Tameng
—25. Menetap—------
Rumah itu adalah sebuah tempat untukmu pulang dan beristirahat.
------
Pagi itu Wilard bangun kesiangan, namun ia tetap bertahan di kasurnya setelah ingat kalau tengah hari minggu. Bermalas-malasan di kasur empuknya, Wilard mengeratkan selimutnya dan bersiap untuk tidur kembali.
Namun pergerakan pada kasurnya membuat Wilard mengernyit dalam lelapnya, ia membuka mata dengan malas dan menatap bingung seseorang dengan surai blonde tengah berbaring memunggungi nya.
"Lo siapa njir?"
Manusia asing itu berbalik menghadap Wilard, dan disaat itulah Wilard membulatkan matanya. Bahkan Wilard sampai menggeser tubuhnya, menciptakan jarak diantara mereka.
"Apa-apaan ini?!"
Seseorang itu berdecak melihat reaksi Wilard yang kelewat berlebihan itu, memilih abai dan kembali pada posisi awalnya memunggungi si pemilik kamar.
"Bang Kara?" Wilard mendekat, menaiki tubuh kakaknya dan mencolek pipi Shankara berulang kali.
"Abang?"
Shankara membuka matanya, lama-lama ia tidak tahan dengan tingkah Wilard.
"Iya, kenapa dek?"
Wilard menutup mulutnya guna menahan pekikan yang siap keluar dari mulutnya. Wilard memeluk Shankara, mendusal gemas di dada sang kakak.
Sontak kelakuannya itu membuat Shankara tidak tahan untuk tidak tertawa, ia balas memeluk tubuh Wilard dan menggulingkannya hingga kini ia yang berada diatas.
"Sini lihat mukanya." Bujuk Shankara, membuat Wilard mengintip malu-malu.
"Males lah, lo jadi sok ngalus gini."
Shankara terkekeh, menjatuhkan dirinya disamping Wilard. "Gimana menurut lo?"
"Apanya?"
"Rambut gue yang sekarang."
Wilard terdiam sejenak, tidak langsung menjawab. Masa dia harus jujur kalau dia terpesona?
"Jelek."
Shankara mengerutkan keningnya. "Serius ini jelek? nggak cocok?"
Wilard diam-diam memaki didalam hati, merutuki Shankara tentunya. "Cocok tapi jelek."
Yasudah lah, batin Shankara. Memang kurang benar apabila menanyakan pendapat pada Wilard, lain sekali jawabannya.
"Lo kesini cuman mau pamer rambut lo doang?"
Shankara mengangguk, ia menoleh saat merasakan Wilard tengah memperhatikannya. Jarinya tergerak membenarkan surai depan Wilard yang nyaris menutupi matanya.
"Gue rasa inilah diri gue."
Wilard termenung, mengalihkan pandangannya kearah lain. Dan hal itu ditangkap baik oleh Shankara, tau kalau Wilard langsung hanyut dalam pikiran nya sendiri.
"Apa yang lo pikirin? nggak ada yang perlu di khawatirkan lagi."
Wilard tau itu, namun rasanya begitu mengganjal didalam dadanya. Wilard meringsut masuk kembali dalam dekapan Shankara, sebuah pelukan yang terasa paling aman untuknya.
Shankara terkekeh, mengusap surai belakang Wilard dengan lembut. Shankara sangat menikmati perannya sebagai kakak, memanjakan Wilard dan memberinya banyak perhatian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Teen Fiction"Lo adek gue yang nakal, Wilard." ------ Wilard itu anak tunggal, namun sejak kedatangan Shankara ia harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi si bungsu di rumahnya. Dan Shankara tidak pernah membayangkan akan memiliki seorang adik yang hanya berjar...