Venti - Messenger of God?

8.9K 325 64
                                    

Darah suci mengalir di tubuh gadis bermanik emas dan rambut putih bagai salju, ia bagai seorang malaikat. Dengan paras menawan, kulit seputih awan, bulu mata lentik, dan tubuh ramping. Ia lahir dengan kekuatan suci dari Tuhan. Ia dikenal sebagai seorang 'Saintess'.

Gadis itu adalah, [Name].

Senyumnya tak pernah rapuh, suaranya selembut kapas, air matanya seperti sebuah berlian.

"[Name]!" Suara lembut memanggil gadis itu, ia menoleh pelan dengan senyum di wajahnya. Maniknya menatap lelaki muda dengan rambut berwarna hitam gradasi cyan yang dikepang kedepan.

"Ya.. ada apa, Venti?" Tanya [Name], ia sedikit berjongkok menyamakan tingginya dengan lelaki itu.

Venti namanya, ia pemuda yang lumayan populer di desa mereka. Penggemar hatinya lumayan banyak, tak jarang ia mendapatkan surat atau bekal makanan di halaman rumahnya. Ah, ia juga populer di desa sebelah karena syairnya.

Pemuda itu tersenyum gembira kemudian memberikan sekuntum bunga Cecilia kepadanya.

Gadis itu tertegun, kemudian menerima pemberiannya dengan senyum lembut diwajahnya. Air wajahnya begitu teduh, dengan manik yang terfokus menatap bunga Cecilia itu.

"Terima kasih banyak.." Ucap [Name] ber-terima kasih, ia masih menunduk sembari menatap bunga Cecilia itu. Kalau kau melihat lebih dekat, terdapat rona merah di kedua pipi gadis Saintess itu.

Venti mengangguk pelan kemudian berlari menjauh dengan tangan yang melambai. Manik emas yang berkilau itu menatap lekat pada punggung Venti yang perlahan menghilang diantara kerumunan orang.

Gadis itu bergumam pelan, ia mencengkram bunga yang ia pegang.

"..Milikku.."

-

Langit menggelap, anak-anak dimasukkan kedalam rumah. Walau ada beberapa yang masih berkeliaran, tapi mereka segera dijemput oleh orang tua mereka.

Saintess, seperti biasa ia berpatroli. Akhir-akhir ini Gereja sering mendapat kabar tentang gadis muda yang menghilang dan kembali tanpa kepala.

Banyak yang mengatakan itu ulah iblis, ada juga yang mengatakan itu sebuah kutukan atau hanya rencana pembunuhan.

Namun, gadis itu tak gubris. Tugasnya berpatroli, dan menenangkan masyarakat agar tidak rapuh.

Ditengah patroli, Manik emasnya menatap seorang gadis yang masuk kedalam rumah Venti. Ah, tidak. Dia di undang masuk.

Gadis itu diam, hanya menatap pergerakan mereka. Sampai akhirnya gadis itu memeluk Venti dan masuk kedalam rumah.

Ah..

Ekspresi wajahnya berubah. Ia kesal. Air wajahnya menunjukkan ia kesal, bahkan kalau dilihat lebih jelas, gadis itu mengkerutkan kening.

Bunga-bunga disekitarnya tiba-tiba Layu, begitu juga dengan tanah yang ia pijak. Berubah menjadi kering. Tandus. Seperti tak terawat.

"..Siapa..?" Suaranya kecil, ia berbisik pada diri sendiri. Manik emasnya bergetar pelan.

Tap.

Tepukan bahu ia terima, gadis itu sedikit mengerjap. Ia menenangkan diri sejenak kemudian berbalik.

Rupanya itu pendeta.

"Sudah cukup patrolinya, ayo, kembali saja." Ujarnya, gadis itu mengangguk patuh. Namun, maniknya tak berhenti menatap rumah Venti.

"berani-beraninya.."

-

Seperti hari-hari biasa, gereja selalu aktif. Berombong-rombong umat-umat Tuhan datang dengan memohon atau hanya sekedar berdoa. Tak terkecuali dengan Venti, lelaki dengan tinggi dibawah rata-rata untuk seukuran lelaki dewasa.

✎: ̗̀➛ᵍᵉⁿˢʰᶦⁿ ᶦᵐᵖᵃᶜᵗ&ʰᵒⁿᵏᵃᶦ ˢᵗᵃʳ ʳᵃᶦˡ ; ᴼⁿᵉˢʰᵒᵗ!ⁿˢᶠʷ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang