1. Sang Pengagum.

565 89 141
                                    

Cerita baru.

Selamat datang, semoga like.

Jangan lupa vote, tengkyuu✍️

___________________

Hanya sekedar mengagumi mu. Tanpa bicara. Tanpa kata. Tanpa perlu balasan rasa. Terkadang itu sudah lebih dari cukup.

Benar-benar cukup.



Suara tapak sepatu terdengar, memecahkan kesunyian koridor belakang kelas. Bergegas.

"Anjir si Pandi, gara-gara lu kita hampir kena setrap Suripto!"

"Alah siah, lu nya aja yang lama!" Seorang pemuda jangkung dengan seragam SMA di keluarkan itu menghentikan langkah. Mendongak, menatap tembok tinggi di depannya.

Sementara kawan nya di belakang mengatur napas, ngos-ngosan.

"Lah, ngapa bengong? Ayok cepet!" Serunya dengan napas patah-patah.

"Gue nungguin elu goblok!" Si pemuda jangkung cekatan melompat, menggapai bibir tembok. Mudah saja badannya sudah ada di atas. Dia mengulurkan tangan, "Gasss—"

"HEI, KALIAN MAU BOLOS LAGI HAH?! BALIK KE KELAS!!!"

"Anjirr, Suripto!" Teman nya dengan bet nama 'Pratama Heksa' berseru panik. Fandi-yang sudah di atas— apalagi. Pemuda itu batal mengulurkan tangan dan malah lompat ke sebelah. Meninggalkan kawan nya begitu saja.

"Beleguk juga tuh Pandi anjeng! Gue di tinggal!!" Tama kalang kabut. Apalagi Pak guru killer yang hobi nyetrap muridnya itu semakin dekat. Tama bergegas melompat, melarikan diri.

"TAMA!!!"

🍁🍁🍁

Cabut. Bolos. Nongkrong di Warbet— Warung Bu Retno yang terletak di hadapan lapangan belakang sekolah. Base camp nya anak-anak Pilar Bangsa.

Sebuah rumah sederhana yang menjual aneka makanan khas anak sekolahan. Tempat ini selalu ramai anak SMA. Laki-laki. Bahkan warung Bu Retno menjadi tongkrongan favorit mereka.

Seperti saat ini.

Ada sekitar 4 cowok SMA tengah duduk melingkar di sebuah meja di halaman Warbet. Keberadaan nya sedikit tertutup oleh rimbunnya pohon matoa di atasnya.

"Pandi anjeng!" Pratama yang baru datang langsung duduk dan menyambar es teh yang hendak di minum temannya.

"Atuhlah, anaknya Badrun minta di santet ini mah." Cowok dengan rambut cepak itu mendengus kesal saat minumannya di ambil paksa. Ada nametag di seragam, bertuliskan 'Sananta Adilan Lim.' Chindo asal Bandung yang menjabat sebagai Waketos SMA Pilar Bangsa.

"Baru tau lu si Tama emang nggak modal." Cowok bertindik di telinga kiri itu menoleh sambil menjauhkan rokok di tangannya. "Modal belagu doang sih!"

"Sianjing!!" Tama melotot.

"Sabar Prat! Sabar! Orang sabar pantat nya kelap-kelip!" Teman satunya, dia memakai dasi di kepalanya mencoba menenangkan. Namanya Saiful Abdurahman.

"Bacod lu Pul!" Tama tambah emosi warbyasah. "Panggil gue Tama, bukan Prat! Lu kata gue kentut prat-prot prat-prot?!"

Tama mengalihkan pandang pada Fandi yang santai adem ayem menyeruput es guday sambil memainkan hp kentang nya.

LAKUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang