🍁 20

1.1K 157 58
                                    

Sudah chapter 20.. ayo kasih vote dan komen ya
Terima kasih sudah kasih vote dan komen 🤍💙

Maaf untuk kesalahan penulisan

Maaf untuk kesalahan penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁DIMANA FELIXKU?🍁

Felix sedang kesal pagi ini. Pasalnya sereal untuk sarapan pagi yang hendak dituangkan di mangkok tumpah berserakan di lantai. Membersihkan benda kecil yang berserakan bukanlah hal yang mudah. Hal itu sukses membuatnya malas untuk sarapan. Dongkol dengan kejadian sebelumnya, Felix memilih keluar rumah untuk jalan pagi.

Sampai di taman kecil dimana berkumpulnya truk makanan berjejer menjajakan berbagai makanan membuatnya semangat lagi untuk sarapan. Memilih burger untuk sarapan pagi sebenarnya tidak sehat namun Felix sedang ogah menghitung kalori.

Merogoh dompet dan mengeluarkan uang untuk membayar pesanan yang telah selesai. Felix berjalan ke truk sebelah untuk membeli minum. Kejadian tak mengenakkan membuatnya enggan mengalah. Ada orang yang dengan tidak sopan menyerobot antrian.

Pria manis itu naik darah. Mengomel setidaknya lima belas menit dan akhirnya orang yang menyerobot tadi meminta maaf. Lagi-lagi enggan makan dan makanan yang sudah dibeli tadi akhirnya hanya ditaruh kulkas.

"Lix lihat, mungkin buku itu bisa kita sumbangkan ke perpustakaan." Chenle menunjuk kearah satu buku yang terpajang di rak tinggi.

"Bagus. Ambil saja ayo segera bayar." ujar pria manis dengan pipi digembungkan.

Felix terlihat tidak sabaran. Padahal mereka baru beberapa menit yang lalu masuk ke toko setelah berjanji akan pergi bersama untuk mengisi waktu luang sebelum wisuda dilaksanakan.

Untuk kedua kalinya Felix yang sudah lebih dulu terlihat akan membayar di kasir diserobot seorang wanita. Berakhir bertengkar mulut cukup lama di depan kasir. Chenle bahkan terkejut ketika Felix dengan mudahnya mengucap kata-kata tak pantas dalam bahasa Inggris dan pandai berbicara. Chenle malu, ingin menghilang dan merasa tak kenal dengan temannya itu.

"Lix.. aku mungkin salah. Tapi sebagai teman yang baik aku ingin menyarankan sesuatu." ujarnya menepuk pundak Felix dengan kedua tangannya.

Sampai di rumah menjelang sore, Felix masih menggenggam benda pipih yang tadi dibeli di drugstore bersama Chenle.

"Untuk kepastian, bukankah lebih baik kau cek?." saran Chenle.

"Cek apa?" entah mengapa Felix terlihat seperti orang bodoh saat ini.

"Testpack. Cobalah beli satu. Kau harus tahu bahwa kemarahanmu itu sungguh.. menjengkelkan dan memalukan." Chenle akhirnya mengatakan kejujuran dan kekesalannya.

"Huh?"

"Jangan huh. Ayo sekarang beli. Siapa tahu ponakanku sudah ada." Chenle mendorong tubuh Felix masuk ke drugstore yang kebetulan berada di sebelah toko buku.

Kisah Kita | HyunLixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang