 jam, bahkan kadang lebih" Oniel menjelaskan kepada Ashel, Freya dan Flora, yang dibalas anggukan oleh mereka.

"Amanda kemana ya? Ashel masih mengotak-ngatik handphone-nya yang berkali-kali berusaha menghubungi Amanda,

"Coba telfon Ci Lia aja Shel" ucap Flora menyarankan.

"Pinter juga kamu" ucap Ashel yang dibalas decakan dari Flora.

Ashel sedikit menjauh dan mulai menghubungi Lia, panggilan pertama tidak ada jawaban, panggilan kedua masih tidak ada jawaban. Ashel mendengus kesal, akhirnya dia mecoba melakukan percobaan yang ketiga sekaligus terakhir. Panggilan tersambung.

"Shel, maaf ya shel, aku lagi ribet" suara Lia parau disebrang.

"Eh kenapa kak?" Ashel ikut panik mendengar Lia seperti itu.

"Amanda shel, huhuhuhu"

"Kenapa dia kak?" Ashel refleks menegang.

"Amanda di IGD shel huhuhuhu" Suara Lia makin kacau.

"Kak, dia kenapaaa?" Ashel refleks lemas.

"Kamu kesini aja, aku di IGD RS Assyifa huhuhu" Lia masih kacau, sulit menjelaskan situasinya.

Ashel langsung mematikan telfonnya dan berlari ke arah IGD, ya RS Adel dioperasi dan Amanda dilarikan ke IGD, secara kebetulan.

Setelah berlari kesana kemari, akhirnya Ashel menemukan pintu IGD rumah sakit itu, dan langsung menerobos masuk, di ruang tunggu dia melihat ada Ghaida, Lia dan Gita yang sedang tertunduk, bahkan Lia menangis tak henti-henti, di tenangkan oleh Ghaida.

"Ci Lia" Ashel berseru lalu mendekat.

"Cepet banget Shel nyampenya?" Lia bertanya heran diantara isaknya.

"Adel lagi dioperasi disini kak" jelas Ashel.

"Yang Amanda harusnya Izin nemenin temennya operasi itu disini?" Ghaida bertanya dengan nada miris. Sebuah kebetulan yang seharusnya tidak terjadi.

"iya, kak amanda kenapa?" Ashel bertanya lagi.

"Dia gini gara-gara Aku" kali ini Ghaida yang membuka suara, lalu tak lama terisak rasa bersalahnya begitu besar, orang yang dia anggap sebagai Adik sendiri malah melindunginya. Tidak cukupkah beban berat yang selama ini dia tanggung?

"Kok bisa kak, tolong diceritain" ucap Ashel masih dengan nada khawatir.

Akhirnya Ghaida menceritakan semuanya, dari preman berpakaian ormas yang tiba-tiba merusuh, sampai akhirnya meringsak dan merusak cafe miliknya dan bagaimana Amanda melindunginya dari lemparan balok kayu, namun berakibat fatal bagi Amanda.

Ashel yang mendengar itu otomatis merasa lemas, tulang kakinya terasa lolos dan dia terjatu, lalu terisak.

"Manda, kok bisa sih mand" batin Ashel dalam hati.

Gita yang daritadi diam pun mengepalkan tangannya.

"Bakal gue cari anjing-anjing itu, dan gue yang bakal nyeret mereka ke penjara" terlihat dia sangat emosi, mengetahui bahwa hampir setengah dari penyerang tempat kerja gadis yang sudah dia anggap adik itu masih buron.

"Mbak, kafe kalian ada CCTV kan, gue mau rekamannya!" tambah gita lagi, meminta bantuan Ghaida.

"Aku kasih, kalau emang niat kamu bantu polisi nangkep mereka, kamu jangan macem-macem ya!" Ghaida memberikan ultimatum kepada Gita.

"tenang aja" ucap Gita, jelas berbohong.

"Yaudah nanti aku minta suami ngirim rekamannya" ucap Ghaida.

Tak lama telfon Ashel berdering.

"Kamu kemana?" suara Freya di sebrang sana.

"Aku lagi sama Ci Lia" ucap Ashel setengah menangis.

"Kenapa? Ada Apa?"

"Amanda Fre huhuhuhu" Ashel tak kuat melanjutkan, dia menangis sekali lagi.

"Kamu dimana?" Freya bertanya dengan nada Khawatir.

"IGD Freee, Amanda freeee huhuhu"

"Yaudah aku kesana"

Freya dan Flora yang khawatir pun langsung melesat ke IGD setelah Izin dengan Oniel, sampai sana dia melihat Ashel dan Lia yang sedang menangis dan menenangkan diri satu sama lain.

"Kenapa? ada Apa?" Flora dan Freya heran.

Akhirnya Ghaida pun menceritakan ulang apa yang terjadi kepada Freya dan Flora, mereka kaget bukan main. Bisa-bisa kedua sahabat mereka dipertemukan di rumah sakit yang sama dalam kondisi yang tidak mereka inginkan.

Freya, Flora dan Ashel berpelukan, berusaha menyalurkan kekuatan ke diri mereka masing-masing. Saat ini Ashel lah yang paling hancur, Amanda sahabat pertamanya di SMA dan Adel sahabatnya sedari kecil sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.

Telfon Ashel berdering lagi, kali ini dari Oniel.

"Gimana bang?"

"Adel, ngga kuat Shel"

"Hah?"

つづく

Two Years (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang