28. | Penjemputan Tumbal

18 3 0
                                    

CHAPTER 28.
PENJEMPUTAN TUMBAL

—○●○—

HANYA ada mereka bertujuh.

Entah mengapa, kalimat itu seolah menghantui Jungwon dan membuat rasa takutnya menjadi berlipat ganda. Ia memandang ke arah yang lain. Saat ini mereka ada di kamar dalam keadaan tidak baik-baik saja setelah membereskan kekacauan di dapur. Hati mereka berdebar. Kematian Bad Lady terus terngiang-ngiang dalam benak mereka seperti kaset rusak, tidak mau enyah.

Setiap sudut panti asuhan terasa mencekam, menjadi semakin menakutkan dua kali lipat. Gangguan mulai semakin terasa. Makhluk besar berkepala kambing seringkali menampakkan diri, menghampiri kamar mereka yang terkunci, dan berdiam diri di sana hingga beberapa jam. Entah apa yang akan terjadi jika pintu kamar itu terbuka. Mereka terlalu takut untuk membayangkannya.

Halaman belakang yang biasa mereka jadikan tempat bermain juga terasa aneh. Matahari bersinar terang, tetapi suasana halaman belakang terlihat suram. Suara tawa kini tak lagi menghiasi seperti tahun-tahun sebelumnya. Memasuki musim gugur, banyak dedaunan kering berguguran yang justru semakin menunjukkan kesan menyeramkan.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Sunoo menghampiri Jungwon yang berdiri di teras belakang.

"Menurutmu, apa yang akan terjadi lagi setelah ini?"

Kemarin, pintu loteng berderak dengan keras dan suaranya sangat amat nyaring. Mereka yang bahkan ketakutan setengah mati merasa penasaran, tetapi enggan untuk melangkah keluar kamar. Suara ribut yang berasal dari sana seakan menunjukkan pada mereka bahwa sesuatu akan terjadi tak lama lagi.

"Sudah terlalu lama sejak terakhir kali kita mengalami hal ini." Sunoo termenung. Tatapannya menerawang. Ia berusaha mengingat masa lalu mereka, terutama pada kejadian-kejadian suram yang seharusnya sudah biasa mereka rasakan. "Bedanya, kali ini sangat mengerikan."

Jungwon mendengus kecil. "Sejujurnya aku merasa kemampuanku melemah."

Sunoo yang mendengar itu segera menoleh. "Benarkah?"

"Aku semakin tidak bisa membedakan mana mimpi, mana vision yang sesungguhnya."

Tiga tahun silam, saat di mana semua berawal. Ketika makhluk-makhluk itu muncul secara tiba-tiba, menyebarkan ketakutan pada setiap sudut panti asuhan. Makhluk berkepala kambing itu tidak menyakiti mereka, hanya sekadar menampakkan diri. Jake yang paling sering melihatnya. Makhluk itu tidak pernah mendekat sebab mereka berusaha untuk tidak peduli, dan benar. Tidak ada yang terjadi. Sekalipun makhluk itu berkeliling atau berjaga di depan kamar mereka hingga pagi tiba—asalkan tetap taat pada peraturan yang berlaku.

Itulah yang selalu Heeseung tekankan, agar tidak ada yang berusaha mencari tahu, atau makhluk itu akan menyerang. Sehingga, ketika rentetan kejadian mengerikan terjadi pada mereka akhir-akhir ini, membuat Heeseung bertanya-tanya, salahkah mereka yang selalu bersikap tidak acuh? Karena ia mulai sadar bahwa banyak hal yang disembunyikan.

Tiga tahun silam, tidak ada yang tahu pasti mengapa makhluk itu dikirim kemari. Mereka hanya tahu bahwa mereka ada, dan merasa beruntung karena dapat melanjutkan hidup seperti biasa. Namun, kali ini semuanya telah berbeda. Kenyataan bahwa mereka harus menyelesaikan permasalahan ini membuat ketakutan semakin membesar.

"Jadi, liontin ini yang memengaruhimu?" Tanya Heeseung pada Jay yang sejak tadi hanya memandang liontin merah di tangannya yang telah hancur.

Jay mengangguk, tetapi dengan kedua matanya yang tak lepas memandang liontin. "Dan Bad Lady juga memakainya."

"Kau pikir Bad Lady juga terkena pengaruhnya?"

"Mungkin."

Percakapan keduanya sempat terhenti begitu Jake bergabung seraya berkata, "Menurutku tidak." Ia mengambil tempat tepat di sebelah Heeseung. "Tubuh Bad Lady telah sepenuhnya dikuasai oleh roh jahat. Kalian lihat sendiri bagaimana wajahnya berubah."

ORPHAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang