18. | Festival Musim Gugur

24 6 0
                                    

Sampai di chapter ini, ada yang paham nggak sih ini nyeritain tentang apa?
Mau tau pendapat kalian dong. Komen ya..
Eh, btw, aku suka update visualisasi dari cerita ini di instagram.
Kali aja ada yang mau liat, cek ig: annaradisa ya

—○●○—

CHAPTER 18.
FESTIVAL MUSIM GUGUR

—○●○—

MADAM Vera bertingkah aneh selama berhari-hari menghilang tanpa jejak. Wanita itu jauh lebih sumringah, lebih sering tersenyum, dan mengenakan pakaian-pakaian cerah dibanding biasanya. Pada jam sarapan, wanita itu membawa beberapa lembar kertas kecil sambil terus tersenyum.

"Madam membawa kabar bahagia," katanya. Jiyoon khawatir mulutnya akan sobek jika terlalu lama tersenyum lebar. Madam lalu mengeluarkan kertas yang dibawanya dan meletakkan tepat di atas meja makan.

"Tiket festival?" Tanya Jungwon begitu melihat tulisan yang tertera pada kertas tersebut.

Mereka mendengar soal festival bulanan yang akan dilaksanakan di lapangan desa Rockmount. Meski diadakan oleh masyarakat pedesaan saja, tetapi festival ini diselenggarakan dengan megah dan sangat terstruktur. Persis seperti acara festival tahunan di kota-kota besar. Yang hadir dalam acara itupun hanya orang-orang yang memiliki tiket.

"Aku mengabulkan permintaan Jiyoon yang ingin kalian pergi festival." Seketika perhatian mereka tertuju pada Jiyoon yang sejak tadi hanya terdiam.

Merasa namanya disebut pun, Jiyoon yang semula sedang sibuk memisahkan sayur pada piringnya, mendongak menatap Madam Vera. Ia yang menyadari bahwa dirinya telah menjadi pusat perhatian, mendadak menjadi gugup.

Jiyoon dengar apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi ia sama sekali tak memiliki minat untuk pergi kemanapun. Apalagi dalam situasi akhir-akhir ini yang bak terror baginya. Anak-anak lain sepertinya juga berpikiran sama, melihat bahwa mereka sama sekali tidak terlihat bahagia menerima kabar itu.

"Oh ya, tentu saja. Kami ingin pergi ke festival," balas Jiyoon. Ia melakukan itu hanya agar terlihat menghargai usaha Madam Vera, sekaligus mencegah agar wanita itu tidak menyadari suasana canggung yang terjadi di sekitarnya.

"Bagus. Festivalnya dibuka besok malam. Jadi, persiapkan diri kalian."

Jiyoon seakan tidak memiliki tenaga untuk malam festival nanti. Alih-alih merasa senang, otaknya penuh dengan bayang-bayang wajah yang menghantuinya selepas kejadian di ruang lukis.

Jiyoon yakin dirinya tidak memiliki sixth sense atau apapun itu yang dapat membuatnya melihat makhluk-makhluk mengerikan tak kasat mata. Sepanjang hidupnya, ia hanya mendengar dan melihat dari kisah orang-orang mengenai mereka, tetapi baru kemarin Jiyoon benar-benar melihat secara langsung.

"Kau yakin baik-baik saja?" Bahkan Mira sampai harus menanyakan keadaannya tiap satu jam sekali hanya untuk memastikan bahwa Jiyoon baik-baik saja. Pasalnya, sejak tadi kerjaannya hanya melamun di halaman belakang dan sengaja menghindar untuk kelas hari ini.

"I'm fine," balas Jiyoon singkat.

Mira sebenarnya merasa kasihan pada Jiyoon yang mendadak menjadi pendiam. Ia sudah mendengar ceritanya dari anak-anak. Tidak pernah terbayang dalam benaknya jika ia ada di posisi Jiyoon. Mendapat serangan dari makhluk itu saja sudah membuat Mira ketakutan setengah mati, apalagi jika mereka menampakkan wujudnya.

Usai kelas, Jake terlihat berlarian menghampiri Jiyoon di dalam rumah kaca. "Hai, Kak," sapanya.

"Hai."

ORPHAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang