Aku sering mendengar bahwa di setiap berakhirnya hubungan percintaan, sebagian besar Perempuan lah yang lebih merasakan rasa sedih dan kehilangan, namun pernahkah kamu mendengar atau coba membayangkan bagaimana kondisi sebagian kecil laki-laki yang juga merasakan pata hati? Dimana laki-laki yang sejak dulu di doktrin untuk menjadi manusia yang tangguh, di paksa takdir untuk menunjukan sisi rapuhnya, dimana laki-laki yang selalu tahu harus mampu terlihat kuat, sudah tidak punya kekuatan lagi untuk menahan tangisannya, dimana laki-laki yang selalu saja merasa harus menyembunyikan masalahnya itu, justru berharap agar ada orang yang bisa dan mau mendengarkan ungkapan hatinya, dan ini adalah kisah yang membawaku terjebak ke dalam hal-hal yang begitu berat itu.
Kisahku ini di mulai saat aku dan dia di pertemukan di sebuah sekolah SMA swasta di kota Jakarta, dalam 3 tahun berada di angkatan yang sama, kami hampir tidak pernah berinteraksi satu kali pun, karena saat itu aku merasa bahwa aku di kenal sebagai murid yang tak banyak bicara, dan aku tetap menjalankan personaku itu hingga aku lulus dari sekolah, namun di hari-hari terakhir setelah pengumuman kelulusan, aku yang saat itu tidak tahu alasan pasti kenapa aku menjadi salah satu penggerak di angkatan, mengumumkan bahwa akan di adakan acara coret-coretan pada tanggal dan tempat yang telah di tentukan.
Singkat cerita, acara itu pun berjalan lancar dan di ikuti hampir seluruh siswa dalam angkatanku, namun aku yang sudah cukup lama memperhatikan dan mengagguminya saat itu, tidak melihat kehadirannya di sana, padahal hampir seluruh siswa angkatan termasuk seluruh teman dekatnya ada dan ikut serta pada acara itu.
"Kenapa dia gak ikut ya?" Tanyaku di dalam hati.
Keesokan harinya, vibes dari acara itu belum juga pudar, hampir seluruh akun temanku di Instagram memposting hasil foto dan video yang di ambil saat acara kemarin, namun perhatianku malah teralihkan dengan beberapa postingan dari dia yang begitu kontras, di mana ia seakan-akan mempunyai dunianya sendiri dengan memposting foto kucing yang kufikir miliknya itu, entah apa alasanya tapi hal itu terasa sangat lucu dan aneh, karena yang ku tahu dia adalah salah satu Perempuan yang paling sering di bicarakan orang-orang, dan banyak sekali orang yang mengharapkan keikutsertaannya pada acara terakhir itu.
"Aneh ya, padahal ini acara yang di tunggu teman-teman di angkatan loh...jadi penasaran kenapa dia gak datang.....apa gua tanya aja ya?" Fikirku di dalam hati saat tertawa-tawa sendiri melihat postingannya itu.
Lalu setelah berulang kali berfikir, aku pun memutuskan untuk melakukan niatku itu, dan ini kali pertama aku berani membuka obrolan dengan dirinya,
"Halo, Sorry...kemarin lu ikut coret-coretan gak sih? " Pesan itu akhirnya ku kirim setelah meralatnya berulang-ulang.
Jari kuku tanpa sadar mengetuk ke layar handphone sebab resah karena di dalam kepalaku aku tahu dia terkenal sebagai perempuan yang cuek, hingga beberapa menit berlalu aku masih menatap kosong ke layar handphone sampai akhirnya notifikasi dari dia pun masuk.
"Engga." Jawabnya singkat.
Jantungku berdebar saat membaca itu, aku tersenyum dan sangat amat malu karena aku tidak terbiasa memulai obrolan dengan basa basi seperti ini.
"kenapa ga ikut?" Jawabku kaku.
Kali ini dia membalas pesanku cukup cepat,
"Mau ikut sih sebenernya tapi malah ketiduran, hehe." Jawabnya.
"Loh kok bisa Ketiduran? hahaha" jawabku.
Jujur saja awalnya aku sangat malu dan kaku, karena aku bukan tipikal orang yang membuka obrolan dengan omong kosong seperti itu, tapi karena ini adalah dia, aku berusaha untuk terus-menerus mencari obrolan yang entah kenapa semakin lama semua itu berjalan cukup lancar, ada beberapa hal yang ku tanyakan dan membuat dia mau menjawab sedikit lebih panjang seiring obrolan itu berjalan, mungkin naluri-naluri itu bisa muncul atas rasa senang di dalam hatiku karena bisa berbicara dengan dirinya, karena selama ini tidak pernah sekalipun kudapatkan kesempatan untuk mengobrol dengannya, baik itu langsung atau pun melalui sosial media.
Alhasil Obrolan kami yang di awali omong kosong itu malah terus berlanjut bagai di rancang oleh semesta, walau tanggapan dari dia cukup cuek, semakin lama aku selalu bisa mendapatkan topik yang bisa menariknya untuk berbicara lebih dan lebih banyak lagi,
"Mungkin ini memang jalannya." fikirku kala itu dengan rasa senang yang membuatku semakin percaya diri.
Namun ada satu keresahan di dalam fikiranku, karena di masa-masa itu diriku ini sedang berada dalam pergaulan dan masa laluku yang buruk, sementara dia satu-satunya perempuan yang selalu di bahas di circle pergaulan manapun namun tidak satu kali pun ku dengar ada isu atau kabar buruk tentang dirinya, dia murni sering di puji atas prestasi, kecantikan serta aura baiknya yang kuat.
"Apakah aku pantas untuknya?" Fikirku bertanya-tanya di dalam hati.
MASA LALU SAKA
Dalam hidupku, aku cukup sering dekat dan memiliki mantan pacar yang sebagian besar menyukai bahkan mendekatiku lebih dulu, entah apa yang membuat hal itu bisa terjadi tapi itulah kenyataan yang membuat diriku ketika berpacaran hampir selalu mendapatkan kesempatan atau tawaran seputar kenakalan dalam berpacaran, mulai dari berpelukan, bercumbu, merabah, hingga hal yang sangat amat besar seperti bersenggamah, pertama kali aku berpacaran ketika aku kelas 1 SMP dan peluang mendapatkan itu ada saat aku baru saja naik ke kelas 3 SMP, dalam masa remaja yang penuh akan rasa penasaran itu, membuatku agak kesulitan menolak sekaligus takut dengan semua tawaran itu, hingga akhirnya ku pilih menerima hal-hal yang lebih ringan sebagai caraku untuk mengalihkan hasrat si penawar dan diri sendiri yang saat itu sangat amat penasaran dengan hal yang kerap di sebut bersenggama itu, namun sepertinya pilihanku itu malah membuat hasrat, daya khayal, dan rasa penasaranku semakin besar, namun aku bersyukur masih bisa melewatinya kala itu.
Dari tantangan besar yang berhasil ku lewati ketika SMP, aku terus di terpa beberapa hal serupa dari orang yang berbeda-beda , rasanya saat itu sangat sulit menahan diri dari peluang-peluang tersebut sampai segala ketahanan nafsuku runtuh saat aku bertemu dengan perempuan bernama Ratna, dia adalah mantan pacarku sebelum aku berhasil dekat dengan Perempuan cuek itu, saat itu aku merasa bahwa dia memiliki jiwa dan romansa yang di balut sempurna seperti mimpi, dia selalu bisa membuatku berfikir seolah sikap dia dapat mengimbangi sifatku yang pada saat itu memang cukup cuek, dia dapat memanipulasi segala imajinasiku ketika berdua dengannya, rasa nyaman, aman dan kehangatan yang ia berikan di masa terpurukku, membuat kami akhirnya memutuskan untuk melakukan hubungan sex, sejak kejadian itu lah kami menjadi cukup sering melakukannya, bahkan hampir di setiap pertemuan kami, dan hal itu membuat kami memandang sex sebagai hal yang normal dan menyenangkan, saat itu kami merasa sudah saling memiliki sepenuhnya dan tidak pernah berfikir akan berpisah walau apapun yang akan terjadi nanti.
Singkat cerita, sayangnya hubungan kami tiba-tiba harus berakhir di kala kami sudah merasa begitu sempurna, masa itu sangat berat untuku dan pasti untuk dirinya juga, dia dan seluruh kenangannya begitu membekas di hati dan fikiranku, ada banyak hal yang datang di kala kesedihanku atas kehilangan Ratna, hingga semua kesedihan itu malah teralihkan dengan ujian-ujian di akhir sekolah yang berhasil mengambil alih fokus dalam fikiranku yang sedang sedih kala itu, aku sangat bersyukur karena rasa lelah dari belajar dan ujian itu terasa lebih ringan dari rasa sedih dan kehilangan yang ku alami atas perginya Ratna.
Singkat cerita, aku berhasil melalui semua ujian dan lulus dengan nilai yang baik, aku juga terpilih mendapat kesempatan untuk mendaftar kuliah melalui jalur SNMPTN, hari-hari itu terasa begitu menyenangkan bagai memulai kehidupan yang baru, kebahagian itu terus berlanjut sampai masa dimana aku mendapatkan jalan mendekati salah satu mimpiku dalam bab cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laki-Laki Lebih dari Perempuan (Dalam Hal Patah Hati)
Fiksi RemajaKeberuntunganku dalam hal percintaan malah membawaku terjebak oleh sesuatu yang sering kali datang merusak dan menganggu ke dalam hati dan fikiran, dimana hal itu perlahan-lahan mulai membuatku hancur dan kehilangan seluruh hal berharga di dalam hid...