Menangis di Tengah Perayaan

53 9 0
                                    

Setelah itu aku tidak begitu mengingat apa yang terjadi, hanya ada gelap yang begitu menakutkan,

"Gelap sekali...." 

"Apa aku sudah mati?"

Rintik yang mengetuk ke arah dinding ruangan itu membangunkanku dari gelap yang terasa begitu panjang, lalu perlahan-lahan mataku mulai terbuka mengarah langsung ke jendela yang tirainya terhembus oleh angin, saat itu aku melihat langit yang tampak mendung dan sendu.

"Aku masih hidup?" Ucapku di dalam hati seketika kembali tidak sadarkan diri.

Nyatanya aku gagal dalam percobaan membunuh diriku sendiri, sadar-sadar aku hanya terbaring lemas menatap seluruh keluargaku yang tertidur di sekitar ranjangku, aku tidak begitu mengingat apa yang terjadi dengan diriku setelah meminum obat itu, namun sepertinya obat itu tidak memiliki dosis tinggi yang dapat membunuh diriku, lalu setelah aku pulih Papah dan Mamah tiba-tiba sangat membebaskanku untuk melakukan apapun yang aku mau, mereka tidak marah tentang apa yang terjadi malam itu, alkohol yang ku sembunyikan, obat dari penyakit serius, serta percobaan bunuh diri telah mereka ketahui, namun mereka hanya berkata bahwa aku harus bisa merasa bahwa keluarga adalah tempat yang tepat untuk menceritakan apapun masalah yang datang ke hidupku, sepertinya mereka cukup terpukul dan ketakutan jika aku melakukan hal nekat lagi.

Semenjak kejadian di malam itu, kini masa penyembuhanku sudah terkontrol oleh keluargaku hingga sembuh, tidak satu pun dari mereka yang mau menanyakan apa sebab mengapa aku bisa terkena penyakit itu, mereka benar-benar memberiku ruang tenang yang baru ku sadari sangat ku butuhkan, masa-masa itu telah ku lewati tanpa ku sadari tiba hari dimana aku berulang tahun.

"Selamat ulang tahun Sakaa.." Ucap Mamah yang saat itu berada di dalam kamarku bersama dengan Papah.

Mereka memberikanku monitor komputer baru untuk mengganti monitor yang telah ku hancurkan sebelumnya, namun rasanya ulang tahunku yang ke- 20 ini tak terlalu menyenangkan, karena entah benar atau tidak, aku merasakan bahwa ada setitik rasa takut di dalam hati keluargaku, seakan-akan semua kebebasan dan kebaikan yang mereka berikan tidak setulus sebelumnya, hal itu benar-benar membuatku merasa sedih dan kecewa kepada hidup dan diriku sendiri.

"Apa mereka setakut itu setelah melihatku mencoba bunuh diri?" Fikirku di dalam hati.

Setelah gagal membunuh diri sendiri, aku lebih banyak melamun dari pada sebelumnya, ada banyak sekali perasaan yang tidak dapat ku mengerti atas dasar apa, dan pandanganku terhadap dunia ini juga tidak seindah seperti yang kurasakan dulu, hanya ada hampa yang membawa penyesalan terhadap semua kesalahan yang ku buat sebelumnya, beberapa Perempuan yang pernah dekat atau berpacaran denganku di masa SMP juga memberikan ucapan selamat di hari ulang tahunku itu, awalnya hal itu cukup membuatku senang karena dapat membuka obrolan kembali dengan orang lain yang sudah mengenal bagaimana diriku ini, namun,

"Hahaha...Kok dulu lu gak sehancur ini ya saat putus dari gua?!."

"Mungkin karma kali ya Kaa...Hahaha."

"Kok lu jadi gitu sih Kaa?! Jijik banget.."

"Ga ada tuh yang namanya karma tanpa sebab!!"

Kalimat-kalimat seperti itu yang mereka berikan setelah mendengarkan seluruh ceritaku tentang kehancuran yang ku alami dalam hidupku saat itu, jujur saja aku terkejut membaca pesan mereka yang menyakitkan itu, mungkin ini terdengar agak menggelikan, tapi ketahuilah bahwa mereka dulu benar-benar mengejar atau tergila-gila denganku, namun saat itu aku sadar bahwa semua sudah berubah,

"Apa harus sepeti ini ya? Haruskah semua orang membenciku? Bahkan orang-orang yang tak pernah ku sakiti juga ikut menyudutkanku." Ucapku di dalam hati yang saat itu bertanya-tanya kepada Tuhan.

Laki-Laki Lebih dari Perempuan (Dalam Hal Patah Hati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang