24. Kemenangan Kita

1.1K 143 27
                                        

Tameng
—24. Kemenangan Kita—

------

Hidup punya dua cerita. Terkadang terjatuh, kadang menggelinding.

------

Shankara bangkit dengan susah payah, menahan segala rasa sakit di sekujur tubuhnya. Beberapa detik matanya bertemu pandang dengan Wilard sebelum beralih pada Rego.

"Thanks, lo udah balikin ingatan gue."

Wilard tercekat, sejenak ia seperti tidak bisa mengenali sosok kakaknya sendiri. Jantungnya berdegup ribut, ia sangat khawatir pada Shankara.

BUGH!

Shankara memukul keras wajah Rego, kepalan tangannya yang terluka ia paksa untuk tergenggam erat. Mengumpulkan sisa-sisa tenaganya, Shankara bertekad jangan dulu tumbang.

"Lawan gue, dan jangan ada campur tangan dari siapapun!" Shankara berujar tegas, tau jika sosok Julian hendak mendekat.

Rego berdecih, menatap pongah Shankara. "Gue habisin lo saat ini juga."

Shankara menarik sudut bibir nya, menciptakan senyum mengejek yang ia layangkan untuk musuhnya. Satu tangannya terulur, membuat kode mempersilahkan Rego maju kapan saja.

Dan Rego pun segera menerjang Shankara, mereka terlibat saking serang menyerang. Tidak jarang Rego sampai terhuyung terkena pukulan Shankara, nampaknya Shankara mengeluarkan seluruh tenaga yang ia punya.

Shankara sendiri tetap tenang disaat Rego berulang kali melayangkan serangannya, Meski ia akui pergerakannya mulai melambat dikarenakan luka-luka pada tubuh nya.

Tidak ada yang berani mendekat dan mengganggu, bahkan Jico kini begitu bersemangat menyaksikan Shankara yang sudah mendapatkan jati dirinya kembali.

DUAGH!

Rego jatuh terlentang, dadanya terasa nyeri bukan main saat ujung sepatu Shankara tepat mengenai ulu hatinya. Secepat mungkin Shankara memanfaatkan hal itu, ia segera mengambil posisi diatas Rego dan memukuli wajah nya berulang kali.

Melampiaskan emosinya, Shankara benar-benar lepas dalam kendali nya. Dan hal itu membuat teman-temannya panik, darah pada telapak tangan Shankara semakin banyak yang keluar hingga mengotori wajah Rego.

"Bisa mati tuh anak!" Tiyas hendak mendekat untuk memisahkan, namun pergelangan tangannya segera dicekal oleh Jico.

Jico masih memegangi perutnya yang terluka serta hanya dibalut kain oleh Tiyas, itupun kain headband milik Jiyon.

"Shankara bilang jangan ada campur tangan siapapun."

"Ketua, Shankara bisa jadi pembunuh kalo kita nggak nahan dia!" Tiyas berucap gusar.

Pasalnya Rego sudah mencapai batasnya namun Shankara masih belum lelah melayangkan pukulannya.

Jico mengedikkan bahunya. "Jangan ganggu, dia bakal berhenti sendiri."

Shankara berusaha menormalkan nafasnya yang memburu, wajah penuh luka Rego membuatnya terhenti sesaat dengan kepalan tangan yang masih bertahan di udara.

"Abang, udah!" Wilard berteriak dengan parau, suaranya serak tidak karuan.

Shankara menelan ludahnya dengan berat, berusaha mengabaikan suara Wilard yang berdengung di kepalanya.

"Pukul gue lagi, gue suka melihat Wilard yang sekarang ketakutan gara-gara lo." Rego berucap lirih, mengabaikan sakit pada wajahnya.

Ketakutan?

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang