11. | Sosok di balik Pintu Kamar

23 7 0
                                    


CHAPTER 11.
SOSOK DI BALIK PINTU KAMAR

—○●○—

""KAK." Niki memanggilnya. Tepat pada pukul delapan malam, ia berdiri di ambang pintu kamar Jiyoon yang masih terbuka lebar. "Kenapa tidak menutup pintu kamarnya?"

Jiyoon yang sedang sibuk menulis sebuah email untuk dikirim ke kakaknya—yang ia tahu akan sia-sia—menoleh ke arah pintu. "Aku lupa menutupnya," ujarnya berbohong. Pasalnya, malam ini Jiyoon sengaja membiarkan pintunya terbuka karena ia ingin melihat sekali lagi makhluk besar yang sempat ia temui. Entah kenapa ia yakin sekali malam ini makhluk itu akan muncul.

Lagi-lagi ia berencana melanggar peraturan dan tekadnya sudah bulat. Rasa penasarannya pada panti asuhan ini lebih besar daripada kekhawatiran bahwa ia akan mendapatkan hukuman jika ketahuan melanggar. Lagi pula, Madam Vera belum menunjukkan tanda-tanda akan pulang malam ini. Pikir Jiyoon, ini adalah waktu yang tepat untuk melepas rasa penasarannya.

Niki juga tampak tidak khawatir. Ia justru duduk di sisi ranjang Jiyoon dan hanya mengamatinya yang sibuk mengetik. Sejak tadi pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah setelah beberapa jam Heeseung menceramahinya. Tujuannya ke sini bukan tanpa alasan. Tadinya, ia ingin meminta maaf karena sudah membuat keributan. Namun, berubah ketika Heeseung menyadarkannya akan sesuatu, dan setelah melihat apa yang Jiyoon akan lakukan malam ini, ia jadi merasa ingin ikut andil melarang Jiyoon yang bebal demi keselamatan mereka semua.

"I know you're lying." Jiyoon menoleh pada Niki. Suaranya yang sedikit lebih berat dibanding anak seusianya cukup mengejutkannya. "Pintu kamar yang terbuka. Aku tahu maksudmu, Kak."

Jiyoon terdiam di tempatnya, sementara Niki sudah menutup pintu kamarnya, lalu mengintip dari lubang kunci. "Apa yang kau lakukan?"

"Seperti apa yang kau pikirkan, mengintai makhluk itu."

Setelahnya, Jiyoon bisa mendengar langkah kaki yang mendekat di lorong. Ia pun bangkit dari duduknya dan ikut bergabung bersama Niki mengintip dari balik lubang kunci. Malam ini, sinar rembulan yang masuk melalui jendela di lorong, sedikit membuat keduanya dapat melihat apa yang terjadi di luar sana. Jiyoon tanpa sadar menahan nafasnya saat sosok bertubuh besar itu lewat di depan pintu kamarnya. Derap langkah kakinya terdengar semakin jelas, begitupun dengusan nafas yang dikeluarkannya.

Melalui lubang kunci yang kecil itu, Jiyoon hanya bisa melihat sebagian. Tangannya yang berbulu memegang sesuatu seperti kapak, dan perutnya sedikit membuncit. Tiap kali dengusan nafas yang dikeluarkannya, akan terdapat semacam asap yang terlihat. Apa yang dilihatnya mengingatkannya akan gambar yang Jake buat. Namun, kemudian ia mengingat Niki.

"Apa tidak apa-apa kau kemari, Niki?" Tanyanya setengah berbisik. Ia masih melihat ke arah lubang kunci. Makhluk itu masih berdiri di depan pintu kamarnya.

"Yang lain sudah pergi tidur."

Ketika makhluk itu mulai pergi menjauh dari lorong, Jiyoon baru bisa bernafas lega. Tubuhnya ia sandarkan pada pintu, lalu memandang ke arah Niki yang berdiri menjulang di hadapannya.

"Kalian tahu tentang makhluk itu?"

Niki mengangguk singkat. "Jake yang memberitahu kami. Awalnya, hanya dia yang bisa melihatnya." Ingatan tentang wajah Jake yang ketakutan pertama kali saat melihat makhluk itu terlintas dalam benak Niki. "Tapi, tak lama setelahnya, kami semua dapat melihatnya."

Suara derap langkah kaki di luar mulai semakin mengecil, dan kemudian tak lagi terdengar. "Apa yang membuat kalian dapat melihatnya?"

"Makhluk itu hanya mendekati orang-orang yang memiliki rasa penasaran besar padanya. Saat itu kami semua sangat ingin mencari tahu. Tapi, kami menyesal." Niki berjalan ke arah pintu, membuat Jiyoon menyingkir. Ketika tangannya meraih gagang pintu, dan membukanya Jiyoon menahan nafas.

ORPHAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang