04. Tantangan

875 73 11
                                    

Tameng
—04. Tantangan—

------

Aduh cape! Pengen jadi miliarder aja bisa nggak sih?

------

"Kalian kenapa sih?"

Yika heran, sedari semalam Shankara dan Wilard tidak saling bertegur sapa, bahkan melirik pun tidak. Shankara yang masih bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa, sedangkan Wilard yang nampak mood nya begitu anjlok.

"Wilard sayang?"

Wilard yang tengah mengaduk sereal nya pun mendongak menatap sang bunda. "Dalem bunda ku?"

Dalem : "iya" dalam bahasa Jawa.

Yika terkekeh geli. "Kamu marahan sama abang?"

Shankara melirik lewat sudut manik tajamnya dan melihat Wilard yang menggeleng sembari melahap serealnya dengan brutal.

"Terus kenapa kayak orang asing begini?"

Tidak ada yang berniat menjawab, Shankara pun sibuk melahap nasi goreng sebagai menu sarapan nya. Wilard akhirnya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan dengan menyodorkan mangkuknya.

"Mau nambah susu, bunda."

Meski setengah kesal karena diabaikan, Yika tetap mengambilkan susu untuk Wilard.

Wilard selesai sarapan lebih dahulu dan memutuskan untuk berangkat duluan, untuk menghindari Shankara tentunya. Karena biasanya ia akan menebeng hanya untuk merecoki kakaknya itu, kali ini ia akan mendiamkan Shankara!

Shankara mengangkat tas ranselnya lalu menyalami punggung tangan Yika dengan kecupan singkat. "Jangan khawatir sama Wilard, bunda, dia memang marah sama aku."

Yika menghela nafas, mengusap surai lebat Shankara. "Kalian berkelahi?"

"Sedikit, tapi nanti Wilard pasti nggak marah lagi."

------

BUGH!

"ANJING! MATA LO DIMANA SIALAN?!"

Wilard berteriak murka kala sebuah bola voli memantul dan mengenai kepalanya, ia menatap garang Leno yang menghampiri nya dengan raut mengejek.

"Sorry, lo nggak kelihatan soalnya."

"What the fuck, jerk?!"

Leno terkekeh, memperhatikan Wilard yang masih mengelus kepalanya sendiri. "Lemah banget lo."

"Mata lo, ya lo mikir lah anjing! Ini sakit!"

Leno mengedikkan bahunya acuh. "Ya maap, udahlah gue lagi males ribut!"

Leno berlari menjauh membawa bolanya kembali bermain di lapangan bersama dengan teman-temannya, meninggalkan Wilard yang mengumpat pelan sembari berjalan loyo.

Shankara yang memperhatikan dari jauh sedari tadi pun menyandarkan tubuhnya di tembok, melihat dari awal Wilard terkena bola hingga sekarang berjalan sempoyongan sembari memegangi kepalanya.

Shankara tau Wilard belum sembuh sepenuhnya, pasti benturan bola keras tadi membuat kepalanya pening bukan main.

Shankara pun mendekat dan menarik satu tangan Wilard untuk ia rangkul. Sedangkan Wilard yang terkejut pun hendak menjauh, namun Shankara dengan cepat menahannya.

"Lo apa-apaan anjir?! Lepasin gue!"

"Diem, Wilard."

Wilard mendesis marah. "Lepasin gue, Shan!"

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang