8. Fandi, Kamu Milikku!

202 54 91
                                    

Saya kasih tau satu hal, cowok itu, cowok yang suka kamu teriakin namanya itu adalah pacar saya. Ngerti?
—Catharina Asyara.

"Let, tumben gak langsung ke Warbet?" Tama mengernyit sembari mengikuti langkah Fandi menelusuri koridor yang ramai di waktu istirahat ini.

Fandi hanya melirik sekilas.

Langkahnya perlahan memelan saat mendekati kelas 12 IPS 5 yang pintunya terbuka lebar.

"Yehhh, nyamperin pacar ternyata? Tumben amat njir." Tama menyeringai sembari geleng kepala. Dia tahu betul kawan nya satu ini, apakah Fandi sudah tobat? Sudah membuka hati untuk mbak pacar?

Fandi memutuskan untuk memunculkan diri di pintu kelas. Membuat beberapa murid yang masih ada disana menengok. Mengamati pemuda jangkung yang kini menatap datar.

"Eh, itu kan si anak silat yang kemaren ngewakilin sekolah?"

"Sstt, itu Fandi. Dia sering nongkrong di Warbet sama temen-temen nya. Pada ngerokok."

"Iya, gue pernah liat sampe di hukum  Pak Suripto!"

Bisik-bisik para gadis tak mendapat respon si pemuda. Dia menatap salah satu perempuan yang berada paling dekat dengan pintu kelas.

"Asya ada?"

Kehebohan terdengar. Kasak-kusuk memanggil teman mereka, Asya yang sedari tadi sibuk dibangku belakang kelas. Menyelesaikan tugas seni miliknya.

"Asyaaa! Di cariin pacar tuh!"

"Cieeeeeeeee!"

Asya langsung menoleh dan bertatapan dengan Fandi di pintu kelas. Gadis itu mengerjapkan mata, memastikan bahwa ini nyata.

Fandi mengode untuk segera keluar. Asya bergegas bangkit, buru-buru keluar kelas. Menghampiri pemuda itu yang ternyata bersama temannya.

"Em, hallo?" Sapa Asya kelewat canggung. Dengan pipi bersemu.

"Ehehehe, kalem neng." Tama cengar-cengir gajelas. "Tuh, si Pandi ngajakin gue ke sini." Sambil menyikut Fandi yang diam saja memandang Asya.

"Naon euy, Fandi?"

"naha teu kaluar? "

"Aku masih harus ngerjain tugas seni atuh. Nanti pulang kan suruh kumpulin."

"Oh."

"Tumben ka dieu?"

"Nggak boleh?"

"Enggak gitu, " Asya membenahkan rambutnya yang terikat. "Tumben ajaa."

Fandi hanya menaikkan alisnya.

"Ke sini mau ngapain?" Asya mendongak, menatap si pemuda lekat.

"Udah makan?"

"Belummm."

Fandi mengangguk. "Ayok, Warbet." Sambil melangkah diikuti Tama yang tersenyum menyuruhnya untuk ikut.

Asya terdiam sejenak. "Emang boleh?"

"Naon?" Fandi mengernyit.

"Boleh ikut kamu ke Warbet?"

LAKUNA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang