Dottore - Zero.

10.1K 371 135
                                    

Suara ketukan di papan tulis memudarkan lamunan gadis bersurai [H/C] yang di kuncir kuda, maniknya yang berwarna [E/C] itu menatap pria yang berdehem pelan, menegurnya.

"Aku tak tau apa yang sedang mengganggumu, [Name]. Tapi tolong, fokuskan pikiran mu dikelas sampai bel istirahat berbunyi" Ujarnya dengan nada agak kasar—yang menjadi ciri khasnya.

[Name] mengangguk pelan sebagai jawaban, tangannya bergerak untuk kembali menulis pada buku catatannya.

Ia mendengarkan dikte yang diterangkan oleh guru biologinya, sesekali gadis itu melayangkan fokus pada gurunya yang masih terbilang muda itu.

Rambutnya yang berwarna biru cerah, giginya yang tajam, paras wajahnya yang tampan, maniknya yang berwarna merah.

Itu attractive.

Tidak heran dia cukup populer dikalangan siswi-siswi disekolah ini. Tapi, ada beberapa rumor buruk tentangnya yang menyebar disekolah. Entah dia seorang ilmuwan gila, seorang sadist, psikopat.

Pikirannya jadi kalut memikirkan hal yang tidak berguna itu, ia menunduk, kembali fokus pada bukunya dan buku catatannya. Jari jemarinya bergerak memainkan pulpen yang bersandar pada sisi meja, ia memutar pulpen itu, berusaha menghilangkan rasa bosan.

Kemudian tatapannya kembali pada Dottore—sang guru biologi. Tanpa sadar, manik berwarna merah miliknya yang misterius itu terus menatapnya. Hingga bel istirahat berbunyi, pria itu menutup bukunya, fokusnya masih terus tertuju pada gadis itu.

"[Name], nanti datang keruangan saya, ya. Ada yang ingin saya bicarakan. Terserah kapan saja, tap usahakan setelah pelajaran terakhir, ya. Biar kamu bisa langsung pulang"

-

Mata pelajaran terakhir selesai, [Name] bergegas membereskan bukunya yang berantakan dimeja. Ia dipanggil lagi untuk kesekian kalinya ke ruangan Dottore.

buku-buku jari [Name] mengetuk pelan pintu kantor Dottore, terdapat papan name tag yang tergantung diatas pintunya.

Vice principal
Zandik, Dottore S.Pd.

Cklack, pintu kantor terbuka, menampilkan tubuh tinggi semampai yang agak kurus namun berisi milik Dottore.

Pria itu tersenyum sumringah, kemudian bergeser pelan, memberi kode untuk masuk kedalam ruangannya. Gadis itu menurut, ia masuk kedalam. Menatap tumpukan-tumpukan kertas dimeja kantornya dan beberapa tumpukan buku dimeja tamunya.

"Maaf kalau berantakan, ya. Bapak akhir-akhir ini lagi banyak banget tugas dari kepsek, haha" Ujar Dottore dengan senyum, gadis itu mengangguk pelan.

"Gapapa, pak" Ujarnya, "Bapak manggil saya kenapa?" Tanyanya, Dottore tersenyum pelan, ia menatap tumpukan kertas dimejanya.

"Duduk dulu" Ajak Dottore sembari duduk disofa yang ada dikantornya, [Name] mengangguk menurut. Ia duduk disisi lain sofa.

"Kamu ada masalah kah akhir-akhir ini? soalnya, nilai kamu di pelajaran bapak anjlok banget. Ga cuma di pelajaran bapak, tapi di guru lain juga sama.. nah bapak sebagai perwakilan dari guru-guru lain aja sebenarnya untuk memastikan apakah kamu baik-baik saja atau tidak.. biasanya kamu yang paling tinggi nilainya dikelas."

Gadis itu terdiam. Ia melirik kearah Dottore kemudian mengangguk. Pria itu masih tersenyum, menunggu [Name] menceritakannya sendiri.

"Saya.. ada masalah sama mama" Ucapnya membuka suara, jarinya ia mainkan perlahan.

"..Mama bawa pulang cowok, saya ga suka.. saya marah. Saya paham mama kesepian semenjak kepergian papa setahun yang lalu, tapi rasanya agak kurang kalau mama tiba-tiba bawa cowok asing kerumah tanpa mengenalkan ke aku dulu.. belum lagi mama sering.. em.. tiba-tiba HS gitu.. andai dikamar gapapa.. ini di semua tempat dirumah.. kan aku ga nyaman.."

✎: ̗̀➛ᵍᵉⁿˢʰᶦⁿ ᶦᵐᵖᵃᶜᵗ&ʰᵒⁿᵏᵃᶦ ˢᵗᵃʳ ʳᵃᶦˡ ; ᴼⁿᵉˢʰᵒᵗ!ⁿˢᶠʷ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang