Aventurine - Slave

12.8K 428 78
                                    

Derasnya air hujan jatuh membasahi bumi, bersamaan dengan tetes air mata yang jatuh perlahan ke pipi. Manik berwarna [E/C] itu menatap tempat peristirahatan terakhir manusia yang berada dihadapannya.

Suara deretan air hujan yang jatuh membasahi tanah memenuhi pendengarannya, rasanya hujan memenuhi tubuhnya.

"Mengapa manusia begitu lemah namun begitu kuat?"

Ia menghela nafas pelan, menatap langit yang gelap diatasnya. Payung yang melindungi tubuhnya dan dayangnya menghalangi sebagian pemandangannya.

"Elena, bisa kau bawa aku ke tempat yang dibicarakan orang-orang akhir-akhir ini?"

Suaranya lembut namun kelu, penuh kesedihan dan kebingungan disana. Manik berwarna abu-abu milik dayangnya menatap nyonya-nya, kemudian mengangguk pelan.

"Ya" Jawabnya singkat.

-

[Name] melewati keranjang besi yang didesain seperti penjara hampir di seluruh lorong gelap dan kotor yang berada dibawah rel kereta api. Suara sepatu heelsnya menyatu dengan ributnya pasar illegal yang sudah menjadi pasar favorit para bangsawan tanpa rasa kemanusiaan maupun empati didalam dirinya.

Maniknya menatap salah satu keranjang yang sedikit lebih besar daripada keranjang lain yang berisi monster-monster ataupun hewan langka yang illegal untuk diperjualbelikan.

[Name] melirik Elena yang berada disampingnya, memberikan kode yang tentu langsung diterima. Dayangnya berlari mencari pemilik dari 'barang' yang ia jual, meninggalkan wanita bersurai [H/C] itu sendiri.

"Manusia?" Bisik [Name] pelan, ia berlutut, mensejajarkan posisi tubuhnya.

Maniknya menangkap seorang remaja—yang penuh luka, kotoran, darah, duduk dipojokan keranjang besinya yang sempit. Maniknya yang berwarna—unik—itu menatap lantai, tatapannya kosong. Rambutnya yang penuh dengan tanah, pasir, bisa terlihat samar berwarna pirang.

Tapi, yang membuatnya tertarik ialah, luka yang ada disisi lehernya. Seolah ada tanda disana. Tanda kepemilikan. Tanda budak.

"Nyonya, saya membawa pemiliknya" Suara Elene menginterupsinya, wanita bangsawan itu berdiri, kemudian berbalik, menghadap lelaki gendut—yang jelek—dan pendek dihadapannya.

"Ah, kau." Ucap [Name], lelaki itu berdiri seolah ia memiliki kepemimpinan yang tinggi—menjijikkan—

"Kau ingin mengambil bocah itu? tidak semudah yang kau pikir" Ujar pria gendut itu, memasang senyum yang berhasil membuat wanita bangsawan penuh keheningan dihadapannya itu memanaskan emosinya.

"Ia tak bisa dibayar dengan uang" Lanjutnya, menjilat bibirnya, sembari menatap keatas dan kebawah, seolah membayangkan tubuh dari bangsawan dihadapannya.

"Aku bisa saja membunuhmu apabila kau memiliki maksud lain dari ucapanmu itu" Tegas [Name], alisnya bertaut, tanda kesal.

Pria itu berdehem pelan kala merasakan ujung mata pisau yang berada dibalik punggungnya, karya Elene.

"Maksudku, seperti, emas, atau harta, kau paham kan?" Ujarnya, sedikit takut akan kematian yang berada dihadapannya.

"Aku akan membayarnya, katakan saja padaku." Ujar gadis itu, berbalik. Kemudian Elene melemparkan 5 kantong berukuran sedang penuh dengan emas dan berlian.

"Apa itu cukup?" Tanya Elene, pria itu terdiam, terpaku, kemudian mengangguk kencang.

"Y-ya! Ya! ambil! ambillah dia!" Jawabnya dengan pekikan—bahagia atas uang haramnya—

[Name] mendengus pelan, kemudian membuka keranjang besi yang berada dihadapannya dengan satu tangan—padahal penuh dengan gembok—

Lelaki berambut pirang yang sedaritadi mendengarkan percakapan bangsawan yang berada dihadapannya terkejut, tubuhnya gemetaran.

✎: ̗̀➛ᵍᵉⁿˢʰᶦⁿ ᶦᵐᵖᵃᶜᵗ&ʰᵒⁿᵏᵃᶦ ˢᵗᵃʳ ʳᵃᶦˡ ; ᴼⁿᵉˢʰᵒᵗ!ⁿˢᶠʷ ˣ ʳᵉᵃᵈᵉʳTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang