Kini aku sendirian, tiada daya lagi diri ini menerpa badai yang menebarkan kelopak gelap atas hatinya, hari-hariku bagai malam tanpa Bulan dan Bintang yang menahannya menghamparkan gelap dan kesedihan, semua itu semakin larut saat aku cukup pulih dan kembali masuk bekerja, sekitar jam 07 malam saat aku baru saja tiba dan meletakan tas ke loker kerjaku, tiba-tiba,
"Gua mau ngomong sebentar Kaa..Gua tahu lu baru sembuh tapi gua harus bicarain ini." Ucap Pak Andra.
"Ada apa ya pak?" Jawabku bingung.
"Lu ingat gak kalau malam itu lu gak ngunci gerbang sama pintu dalam?! Lu juga gak ketahuan tuh pulang jam berapa karena gak ada absennya." Ucap Pak Andra serius.
Aku terkejut setelah mendengar itu, aku kembali mengingat alasan mengapa kecerobohan itu bisa terjadi.
"Mana tanggung jawab lu?!" Ucap Pak andra dengan nada yang kurang baik di dengar.
Namun dengan fikiran yang masih kacau atas apa yang belum lama menimpa diriku, membuatku malah terdiam mengingat semua yang terjadi malam itu, membayangkan dan menyesali semua yang terjadi dan malah membuatku balik melawan dan menyalahkan Pak Andra karena telah mengajaku minum, namun sayangnya diriku yang sedang tidak stabil itu malah melontarkan pembelaan dengan nada dan kalimat yang kurang pantas,
"Lu fikir lu siapa bisa bicara kaya gitu ke gua?! Jangan mentang-mentang pembawaan gua ke karyawan santai kaya gini yaa..lu jadi bisa kurang ajar kaya gitu." Ucap Pak Andra dengan amarah.
Percakapan itu di akhiri dengan di pecatnya diriku dari tempat kerja,
"What the fu*k is wrong with me?" fikirku di dalam hati saat di perjalanan yang bahkan ku tidak ketahui tujuannya.
Aku benar-benar bingun dengan kondisi hatiku saat itu, walau karirku baru saja berakhir, namun hanya masalahku dengan Nella yang memenuhi kepalaku,
"Dimana dia sekarang?" Tanyaku di dalam hati yang saat itu begitu merindukannya.
Aku belum bisa pulang karena tidak tahu harus berkata apa ke orangtuaku, rasanya berat menjelaskan apa yang terjadi dengan pekerjaanku ini, di tengah perjalanaku itu tiba-tiba masuk sebuah panggilan telfon, sontak aku tersenyum mengetahui bahwa Patrick lah yang menelfonku,
"Sakaa...lu kenapa?" Ucapnya denga nada yang terdengar khawatir.
"Kenapa gimana?" Jawabku kebingungan.
"Coba lu login ke Instagram angkatan kita." Ucapnya.
Aku langsung sadar dan coba menebak apa yang Patrick maksudkan.
"Apa masalahku benar-benar tersebar?" Tanyaku panik seketika di dalam hati.
"Oh iya trick nanti gua cek." Ucapku lalu mematikan panggilan telfon itu.
Dengan rasa panik dan fikiran-fikiran negatif, aku kembali berkendara mencari tempat untuk menepi dan mengumpulkan keberanian untuk login ke Instagram angkatanku itu.
"Bu pesan kopi satu ya!" Ucapku ketika menepi ke sebuah warung kecil di pinggir jalan raya besar Jakarta.
Lalu aku pun masuk ke akun angkatanku dan terkejut saat melihat Akun itu secara terus-menerus mendapatkan pesan dari banyak sekali akun, sontak suara gaduh kendaraan terasa menghilang, rasanya hening sekali saat aku membaca semua pesan yang masuk itu, jadi sebelumnya itu Patrick sedang memposting story dengan kotak pertanyaan di akun itu, kotak itu di tujukan untuk meminta saran dan persetujuan dari teman-teman angkatan seputar rencana Prom night yang akan di jadikan acara terakhir di angkatanku itu, namun sayangnya ekspetasiku kali ini benar-benar tepat,
"Adminnya Saka kan? Ngapain lu sok-sok mau mimpin acara lagi?!!"
"Woy Saka si gila sex."
"Gua kira ketuanya keren...ternyata diam-diam cabul."
KAMU SEDANG MEMBACA
Laki-Laki Lebih dari Perempuan (Dalam Hal Patah Hati)
Fiksi RemajaKeberuntunganku dalam hal percintaan malah membawaku terjebak oleh sesuatu yang sering kali datang merusak dan menganggu ke dalam hati dan fikiran, dimana hal itu perlahan-lahan mulai membuatku hancur dan kehilangan seluruh hal berharga di dalam hid...