Membangun Ikatan

89 14 0
                                    

Setelah hari itu hubungan kami benar-benar menjadi jauh lebih baik, sudah mulai terasa sikap Arnel yang dapat ku artikan mulai muncul perasaan cinta, kami semakin mengenal satu sama lain, kamu mulai berbalas pesan suara, telfon, video call dan lain sebagainya, tak jarang juga aku menyanyikannya lagu menggunakan gitarku ketika hendak ingin tidur, semua hal itu benar-benar membawa hubungan ini semakin dekat dengan titik terang, walau terkadang aku masih memikirkan sesuatu di dalam fikiranku,

"Aku sudah banyak mendengar pendapat orang lain seputar tentang dirinya dan tidak ada satu orang pun yang mengatakan hal-hal buruk tentang dia. Apa aku bisa jadi miliknya? Apa nanti dia bisa menerima kebiasaan dan masa laluku?" dalam hati bertanya-tanya kepada diri sendiri.

Walau di hantui pertanyaan-pertanyaan seperti itu, aku tetap merasa nyaman punya hubungan yang sehat dengan perempuan yang benar-benar sudah lama ku impikan, semua itu semakin baik saat dia berkata sudah menceritakan diriku kepada mamah dan kakaknya, dia mengatakan itu setelah aku bertemu dengan mamahnya saat mengantarnya pulang untuk kedua kalinya, beliau sangat ramah, baik dan terlihat seperti tipe orang tua yang mengerti cara fikir anak muda.

"Ga mampir dulu?" katanya halus pada saat melihatku mengantar pulang anaknya malam itu.

Awalnya aku agak menyesal menolak tawaran itu, namu ternyata pilihanku itu malah berbuah manis, karena setelah sampai di rumah Arnel mengatakan sesuatu kepadaku,

"Kaa, untung aja tadi lu nolak tawaran Mamah.." Ucapnya.

"Loh kok untung?" Jawabku bingung.

"Iyaa, karena Mamah mau ngetest tata krama kamu." 

"Ngetest gimana?"

"Ihh, saat itu kan udah malam ya..dan buat keluargaku jam segitu tuh udah ga pantas lah buat bertamu atau nerima tamu, jadi Mamah mau nilai kamu saat itu." 

Jujur aku agak terkejut, karena penolakanku itu datang karena rasa panik dan malu atas tawaran secara mendadak.

"Sepertinya memang sudah takdir, hubungan aku dan Arnel berjalan lancar." Fikirku dalam hati seraya tertawa.

Beberapa hari kemudian tiba sebuah hal yang benar-benar tidak pernah aku duga melalui pertanyaan cuek Arnel kepada diriku melalui telfon pada suatu malam,

"Lu gak nembak-nembak gua nih?"

Tak ada angin tak ada hujan dia secara sadar berkata seperti itu,

"Hah?" Jawabku terkejut.

"Mending buruan deh, mamah juga nanyain muluu kejelasannya, kayaknya dia suka deh sama lu" Jawabnya.

"Hah? Serius? Gua tembak mamah aja ahhh.. " Jawabku menggodanya.

"Dih apaan sih..." Jawabnya kesal.

"Yahh maaf hehe, tapi gua maunya langsung Nell" Jawabku.

"Ih gamauu...di sini aja, maluuu tau kalau langsung."Jawabnya dengan nada bicara khas miliknya.

"Tapi kan kaya kurang gitu kalau dari telfon." Jawabku.

"Ihh...Lagian lu udah tau juga jawabannya, jadi ga bakal seru juga, pokoknya gua ga mauu langsung..maluu." Ucap dia yang membuat diriku sontak tersenyum begitu bahagia.

"Sekarang banget nih?"

"ihhh iyaaa.." Jawabanya dengan suara yang di tekan.

Tadinya aku fikir akan sulit mengajaknya untuk berpacaran karena memang dia orang yang sangat cuek dan rumit sampai aku merasa tidak mampu menjelaskan sisi sulit itu dalam cerita ini, tapi sepertinya keberuntungan memang sedang berpihak kepadaku.

Laki-Laki Lebih dari Perempuan (Dalam Hal Patah Hati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang