33. | Menghancurkan Kutukan (2)

15 3 0
                                    

CHAPTER 33.
MENGHANCURKAN KUTUKAN (2)

—○●○—

JAY mengerahkan semua tenaganya agar ia dapat berlari secepat mungkin. Tidak dipedulikannya kedua kakinya yang bisa saja lecet karena tidak memakai alas apapun, atau badannya yang mulai menggigil sebab dirinya hanya mengenakan piyama di tengah dinginnya udara malam. Dalam benaknya, ia hanya ingin membebaskan Jiyoon dari orang-orang berjubah hitam. Namun, beberapa saat sebelum ia semakin dekat, ia merasakan tubuhnya ditarik. Ia melihat ke belakang, pada Sunghoon yang menjadi pelakunya.

Jay berdecak. Salah satu alisnya terangkat, kemudian berkata, "Apa yang kau lakukan? Kenapa kita berhenti?"

Sunghoon membalasnya dengan dengusan. "Bodoh. Kau tidak lihat? Mereka ada banyak. Kita tidak membawa senjata apapun. Bunuh diri namanya."

Akan tetapi, Jay yang keras kepala tetap mendesak Sunghoon agar mereka segera ke tempat Jiyoon. "Aku bisa bela diri," katanya. Ia berjalan keluar dari tempat persembunyian, meninggalkan Sunghoon yang terus-menerus memanggil namanya.

Begitu tiba di sana, Jay segera berdiri di hadapan Jiyoon yang terikat pada sebuah kayu dengan keadaan masih tidak sadarkan diri. Ia dan Sunghoon bak tameng yang siap melindungi Jiyoon. Mereka—orang-orang berjubah hitam—mengacungkan tongkat mereka mengarah pada Jay dan Sunghoon. Ujungnya yang memiliki mata pisau tajam membuat Jay maupun Sunghoon bergidik ngeri.

"Lihat! Apa aku bilang," geram Sunghoon pada Jay. "Sesenti saja kita bergerak, kita mati."

"Pergi dari sini!" Kata salah satu dari mereka.

"Apa yang akan kalian lakukan padanya?" Alih-alih menuruti perintah mereka, Jay justru melontarkan pertanyaan. Ia berhasil membuat orang-orang berjubah itu semakin marah. Hanya saja, mereka tidak bisa melakukan apapun jika itu berhadapan dengan anak-anak panti.

Sunghoon bergerak perlahan mencapai tiang yang menyandera tubuh Jiyoon. Saat tidak mendapatkan pergerakan apapun, ia mulai melepaskan ikatan Jiyoon. Setelah berhasil terlepas, ia memapah tubuh Jiyoon yang masih pingsan.

"Kita pergi," perintahnya pada Jay.

Sambil terus memapah tubuh Jiyoon, Jay dan Sunghoon bergerak perlahan. Orang-orang berjubah hitam mengikuti pergerakan mereka, masih dengan senjata yang teracung. Sayangnya, tiba-tiba sebuah pukulan melayang pada Sunghoon. Pegangannya pada Jiyoon terlepas. Makhluk berjubah itu berhasil mendapatkan tubuh Jiyoon kembali.

"Sial!"

—○●○—

Jungwon berteriak panik. Kedua tangannya menggapai-gapai lantai, mengakibatkan kuku-kukunya berdarah nyaris terkelupas. Sayangnya, makhluk berkepala kambing itu terlalu kuat. Dengan mudahnya dia menarik Jungwon yang terpontang-panting.

Di sisi lain, Sunoo, Jake dan Niki berlarian menuju ke dalam panti asuhan. Makhluk-makhluk tak kasat mata sudah tidak lagi mengejar. Mereka berniat menyelamatkan yang lain. Tiba di lorong menuju ruang tengah, mereka melihat Jungwon bersama makhluk besar yang menariknya.kapaknya tepat pada perpotongan lehernya.

"JUNGWON!" Jake berniat menghunjam kapaknya pada makhluk itu. Namun, belum sempat melakukannya, tubuhnya terpental hingga menabrak kaki meja ruang tengah. Ia meringis. Di saat itulah keberadaan yang lain semakin tidak aman.

Kesadaran Jungwon menipis. Kepalanya yang berulang kali terantuk lantai membuat pelipisnya mengeluarkan banyak darah. Makhluk itu juga menyerang Niki dan Sunoo, hingga tubuh keduanya terhempas beberapa meter.

"Dia terlalu kuat," lirih Sunoo. Tubuhnya terasa remuk. Kedua kakinya tidak sanggup lagi menopang berat badannya.

Jungwon benar-benar hilang kesadaran setelah makhluk itu melepaskannya, alih-alih mendatangi tempat Sunoo dan Niki. Kemudian dengan mudahnya tangan berbulu miliknya mencekik leher keduanya hingga kedua kaki mereka tidak menapak pada lantai. Di sisi lain, Jake meringis merasakan tubuhnya yang seperti terbelah menjadi dua. Ia tetap menjaga kesadarannya demi menyelamatkan Niki dan Sunoo yang meronta. Makhluk itu masih di sana, tidak menyadari keberadaan Jake yang kini sudah berdiri dan melemparkan kapaknya hingga tepat mengenai lehernya.

ORPHAN [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang