"WOIII, CONTEKAN MANA CONTEKAN WOIII!"
"Si anjing! Mana bentar lagi si Handoko dateng!"
"Njirrr, ini punya gue kok nggak balance? Padahal udah bener ngitung woe!"
"Makanya, udah tau ada PR malah di kerjain di sekolah. Keteteran kan kalian?"
"Heh! Itu si Ningning lu centelin tiang listrik aja, ngeselin soalnya!"
"YODAH! GAUSAH NYONTEK TUGAS GUE! SINI BALIKIN!!"
Pagi ini kelas 12 IPS 2 sudah heboh.
Pontang-panting mengerjakan tugas mapel ekonomi milik Pak Handoko yang perfeksionis nya warbyasahhhh. Mana masuk di jam pertama lagi. Apabila ketahuan tidak mengerjakan tugas, siap-siap menyalin lima kali lipat sambil di jemur di lapangan sekolah.
Dan kali ini Ningning kebagian sialnya.
Gadis berambut panjang itu bahkan baru saja masuk kelas udah di berondong pertanyaan teman-temannya. Bilangnya menanyakan tugas tapi ujung-ujungnya juga nyontek.
"Ketua kelas tuh harusnya jadi contoh! Tugas tuh ya buat sendiri, bukan malah nyontek!!"
Rizal—sang ketua kelas hanya cengar-cengir.
Ningning berdecak sebal melihatnya. Gadis bernama lengkap 'Larasati Ayuningtyas' tapi yang sering di panggil Ningning itu semakin bete saja melihat tingkah teman-teman yang menyalin tugas miliknya. Dia meruntuki Fandi dkk yang belum datang. Jika mereka sudah datang, Ningning tidak perlu meminjamkan tugasnya seperti ini.
"Yo gaiss, ada apaan nih rame-rame?" Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Yang di tunggu akhirnya datang juga. Dilan memasuki kelas sembari merangkul Fandi. Tentu saja di belakangnya mengikut Tama dan Ipul.
"Pada bagi-bagi angpao kah?" Dilan tampil beda hari ini. Pemuda chindo itu mengenakan kacamata bening yang bertengger di hidung mancungnya. Membuat pesonanya semakin wah. Pantas saja masih terdengar heboh jejeritan cewek dari koridor bawah.
"Tugas ekonomi Pak Handoko." Jawab Ningning kemudian duduk di bangku depan meja Fandi. Menghadap ke arahnya. "Kalian udah ngerjain kan?"
Sudah pasti tugas mereka sudah rampung. Secara kan, meski mereka berandal, tapi mereka pintar. Tugas begini doang mah.
"Hah?" Raut datar yang biasa Fandi tunjukkan kini berubah. Dia bergegas membuka buku besarnya. "Emang ada tugas?"
"BANGKE, ADA TUGAS WOI!" Tama berseru heboh sambil menunjukkan soal di buku besar itu. Mana ada waktu ini mah?! Mana dia kudu buat tabel data. Kudu buat jurnal. Belom ngitungnya. Arrrgghh!
"WOI NING, LIAT PUNYA LU!" Fandi sudah kalang kabut ngacir mencari tugas Ningning yang entah ada dimana. Menyusul Dilan yang sudah lebih dulu mencatat disana.
Ningning cengo. Dasar sableng semua!
"WOI, ADA KABAR BAEK NIHH. SI HANDOKO GAK MASUK, ADA RAPAT KATANYA!" Seruan Rizal terdengar setelah masih sempat membaca grup kelas.
"BANGSAT!"
"TERUS GUE NGEBUT NGERJAIN DARI TADI NGAPAIN ANJU!"
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKUNA.
Teen Fiction"Yang ku abadikan dalam cerita ini. Untukmu, sebuah rindu yang tak pernah mampu meminta temu. Dalam uluran sang waktu. " • • • • • Rafanendra Arsa Dirgantara. Cukup panggil dia Fandi. Cowok hits yang menjadi idola SMA Pilar Bangsa. Ganteng, kaya...