Tameng
—23. Pertempuran—------
Baik dibalas baik, jahat dibalas setimpal.
------
"Lo ngerti kan maksud gue?"
Jiyon meremat ponselnya, perlahan ia menghembuskan aliran asap kecil dari bibirnya. Jiyon tengah merokok saat ini, di rooftop gedung milik ayahnya.
"Jiyon! lo denger apa gue bilang?!"
Jiyon berdecak pelan, suara sentakan dari Simon membuatnya terkejut. "Iya gue denger bang, aman!"
"Pala lo aman! ini serius Jiyon, besok kita eksekusi. Kalo kita gagal dan kalah, Suarga bakal di gulingkan. Gue yakin kita punya pikiran yang sama buat saat ini, gue harap lo paham."
Jiyon kembali menghisap putung rokoknya yang sisa separuh, mengecap adanya rasa kopi yang menempel di lidahnya.
"Tenang, kita bakal menang telak sekali lagi. Memangnya kapan Suarga pernah kalah?"
"Kita nggak bisa meremehkan lawan dari manapun, apalagi saat ini dua kelompok bergabung dan bekerjasama. Apapun yang terjadi nantinya, lo harus cepetan lepas dari mereka!"
Jiyon mengulas senyum tipis, ia yakin akan tertawa keras apabila tengah dihadapan Simon saat ini. Karena Simon sendiri adalah pribadi yang keras dan kaku, akan sangat mengherankan apabila Simon tiba-tiba bertingkah seperti ini.
Masih sedar dalam ingatannya kala ia memaksa Simon untuk melukai punggungnya, Shankara ingat ia sampai di bentak oleh Simon yang awalnya tidak setuju dengan ide gila nya.
"Sebentar lagi, kita melempar umpan pada ikan yang kelaparan."
------
Surat tantangan sudah Suarga antarkan, mereka mendapatkan jawaban yang sesuai dengan kemauan mereka. Jico sudah lelah sekali jika harus menahan emosi nya lagi, setidaknya ia ingin melampiaskannya pada si tengik Julian yang berani-beraninya mengusik Suarga berkali-kali.
Dan di sinilah mereka tiba ke tempat yang sudah mereka janjikan untuk bertemu, sebuah tanah lapang dengan gedung-gedung pencakar langit yang mengelilingi. Jico langsung tau kalau pihak dari Regunda lah yang memilihkan tempat.
Bukan Jico yang memimpin, melainkan Simon yang berada di barisan terdepan sesuai dengan hasil rapat mereka. Simon lah yang akan memimpin, ia bersiap mengaitkan sebuah kain panjang pada pergelangan tangannya.
"Lama amat dateng nya, dandan dulu bos?" Salah satu anggota lawan bercelatuk.
"Ya jelas! Biar nggak kusam kayak muka lo pada!" Danu menjawab tak kalah arogan.
Perihal dandan itu tidak sepenuhnya salah, mereka sempat berebut sunscreen milik Tiyas sebelum berangkat tadi.
Wilard melirik khawatir pada Shankara, kakaknya itu benar-benar bebal melebihi batu karang. Wilard tentu paham dengan kondisi Shankara yang belum sepenuhnya pulih, namun ia tidak bisa menolak kemauan nya.
Sadar kalau Wilard tengah gusar, Jico yang disamping nya segera bergeser dan merangkul pundak Wilard. "Kita bakal bekerjasama, melindungi satu sama lain. Jangan takut, naluri Shankara tidak bisa diremehkan."
"Tapi bang, dia kan nggak begitu pinter berantem."
"Setidaknya dia pinter mengatur siasat walaupun lagi terpojok, lo tenang aja."
Wilard malah makin tak karuan, ia takut Shankara tidak bisa mengimbangi lawan nantinya dan berakhir buruk. Wilard sangat khawatir, namun ia tetap berusaha santai dan tenang di hadapan yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Teen Fiction"Lo adek gue yang nakal, Wilard." ------ Wilard itu anak tunggal, namun sejak kedatangan Shankara ia harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi si bungsu di rumahnya. Dan Shankara tidak pernah membayangkan akan memiliki seorang adik yang hanya berjar...