5. Perkara Risol.

219 56 101
                                    

Vote vote(๑•̀ㅁ•́ฅ✧

___________________

Hari senin, hari yang menguras tenaga.

Upacara baru saja selesai. Para siswa berbondong-bondong kembali ke kelas. Ada jeda waktu 15 menit sebelum pelajaran pertama di mulai. Hal itu mereka manfaatkan untuk ke kantin, atau bahkan nongkrong santai di sepanjang koridor.

Seperti empat sekawan ini.

Melangkah menelusuri koridor, lalu berbelok menuruni tangga lantai dua menuju kantin. Sesuatu yang jarang sekali mengingat mereka lebih sering jajan plus nongkrong di Warbet.

Fandi, Tama, Gio dan Ipul.

Jangan tanyakan Dilan. Pemuda satu itu tengah sibuk di ruang OSIS. Mengganti seragam khas petugas upacara dengan seragam SMA biasanya. Btw Dilan menjadi pemimpin upacara pagi tadi. Cowok berandal itu seketika cosplay jadi murid teladan.

" Lu liat Dilan tadi gak? Pas jadi Danton. " Ujar Ipul sambil tertawa. Merangkul Fandi erat-erat. "Sumpah, mukanya gak cocok jadi kalem gitu. Jatohnya malah kayak orang tipes wakakaka! "

" Sejak kapan tuh berandal mau di suruh jadi perangkat upacara dah? " Gio yang berjalan di belakang mereka sambil sesekali melambai pada kenalan yang menyapa.

" Lu nggak tau kalo dia di suruh Pak Jono ya? " Sahut Tama di sampingnya. "Kalo nggak di paksa ama tuh guru mana mungkin si Dilan mau. Btw emang mukanya memeable sih awokawok! "

" Ntar Dilan denger di ajak sparring mampus lu, " Fandi melirik ke belakang sambil tersenyum miring.

" Pan, gak usah cepu lu setan! "

Ipul tertawa, " Mental tempe tuh si Tama. "

" Anak anjing! " Tama melotot sambil mengacungkan tangannya.

" Ini kita beneran ke kantin? " Tanya Gio. " Tumben amat? "

" Sekali-kali napa sih? " Ipul semakin menarik Fandi bergegas. " Gue mau borong risol btw. "

" Ck, risol doang mah. " Gerutu Gio cemberut malah membuat Tama menoyor pipinya telak.

" Gausah pasang wajah gituan woi! Malah bikin muntah tau! "

" Apasi masss, " Gio mencolek dagu Tama genit. Sambil mengedipkan mata seperti banci murahan. "Malah cucok nggak siehhh, unchh!"

" OASU SI GIO! JAUH-JAUH LU DARI GUE!! " Tama menjerit-jerit di tengah koridor bergegas menuju Fandi, memegang tangannya erat. Setelah menendang bokong Gio lebih tepatnya.

" GAUSAH PEGANG-PEGANG GUE YA SYETAN! " Fandi tentu saja langsung mendorong Tama menjauh seolah kawan nya itu virus menjijikkan. Membuat Tama oleng jika tidak sigap menyeimbangkan tubuhnya.

" IHHH, KAMU JAHAT SAMA AKU A'! JAHATTT! "

Fandi melotot horor melihat tingkah Tama yang mulai sableng. Mana mereka jadi tontonan banyak murid. Tolonglah, Fandi malu.

Ipul bahkan ngakak sampe ngik-ngik.

" Gausah berlagak lu Tama, mau gue hajar hah?! "

Menyadari Fandi tak main-main dengan ucapan nya, Tama segera ambil sikap. Dia tidak mau menjadi kanvas tinju cowok itu. Fandi kalo udah mukul sakitnya ampe kerasa berhari-hari. Nyut-nyutan.

" Btw, emang kantin serame ini yah?" Tanya Gio yang sudah kembali waras saat ke-empat nya memasuki kantin. Padahal belum istirahat, tapi bangku-bangku nyaris setengahnya terisi.

" Lu gak tau Gi? " Ipul menoleh. "Mereka pada beli risol mayo Bu Intan yang katanya enak beut."

" Bu Intan? " Fandi mengernyit. Bukannya Bu Intan guru matematika wajib yang mengajar mereka ya? Kok jualan risol? Ganti profesi kah?

LAKUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang