Keputusanku untuk berhenti minum di malam itu membawaku ke sebuah hal yang cukup mengganggu hidupku, Lalu beberapa minggu kemudian tepatnya bulan ke-4 hubungan kami.
"Lu kenapa sih sama abang lu?! Pulang Sakaa!" Ucap Ratna lewat pesan.
Saat itu aku sudah beberapa hari tidak pulang ke rumah karena terlibat perkelahian dengan abangku, pada dasarnya, aku dan abangku memang sulit sekali akur, di tambah lagi saat itu aku memang sedang mudah tersinggung dan emosi karena sedang mengalami stress dan gangguan perubahan suasana hati sebagai dampak awal berhenti mengkonsumsi alkohol dan berhenti merokok, hal itu membuatku berfikir akan lebih baik jika aku tidak berada di rumah dahulu.
Jujur aku tidak tahu bahwa dampaknya akan seberat itu, namun di hari ke-5 aku kabur dari rumah, akhirnya Ratna berhasil merayuku untuk bertemu dengannya, dia pun menjemputku yang saat itu lari ke rumah salah satu teman lamaku,
"kenapa sihh?! Udah ga percaya lagi sampai gak cerita ke gua??" Ucapnya dengan nada yang marah ketika baru saja kami bertemu.
Aku hanya tidak mau dia tahu bahwa niatku merubah diri demi dia telah membuatku menjadi seperti ini, aku bingung harus apa dan sementara aku masih tidak mau pulang.
"Gua masih gamau pulang Ratt." Ucapku mengacuhkan pertanyaannya, lalu naik ke atas Vespanya.
"Yah tapi kenapa?! Dulu lu bisa yakini gua buat pulang walau keadaan dirumah sedang tidak baik buat gua, kali ini biarkan gua melakukan hal yang sama." Jawab Ratna.
"Lebih baik kita pergi aja dulu ke suatu tempat, jangan ngobrol di jalanan kaya gini." Ucapku.
Singkat cerita kami pun pergi ke warkop yang tidak jauh dari tempat kami bertemu.
"Belakangan ini kondisi gua sedang tida baik Ratt, gua mudah cemas, mudah emosi dan kesulitan tidur, hal itu yang membuatku cukup banyak tidak masuk sekolah karena baru bisa tidur pagi hari." Ucapku.
"Penyebabnya apa? Kenapa tiba-tiba jadi kaya gitu?" Tanya Ratna menatapku.
"Gua ga ngerti juga pastinya, tapi yang buat gua kesal itu, abang gua gak perduli alasan apapun dan terus-terusan memarahi gua karena gak sekolah beberapa kali, akhirnya kami bertengkar." Ucapku.
Ratna menatap ke arahku, sepertinya dia sadar bahwa kondisiku sedang berantakan.
"Kenapa sih ga cerita ke gua langsung?? Ini juga mata lu kenapa hitam banget gitu? Berapa hari gak tidur?" Ucapnya dengan wajah khawatir menyentuh mataku.
"Gua juga ga ngerti apa yang terjadi dengan diri gua, tapi gua mohonnn....jangan paksa gua pulang dulu." Ucapku.
Ratna menghela nafas dan menggenggam tanganku,
"Iyaa-iyaa, tapi lu mesti janji ya, lain kali kalau ada apa-apa tuh langsung cerita ke gua." Ucapnya halus menatap mataku.
"Iyaaa, gua minta maaf."
Lalu kami terdiam sebentar,
"Hari ini gua boleh gak ke rumah lu dulu? Gua janji besok pulang." Ucapku.
Mendengar itu sontak wajah ratna gelisah dan ia berkata,
"Maaf..gak bisa."
"Kenapa?" Ucapku.
"Hmmm....Gimana ya bilangnya." Ucapnya seraya memainkan kukunya.
"Kenapa?" Ucapku.
Dengan ragu akhirnya ia berkata,
"Hmm, Di rumah...ada Phony sama.....itu...si Adna." Ucapnya.
Sontak aku terpaku membeku.
"Gua tahu lu masih gabisa lupa soal dia." Ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laki-Laki Lebih dari Perempuan (Dalam Hal Patah Hati)
Teen FictionKeberuntunganku dalam hal percintaan malah membawaku terjebak oleh sesuatu yang sering kali datang merusak dan menganggu ke dalam hati dan fikiran, dimana hal itu perlahan-lahan mulai membuatku hancur dan kehilangan seluruh hal berharga di dalam hid...