07. | Dalam Kegelapan

45 7 0
                                    

CHAPTER 07.
DALAM KEGELAPAN

-○●○-

HARI ini gerimis turun dengan derasnya. Butiran airnya membasahi perkebunan milik Madam Vera, dan suhu yang semakin dingin membuat Jiyoon menggigil. Sebelum sarapan dimulai, ia berdiri di atas balkon yang terbuka, menebarkan aroma petrichor serta pinus yang membaur menjadi satu masuk ke dalam rongga penciumannya.

"Apa Kak Jiyoon bertengkar dengan Kak Heeseung?" Hingga sebuah suara mengalihkan perhatiannya. Tepat di sampingnya, Sunoo baru saja berdiri dengan bibir yang sengaja ia kerucutkan.

Jiyoon mengernyit mendengar pertanyaan itu. "Apa maksudnya?"

"Terakhir kulihat dia bersamamu, dan pagi ini auranya busuk," balas Sunoo.

Jiyoon tidak bisa berpikir apa pun. Namun, satu fakta bahwa Heeseung tampak mempermasalahkan percakapan mereka sebelumnya membuat Jiyoon merasa bersalah. Ia tidak bermaksud melewati batas dengan menanyakan hal-hal yang mungkin menjadi privasi mereka.

"Mungkin dia masih marah karena aku terlalu banyak bertanya."

Akan tetapi, Sunoo tampak tidak setuju. Ia menggerutu, "Memang apa salahnya banyak tanya?"

"Salahnya adalah aku menanyakan soal sikap Jake yang aneh. Aku mengiranya dia memiliki sixth sense, dan tidak menyadari itu menyinggung Heeseung," terang Jiyoon. Akan tetapi, kali ini tidak ada balasan dari Sunoo. Lelaki itu bergeming menimbulkan pertanyaan dalam benak Jiyoon.

Tiba-tiba saja Sunoo berubah menjadi sosok lain. Dia terdiam, senyum manisnya menghilang tergantikan dengan wajah datar. Ke mana perginya Sunoo yang berlagak lucu beberapa saat yang lalu? batin Jiyoon.

Hujan masih mengguyur di luar sana, bahkan semakin deras, tetapi Jiyoon tidak mungkin salah dengar pada ucapan Sunoo selanjutnya.

"Memang seharusnya Kakak perlu memperhatikan batasannya."

Kalimat itu tidak bisa berhenti berputar bak kaset rusak dalam pikiran Jiyoon. Ia hanya bisa membatin ketika suasana sarapan menjadi jauh lebih canggung dibanding sebelumnya, serta berharap Madam Vera tidak menyadarinya.

Setidaknya canggung itu menjadi sedikit teratasi ketika pintu belakang yang terhubung dengan dapur terbuka. Muncul sosok wanita yang diperkirakan usianya lebih tua lima tahun dari Jiyoon, masuk ke dalam. Seketika wanita itu menjadi pusat perhatian. Pakaiannya sederhana, hanya kaos merah lengan panjang dipadukan dengan rok di atas mata kaki berwarna putih gading. Rambut kecokelatannya dikepang dua sedikit basah menjuntai pada bahu setengah bungkuknya. Sekilas, wanita itu tampak baik-baik saja, kecuali kedatangannya yang menjadi pertanyaan.

"Dia adalah Mira. Mulai sekarang, dia yang akan memasak serta membereskan ruang kelas," jelas Madam Vera.

-○●○-

Karena merasa anak-anak yang sedikit menjaga jarak darinya, Jiyoon memutuskan untuk tidak keluar kamar setelah sarapan-anak-anak sedang mengikuti kelas seni saat ini. Ia membuka laptop yang dibawanya, berniat memeriksa email yang masuk. Akan tetapi, jaringan yang masih belum stabil, membuatnya berdecak kesal. Sudah beberapa hari tinggal di panti, tetapi ia belum bisa menghubungi siapa pun.

Di tengah rasa gelisahnya, pintu kamarnya diketuk. Ia mendesah malas, kemudian bangkit dari duduknya. Sosok Mira muncul dengan sebuah nampan yang di atasnya terdapat berbagai jenis manisan dan segelas susu. Mira tersenyum menatapnya.

"Kau membawakan ini untukku?" Tanya Jiyoon tepat memandang pada kedua mata Mira yang sayu. Tubuh Mira sangat kurus. Bahkan tulangnya terlihat menonjol. Saking kurusnya, Jiyoon khawatir Mira tidak kuat menahan beban pada kedua tangannya yang membawa nampan.

ORPHAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang