Halo.. semua. Arshi mau ucapkan terima kasih untuk kalian yang sudah setia, selalu kasih semangat dan antusias kalian di semua tulisanku. Semoga harimu menyenangkan 🤍💙
Banyak foto bertebaran 😶
Maaf untuk kesalahan penulisan.
🍁MON CHÉRI🍁
Kedua mentari itu tergemap ketika mengetahui Hyunjin menangis seperti orang yang merasa amat sakit di hatinya.
"Ada apa Papa Hun? Jangan menangis." kata sosok manis itu yang segera mendekap tubuh Hyunjin agar berhenti menangis.
"Felix, Mon Amour."
Jemari kecil itu mengangkat wajah tampan yang tertunduk gusar. Pundak kokoh itu bergetar bahkan sesekali dia terbatuk karena menangis kuat. Felix ikut duduk dengan menggeser tubuh bongsor itu untuk tidur menyamping di pahanya. Lalu beberapa saat tertiup angin yang menyejukkan.
Beberapa saat setelah keheningan dan bising tercipta ulang angin sepoi yang menggerakkan pohon bunga matahari, Hyunjin mendengar suara humming dari istrinya. Nada itu terdengar sendu. Namun jemari hangat itu setia mengelus surai hitamnya dengan lembut. Hangatnya pun tersalur hingga ke hati.
How've you been?
I guess you're fine
It's been pretty long since we've last seenSi dominan menengok keatas, mengamati betapa tenangnya Felix yang tanpa beban tersenyum kearah dua insan yang berkejaran di sela pohon matahari. Kelopak mata itu merunduk, kali ini tatapan keduanya bertemu dan terasa dalam. Hyunjin memproses maksud perkataan Felix. Lalu dia menyadari arti dari lagu yang dinyanyikan istrinya.
Hyunjin yang seperti berada di masa depan itu kembali tertidur. Lalu tiba-tiba dia terbangun seperti sedang berada di masa lalu. Dia berjalan menaiki tangga rumah kemudian berhenti di kamar khusus istrinya. Disana dia melihat Felix menangis sembari memegangi perut yang lapar. Malam itu, dia baru mengetahui bahwa Felix meredakan tangisannya dengan tidur. Terlihat saat itu dirinya sedang berada di balik pintu kamar, berusaha membuka pintu yang terkunci rapat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kita | HyunLix
FanfictionTamat. Slice of Life. Perjalanan hidup nona dan tuan Hwang. Dia yang jauh di hati itu, perlahan mendekat. Dia yang sedingin es itu, seiring waktu mencair. Dia yang tak dikenal itu akhirnya mengajakku untuk sehidup-semati. "Jika aku sudah tua dan ker...