Semalam aku hanya menceritakan semua tantangan yang telah ku lalui sampai ke sebab dan kronologi bagaimana aku dan mantanku Ratna yang ku ceritakan di awal cerita akhirnya melakukan hubungan sex, namun ada hal yang tidak Arnel pertanyakan semalam, padahal hal itu lah yang menjadi titik utama awal dimana diriku mendapatkan segala hal yang membawaku ke dalam kehancuran.
Kisah ini di mulai dimana aku masih berpacaran dengan Vivi yang mana saat itu aku masih berada di akhir semester kelas 1 SMK, pada suatu hari aku sedang nongkrong di salah satu Coffee shop di Jakarta, aku sendirian, tenang dan damai memenuhi hati dan fikiranku yang saat itu merupakan caraku untuk lari dari lingkungan yang membuat kondisi hatiku tidak kondusif, aku terlibat pertengkaran dengan abangku, itu memang bukan pertengkaran yang besar tapi yang membuat diriku begitu kesal adalah karena tidak ada satupun orang di rumah yang membelaku hanya karena mereka belum terima bahwa anak termuda di keluarga itu sudah tumbuh menjadi remaja yang berani beradu argumen dengan orang yang lebih tua darinya, kala itu aku cukup sering punya masalah dengan keluargaku, aku terlampau pendiam sebelumnya, hingga sulit bagi mereka melihat dan mendengar nada dan suaraku yang keluar di perdebatan itu.
"Saka, kamu dimana?"
Pesan masuk dari Vivi.
Aku tidak membalasnya karena sudah beberapa hari ini kami tidak berbicara, alasanku melakukan hal itu adalah karena Vivi pada saat itu bukanlah perempuan yang bisa atau nyaman di jadikan tempat cerita, egonya yang tinggi dan selalu saja memaksakan apa yang dia mau adalah faktor utama kenapa akhirnya aku sering mendiamkannya, aku agak tertekan oleh sifatnya dan hubungan kami memang sudah hampir porak poranda saat itu.
"Selamat malam kak." Sapa seorang pegawai di Coffee shop itu.
"Mohon maaf sebelumnya, kami sudah hampir close order dan tempat ini seluruhnya akan tutup sekitar 1 jam lagi, apa ada pesanan yang ingin di pesan lagi?"
"Ohh gitu ya, Americano ice nya satu lagi deh." Jawabku dan lansung membayar pesanan itu.
"Baik kak, di tunggu ya!" Jawabnya tersenyum.
lalu tak begitu lama orang itu kembali membawakan pesanaku.
"Americano ice nya kak, selamat menikmati!"
"Thank you." jawabku
Ia tersenyum dan pergi membereskan meja-meja yang sudah di tinggalkan, karena memang hanya tinggal aku pelanggan yang tersisa di sana, namun setelah beberapa saat aku menyadari dari kejauhan bahwa dia berjalan sambil menatap ke arahku.
"Hai, boleh ikut duduk?" Tanyanya sambil menggenggam segelas kopi di tangannya.
"Oh iya duduk aja." Jawabku acuh dan fokus pada apa yang sedang ku lalukan.
"Kalau ga salah lu di sini udah lama ya?" Tanyanya sambil melepas apron yang di kenakannya.
Aku tidak tahu mengapa dia mendatangiku tapi jika sampai tempat ini tutup dia masih banyak bertanya, lebih baik aku langsung pergi, aku menanggapi pertanyaannya hanya dengan menganggukan kepala.
"Dari raut wajah...kayaknya lu lagi ga baik-baik aja ya?" Tanyanya.
Karena jengkel aku pun melepas handphoen dan menatapnya.
"Gua gak papa kok, maaf kak, lu ada urusan apa ya?" jawabku sambil mengalihkan pandanganku kepadanya.
Dia malah tersenyum dan malah memperhatikan apa yang sedang ku mainkan di handphoneku
"Chess.com?" Tanya dia sambil menunjukan ekspresi yang terkesan merendahkan bersama senyumnya.
"Kenapa?" Jawabku.
Lalu dia berteriak ke arah temannya yang sedang menyapu di dekat pintu Coffe Shop itu,
"Ikhsan, Siapa yang paling jago catur di sini?" katanya dengan lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Laki-Laki Lebih dari Perempuan (Dalam Hal Patah Hati)
Novela JuvenilKeberuntunganku dalam hal percintaan malah membawaku terjebak oleh sesuatu yang sering kali datang merusak dan menganggu ke dalam hati dan fikiran, dimana hal itu perlahan-lahan mulai membuatku hancur dan kehilangan seluruh hal berharga di dalam hid...