Selamat datang. Selamat membaca.
♡ ◜‿◝ ♡
___________________________
" Jadi gimana?"
" Gue udah suruh Wahyu kesini, biar gampang. Toh emang agenda Buken kita abis pemilihan jurusan buat yang SNBP kan?"
" Apa ini nggak keteteran? Emang rapat kemaren gimana?"
"Bentar, biar dijelasin aja sama Wahyu. Udah gue telepon." Dilan menekan tombol call di hpnya. Pemuda sipit itu nampak begitu serius. Di sampingnya duduklah Mutia yang sedari tadi diam mendengarkan. Dengan salah satu cowok bernama Roma, anggota Osis.
Dilan memutuskan pisah meja dari teman-temannya. Sebenernya nggak masalah sih, tapi saat ini ada hal penting yang harus dia urus. Bukan waktunya untuk guyon.
" Bentar ya Mutia, gapapa kan?" Pemuda chindo itu tersenyum menatap Mutia yang sedari tadi diam.
" Iya, gapapa. "
Panggilan ditolak. Tapi sosok yang dia telepon mengirimkan chat bahwa dia otw sekarang juga. Dilan bisa santai sejenak.
" Mau makan dulu?" Tawar Dilan pada gadis berwajah ayu yang sedari tadi nampak kikuk itu.
Mutia tersenyum, "Terimakasih. Tapi aku udah makan kok."
" Es teh? Pop ais? Es tijus apel?"
" Udah Lan, " Roma mendelik. "Orang Mutia nggak mau kok dipaksa?"
" Gue cuma nawarin, biar gak canggung gitu lho."
" Yaudah kalo gitu mah, pinjem dulu seratuss."
"Anjeng!"
Dilan bersiap mengguyur Roma dengan es teh di tangan jika tak ditahan kawannya itu. Roma sendiri bersiap menempleng Dilan dengan sendok bekas soto yang baru saja dia makan. Seolah tak mau kalah. Dan Mutia sejak tadi hanya jadi penonton keributan gak jelas ini.
" Eh, ada Pandi."
Dilan menoleh begitu Roma menyebut nama yang tak asing lagi disini. Benar saja, Fandi nampak melangkah mendekat. Hendak menuju meja Tama-Ipul-Gio tapi tertahan oleh Dilan yang menyuruhnya mendekat.
" Naon?"
" Bakat fotografi elu belom ilang kan?"
Fandi mengernyit.
" Sini lu nyet, " Dilan menarik ujung seragamnya agar duduk bersama mereka. Fandi pasrah saja. Dia duduk di samping Roma yang berarti dia berhadapan dengan Mutia.
" Apasih Lan?" Fandi nampak kaku. Entah betulan ato apa, Dilan tahu dia grogi didepan mbak crush.
" Gue booking lu sebentar aja disini. Bentar doang."
Fandi berdecak. Mata pemuda itu melirik sekilas Mutia di depannya yang ternyata juga menatapnya. Cepat-cepat dia mengalihkan wajahnya yang terasa panas.
" Sini sama siapa kang?" Roma membuka obrolan lebih dulu. " Tadi gue liat lu ama cewek. Depan kelas IPS 5. "
" Sama pacarnya laaaa." Yang jawab malah Dilan.
"Lho, berarti kalian kesini barengan dong?" Roma mengernyit. "Mana cewek lu? Asya bukan sih?"
" Lho, Asya lu ajakin kesini Pan?" Dilan malah baru konek. "Kalo lu disini, dia kemana sekarang?"
" Tuh nunggu gado-gado." Jawab Fandi acuh tak acuh.
" Lu tinggalin?"
" Iya. Emang Napa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA.
Teen Fiction"Yang ku abadikan dalam cerita ini. Untukmu, sebuah rindu yang tak pernah mampu meminta temu. Dalam uluran sang waktu. " • • • • • Rafanendra Arsa Dirgantara. Cukup panggil dia Fandi. Cowok hits yang menjadi idola SMA Pilar Bangsa. Ganteng, kaya...