Dainsleif - Sword

10.7K 369 106
                                    

Manik Dainsleif menyipit kala menatap pedang yang sudah terbelah dua dihadapannya, tubuhnya gemetar hebat dengan kedua tangan yang mengepal kuat menahan emosi.

"Ah, lihatlah.. manis sekali melihatmu begitu rapuh, dimanakah pahlawan orang-orang yang sangat diagungkan itu?" Ucapan wanita yang berada dihadapannya begitu menusuk dan penuh dengan sindiran tak tersirat.

Dua buah tangan miliknya bergerak untuk menyentuh kedua sisi wajah milik Dainsleif, mengelusnya lembut, seolah-olah ia adalah sebuah properti yang berharga.

Perlahan sentuhan itu bergerak turun kearah lehernya, jari-jari lentik milik wanita dengan surau rambut berwarna hitam legam yang di juntai lurus sampai tanah itu mengelus lehernya pelan.

"Kau kurang satu aksesoris disini, yang akan membuatmu lebih cantik." Ujarnya dengan senyum licik, kemudian tanpa persetujuan apapun, lehernya sudah dipasang kalung anjing dengan rantai yang menyatu disana.

"Nah, ini terlihat lebih baik. Bukankah begitu, Dainsleif?"

Dainsleif menggigit bibirnya, ia begitu kesal, namun tak bisa melakukan apa-apa. Ia bersumpah, suatu hari ia akan membalas perlakuan wanita ini.

"Ya, Nona."

-

Manik berwarna biru milik Dainsleif menatap satu pelayan yang berlarian kesana kemari sembari membawa kotak-kotak berat, kakinya yang tertutup oleh rok seragamnya yang panjang terus berhentak seolah tak kenal lelah.

"[Name]" Ia memanggil pelayan itu, membuat gadis itu berhenti dari kegiatannya sejenak. Keringat mengalir dari dahinya, wajahnya nampak kelelahan, ia juga nampak kotor.

Segera, Dainsleif tersenyum lembut sembari mengusap dahi gadis itu yang penuh dengan keringat dengan sapu tangannya.

"Kau benar-benar berantakan.." Ujar Dainsleif lembut, masih sibuk membersihkan wajah gadis itu. Ia sesekali menyelipkan anak rambut yang menempel di rambut gadis itu ke telinganya.

"Aku tidak bisa bersantai! sebentar lagi kan Nona akan mengadakan pesta kedewasaannya!" Ucapnya penuh semangat, maniknya yang berwarna [E/C] berbinar lucu, membuat hati Dainsleif berdegup kencang.

"Dia hanya Nona yang manja.. jangan terlalu berlebihan" Lirih Dainsleif lembut, yang tentu dibalas gelengan kepala oleh [Name].

"Bagaimana bisa Tuan berkata seperti itu sementara Nona adalah tunangan Tuan?? aku selalu tidak habis pikir dengan jalan pikirmu!"

Mendengar itu, Dainsleif tertawa galak. Yah, gadis ini masih polos. Polos sekali. Dia bahkan tidak tau bahwa ia juga budak yang dibawa dari kerajaan yang sudah runtuh, walau sebelumnya ia adalah pangeran di kerajaan itu.

"Lucunya.." Gumamnya lembut, ia masih ingin terus menghabiskan waktu berdua dengan gadis ini.

Andaikata mereka bertemu sebelum kerajaannya hancur. Tapi.. hasil akhirnya akan sama, mungkin akan lebih buruk. Jadi, lebih baik seperti ini saja.

"Aku tidak punya waktu lagi! aku akan kembali bekerja! lebih baik kau berisitirahat saja, Tuan! Dadah!!"

Dainsleif memberikan lambaian tangan pelan, ia masih menatap punggung pelayan yang tak kenal lelah itu. Ah.. ia bahkan sudah membuat banyak skenario didalam pikirannya.

"..Ah, kalau sampai strategiku gagal.. aku tidak akan pernah memaafkan diriku.."

-

[Name] menatap bulan yang bersinar terang di luar jendela kamarnya, begitu indah dan cantik. Ia melepas aksesoris pelayannya, membiarkan rambut berwarna [H/C] miliknya menjuntai sampai pinggang.

✎: ̗̀➛ᵍᵉⁿˢʰᶦⁿ ᶦᵐᵖᵃᶜᵗ&ʰᵒⁿᵏᵃᶦ ˢᵗᵃʳ ʳᵃᶦˡ ; ᴼⁿᵉˢʰᵒᵗ!ⁿˢᶠʷ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang