08. Kita Musuhan Dulu!

605 56 3
                                    

Tameng
—08. Kita Musuhan Dulu!—

------

Hidup lagi secapek ini orang-orang malah cosplay jadi tai.

------

Suly adalah sosok gadis yang manis, kepribadian nya begitu lembut dan menenangkan. Bohong jika Shankara mengatakan bahwa ia tidak terlena dengan sikap Suly yang begitu memikat hati.

Namun Shankara merasa tidak seharusnya ia terlalu jatuh dengan gadis itu, apalagi setelah melihat sendiri Suly tengah di rengkuh mesra oleh Rego. Suly sudah mempermainkannya, begitu pula dengan Syam.

Saat ini Shankara tengah berjalan mondar-mandir didepan ruang pemeriksaan, dan Wilard berada didalam sedang di periksa oleh dokter. Shankara tidak bisa menggambarkan rasa khawatirnya lagi, ia tidak berhenti menggigiti ujung kukunya hingga lecet terkena ujung gigi taringnya.

Hingga pintu terbuka dan seorang dokter keluar dengan diikuti beberapa suster, Shankara segera mendekat dan menanyakan keadaan Wilard.

"Dilihat dari keadaan lambung nya yang sampai lecet, saudara Wilard lalai meminum obatnya dan memaksakan diri untuk menelan makanan yang tidak aman untuknya. Kalau boleh tau, apa menu makan nya sejak semalam?"

Shankara menelan ludahnya dengan kelu. "Maaf dokter, akhir-akhir ini memang Wilard memang lalai dan beberapa kali melanggar pantangan nya."

Sang dokter pun hanya bisa mengangguk paham, menepuk pundak Shankara sekali. "Cukup awasi pola makannya saja, juga hindari kegiatan yang terlalu melelahkannya. Pasien sudah bisa di jenguk, jangan lupa menebus obatnya di apotek."

Sang dokter kemudian menyerahkan sepucuk resep obat sebelum pamit pergi, Shankara yang hendak memasukkan nya kedalam saku pun terhenti saat sebuah suara mengejutkannya.

"Biar gue aja yang nebus obatnya, mending lo masuk dan nemenin Wilard." Josev mengulurkan tangannya, dan Shankara langsung mempercayakan urusan obat pada pemuda itu.

"Gue masuk dulu."

Yang lain hanya mengangguk dan duduk disebuah bangku yang ada di koridor UGD, memberikan privasi untuk Shankara untuk menyapa Wilard terlebih dahulu.

Shankara masuk dengan perlahan, menatap getir Wilard yang berbaring sembari meremat perutnya sendiri. Beberapa luka akibat terbentur permukaan aspal sudah di obati dan tertutup perban, terutama bagian lutut yang sempat mengeluarkan banyak darah.

Shankara mendekat, menarik salah satu kursi untuknya duduk disamping Wilard yang mulai menyadari kehadiran nya.

"Abang?"

"Iya?"

"Sakit, bang."

Shankara menghela nafas, entah bagaimana caranya ia bisa menjelaskan pada kedua orangtuanya mengenai keadaan Wilard yang seperti ini. Bunda Yika pasti begitu khawatir.

Shankara mengusap punggung tangan Wilard yang semakin meremat perutnya. "Sabar, sebentar lagi pasti mendingan."

Kedua netra bulat Wilard yang sebelumnya terpejam kini terbuka, menatap Shankara dengan sayu.

"Sakit banget bang."

Shankara pun bangkit, satu tangannya yang lain mengusap dada Wilard saat sang adik terlihat mulai merasa sesak saat menarik nafas. Sang dokter sudah memberi Wilard obat, namun sepertinya efeknya belum bisa dirasakan.

"Tenang, sekarang lo tidur aja dulu ya."

Wilard mengangguk dan kembali menutup kedua matanya, berusaha tidur agar tidak perlu merasakan sakit lagi. Wilard menjadi menyesal sudah memakan makanan yang aneh-aneh sejak kemarin.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang