14. | Burung Gagak

18 6 0
                                    

CHAPTER 14.
BURUNG GAGAK

—○●○—

"APA kau melihat Mira?" Jiyoon bertanya pada Sunoo yang sedang menyiram pot berisi bunga lily. Pemuda itu menggeleng.

Sejak sarapan usai, Jiyoon tidak berhenti menanyakan keberadaan Mira. Namun, jawaban yang mereka berikan tetap sama, "Kami tidak melihatnya."

Kekhawatiran muncul ketika Jiyoon menyadari tidak melihat Mira sejak malam kembalinya Madam Vera, tetapi tidak berani menebak-nebak apa yang telah terjadi. Ia tahu ada yang salah dari pertanyaan yang dilontarkan Madam Vera untuk Mira. Terutama setelah melihat Mira yang gugup setengah mati—padahal ia tidak pernah melihatnya segugup itu—dan penemuan mayat di halaman sebuah pondok membuat rasa takutnya kian membesar.

Tidak mungkin, kan?

Lamunannya buyar saat mendengar langkah kaki mendekat. Dari ujung lorong, ia bisa melihat Madam Vera yang berjalan ke arahnya. Di tengah cuaca pagi yang cukup mendung ini, Madam berpakaian merah mencolok, tetapi masih tampak elegan.

"Apa yang kau lakukan di sini, Jiyoon?" Tanyanya. Senyumnya merekah, menampilkan garis tipis di sepanjang ujung bibirnya.

"Madam, bolehkah aku bertanya padamu?" Alih-alih menjawab, Jiyoon justru melemparkan pertanyaan lain.

"Silakan!"

Kedua perempuan beda usia itu kini berjalan mengelilingi panti asuhan yang lebih mirip kastil dalam dunia dongeng. Ini adalah tour pertama Jiyoon setelah beberapa hari tinggal di tempat ini. Mereka berjalan menuju bagian sayap sebelah Timur kastil—bagian yang hampir tidak pernah tersentuh oleh anak-anak. Nyaris sama seperti apa yang terdapat pada sayap sebelah Barat, terdapat beberapa ruang di sana. Biasanya digunakan untuk melatih para pekerja panti beberapa ilmu agar dapat merawat anak-anak.

"Apa Anda tidak pernah membawa anak-anak pergi keluar?" Jiyoon bertanya ke Madam Vera.

Wanita itu menoleh sekilas, sebelum menjawab, "Tidak. Aku memang tidak pernah mengizinkan mereka untuk pergi kemanapun."

Jiyoon merasa bingung tentu saja, tetapi untuk melontarkan pertanyaan baru dan menanyakan alasannya, ia masih merasa tidak sanggup. Maka dari itu, selama beberapa menit ke depan, Jiyoon hanya bisa terdiam sambil mendengarkan Madam Vera yang menjelaskan tentang ruangan yang mereka lewati.

Pada bangunan sebelah Timur inilah kamar Madam Vera berada. Letaknya tepat setelah belokan lorong, bersebelahan dengan perpustakaan pribadi miliknya. Total Madam memiliki perpustakaan adalah dua. Satunya terletak tepat di samping ruang kerjanya pada lantai dua. Madam menyebutkan jika dia menyukai buku-buku yang menceritakan sejarah suatu tempat, dan bibliografi.

Keduanya lalu tiba di depan sebuah ruangan. Ketika Madam Vera membuka kunci pintu tersebut, ia dibuat kagum oleh dindingnya yang dipenuhi lukisan dengan berbagai ukuran. Bagian tengah dinding, tepat berseberangan dengan pintu masuk, terdapat lukisan paling besar. Itu adalah lukisan Madam Vera dan ketujuh anak-anak panti.

"Itu lukisan hadiah dari saudagar kaya kota tetangga. Mereka sangat peduli dengan anak-anak." Madam lalu membawanya menuju ke bagian lain dari ruangan, di mana menampakkan lukisan-lukisan bertema langit.

"Kalau ini, Sunoo yang melukisnya," ungkap Madam Vera.

Jiyoon terpukau. Lukisan langitnya terlihat sangat indah dan realistis. Sunoo melukiskannya di atas kanvas yang memiliki ukuran sama, dan dengan tema yang sama pula. Meskipun begitu, lukisan Sunoo tidak terlihat seperti amatir, seolah-olah bakat itu memang terlahir dari dalam dirinya.

ORPHAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang