25. | Berita Buruk

26 4 0
                                    

CHAPTER 25.
BERITA BURUK

—○●○—

"INGAT! Jangan buat masalah lagi!" Jiyoon yang baru saja hendak keluar dari mobil Jiwoong, menoleh sejenak pada kakak laki-lakinya itu.

Ia mendengus, kemudian menjawab, "I know."

Jiyoon menatap sejenak gedung besar yang sudah dua tahun ini ia tempati. Namun, belakangan ini, karena suatu insiden yang ia sendiri penyebabnya, menjadikan dirinya tidak pernah datang lagi. Begitu ia menginjakkan kaki di depan pintu masuk, Jiyoon dapat merasakan tatapan jijik dari penghuninya.

"It seems like rumors about me are spreading well," katanya pada seorang pemuda yang baru saja menghampirinya. Namun, Jiyoon tak lagi heran. Sebagai adik dari Jiwoong, dosen teladan, maka tak jarang namanya juga ikut terseret saat penghuni universitas membicarakan sosok kakaknya itu. Tentu saja absennya Jiyoon dari seluruh aktivitas kampus menjadi tanda tanya mereka. Sampai akhirnya, banyak rumor beredar tentangnya.

"Tidak heran. Dari seluruh penghuni universitas, hanya kau yang dapat melampaui batas," balas pemuda itu.

Jiyoon tidak begitu dekat dengannya. Mungkin beberapa kali ia terlibat suatu proyek tugas bersamanya—satu-satunya manusia di universitas yang mau satu kelompok dengannya. Bahkan, Jiyoon tidak pernah mengingat dengan baik namanya. Jaeyoon, Jaehyung, Jaekyung. Entah. Jiyoon sama sekali tidak terpikirkan bagaimana menyebut namanya dengan benar.

Meski begitu, Jiyoon tetap akan menanggapi tiap topik obrolan yang dikeluarkannya. Atau ketika ia tiba-tiba bertanya pendapat padanya, begitu juga sebaliknya. Hubungan mereka mengalir dengan sendirinya, tetapi bukan teman, dan tidak juga lebih dari itu. Terdengar rumit. Hanya saja, keduanya nyaman seperti ini. Jiyoon yang tidak tertarik menjalin pertemanan dengan siapapun, dan pemuda tidak diketahui namanya itu yang terlalu ramah pada semua orang.

Mereka berpisah di lorong karena Jiyoon harus pergi ke ruang dosen. Tidak ada salam perpisahan, dan mereka sama-sama tidak mempermasalahkan hal itu. Pikiran Jiyoon terlalu fokus pada jawaban-jawaban masuk akal yang bisa ia berikan pada Profesor Nam nantinya—yang setidaknya dapat membuat pria tua itu tidak meluap-luap emosinya. Namun, tentu saja itu hanya harapannya yang tidak pernah terwujud.harapannya semata.

"Mama kamu terlalu ikut campur urusan saya," kata Profesor Nam mengawali pembicaraan mereka. "Saya berniat menambah masa hukumanmu."

"Justru saya sangat berterima kasih pada beliau karena saya bisa kembali. Pada Profesor Nam juga yang mengizinkannya." Jiyoon tahu Profesor Nam sedang memendam emosinya. Tampak dari wajahnya yang semakin memerah, dan bagaimana ia menggenggam bolpoin miliknya yang semakin erat.

Semester baru sudah dimulai, dan Profesor Nam ingin menambah masa hukumannya. Apa lagi jika bukan gila yang menjadi julukan pria itu selama ini? Sebab itu di luar kesepakatan yang ditentukan—walau sebenarnya ia juga tidak keberatan jika diminta kembali ke sana. Tidak heran jika sang mama emosi mendengar hal ini.

Jiyoon tidak tahu apa yang membuat dosennya itu sangat marah melihat kehadirannya di sini. Meski nyaris setiap hari ia membuat masalah dan ruang dosen bukan lagi tempat asing untuknya, ia tidak pernah melihat Profesor Nam semarah ini, seakan ingin menelannya hidup-hidup. Tatapan Jiyoon lurus ke depan, tetapi ia bersumpah tidak akan bisa melihat kedua mata Profesor Nam yang menajam. Ia berusaha mengalihkannya dengan menatap jendela di belakang pria itu yang mengarah pada koridor fakultasnya.

"Terserah apa kata kamu," balasnya kemudian. "Bagaimana? Apa kau jera?"

Lebih dari itu. Jiyoon tidak berani mengungkapkan yang sebenarnya mengenai panti asuhan yang ia tinggali. Sejak awal ia sudah mencium bau-bau keanehan, mulai dari rute di peta yang berubah total, hingga menemukan panti asuhan di atas bukit yang berdiri di tengah-tengah hutan lengkap dengan penghuninya yang ajaib. Jiyoon tidak ingin menambah masalah dengan bercerita—atau paling parah Profesor Nam menganggapnya gila—tentang panti asuhan yang didatanginya.

ORPHAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang