Maaf untuk kesalahan penulisan
🍁BAYI HWANG DAN PERJUANGAN KEDUANYA🍁
Felix sedang menikmati me time-nya. Jendela kamar dibuka lebar agar sejuk dirasa cukup untuk menghilangkan hawa panas di bulan Agustus. Sedari tadi dia masih berkutat dengan buku diari yang sudah berapa banyak tertupuk di rak buku setelah lembarnya habis untuk ditulis.
Dia menggores tinta bolpoin dalam tulisan hangul. Jari telunjuk dan jempolnya bergerak untuk membuka lembar baru kemudian membuat gambar anak ayam yang baru menetas dari cangkangnya.
Di delapan bulan kehamilannya, Felix menjadi lebih tertarik untuk membaca buku dan menulis. Ketika angin kencang menerpa, kelopak bunga mawar di vas itu jatuh ke diari yang baru saja ditutupnya. Atensinya kini beralih pada bunga mawar yang sudah layu.
Bunga itu pemberian Hyunjin. Setiap tiga hari setelah pulang kerja, suaminya itu akan membelikannya buket bunga yang berbeda untuknya. Felix mengulas senyum. Dalam duduknya yang tegap berganti menyandar pada kursi. Dedaunan di luar jendela menari-nari dan menciptakan pantulan cahaya di atap kamar. Dia mendongak mengamati kilauan itu cukup lama.
"Ternyata waktu menjawab semuanya."
Kalimat itu diucapkan dengan tone nada yang rendah.
Dia merendahkan pandangan kearah rak buku. Sudah lama semenjak Felix pertama kali dihadiahi ungkapan cinta oleh sang suami. Lalu dia dengan terbuka menaruh semua buku diarinya disana. Terkadang Hyunjin akan datang ketika Felix sedang menulis di malam hari seusai menidurkan anak-anak.
Hyunjin akan duduk di sampingnya sambil melipat tangan di meja dan tertidur. Suaminya itu tak mengusiknya hanya ingin berada di dekatnya sambil menunggu jam tidur mereka.
Di pojok kanan meja belajarnya, ada satu pigura foto terpajang. Itu foto keduanya ketika menikah. Sorot matanya meredup. Pandangannya memudar karena air mata menggenangi matanya.
Mengulas masa lalu, ada banyak cerita kelam yang menyayat hati. Namun Tuhan ternyata telah menyiapkan kejutan sebagai kado indah setelah pernikahannya berjalan dengan baik.
Mereka belum pernah melakukan percakapan lama. Semua di masa itu dimulai dengan kepolosannya dalam mencintai. Asmara, gundah, bahkan rasa malu sudah banyak dikecap.
Usai air mata itu jatuh ke pipi, Felix tiba-tiba tertawa. Terlintas kenangan ketika dirinya bersembunyi di bawah meja perpustakaan. Cemburu membuatnya ingin menyerah. Lalu tak ada yang tahu jika kala itu dia ternyata bersembunyi dari orang yang mengakibatkan rasa gundah.
Masih terasa malunya ketika Hyunjin memergokinya menangis di bawah meja perpustakaan. Masih teringat jelas ketika dia meminta maaf dan pergi dengan menyeret pantat ke belakang. Felix rasa, Hyunjin pasti bingung tapi juga mentertawakannya. Atau mungkin dia tak suka ketika Felix terkesan seperti stalker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita | HyunLix
FanfictionTamat. Slice of Life. Perjalanan hidup nona dan tuan Hwang. Dia yang jauh di hati itu, perlahan mendekat. Dia yang sedingin es itu, seiring waktu mencair. Dia yang tak dikenal itu akhirnya mengajakku untuk sehidup-semati. "Jika aku sudah tua dan ker...