14. Insiden Kacau

592 88 20
                                    

Tameng
—14. Insiden Kacau—

------

Kamu itu penuh luka, datang lah kepadaku dan mengadu lah.

------

"Masalah begini aja bisa sampe di skorsing tiga hari." Juyen berceletuk kesal setelah mendengar cerita Wilard.

Agaknya tidak terima dengan keputusan sang guru yang seolah seenaknya sendiri memberikan hukuman.

"Mungkin karena Wilard udah terlalu sering bikin ulah?" Hega ikut bersuara.

"Tapi Leno juga bukan bocah baik di sekolah, catatan kenakalan dia juga nggak kalah banyak sama Wilard." Syam berujar setelah membuka bungkusan jajannya, tidak tahan dengan Wilard yang sedari tadi memperhatikan bungkusan keripik singkong itu.

"Yang jelas karena Leno didampingi emaknya, Shankara jadi kalah telak."

Shankara mengangguk, membenarkan ucapan Juyen. Bagaimanapun jika dilihat dari perangai ibunya Leno yang nampak tidak mau kalah, sang guru pasti tidak mau berurusan lebih lanjut dengan ibu-ibu rempong itu.

"Gue sempet denger Wilard ngatain ibunya Leno tadi." Josev terkekeh kecil, mengingat saat ia menguping pembicaraan di ruang BK.

"Lagian! ibu nya beneran ngeselin njir!" Ujar Wilard dengan kesal.

Saat ini mereka tengah berkumpul di ruang tamu, sepakat menengok Wilard yang pastinya sedang murung.

Josev sedari tadi aktif membuka kulit kuaci untuk ia pisahkan dari isian nya, agar Wilard tidak perlu bersusah payah membukanya sendiri.

"Lalu selanjutnya gimana? kita mau diem aja?" Hega bertanya setelah membukakkan bungkusan chiki untuk Syam.

"Mau dibales gimana?"

"Lah nggak tau, biasanya kan lo yang paling bringas masalah balas dendam." Syam berucap setelah mendengar pertanyaan santai dari Willard.

Aneh, tidak seperti biasanya. Willard yang sebelumnya begitu bersemangat apabila menyusun siasat balas dendam, seperti saat Hega bermasalah dengan Nada di hari itu.

"Bukan gue yang bakal bales, tapi abang Kara yang kali ini akan ngotorin tangannya buat gue."

Sontak yang lain pun kompak menengok pada Shankara yang nampak paling kalem, pemuda dengan surai yang baru saja diwarnai itu menarik sudut bibirnya dan mengusap pucuk kepala Wilard.

Mendapati banyak mata mengarah padanya, Shankara menghela nafas panjang. "Tenang, gue nggak bakal menyeret nama Jico dalam urusan ini."

"Bukan hanya Jico, Shan." Hega berujar dengan raut serius."

"Gue paham, nggak bakal ada bocah dari Suarga yang akan ikut campur dalam masalah ini."

"Bang, ini cuman masalah sama Leno doang!" Wilard pun ikut bersuara.

Shankara menggeleng pelan. "Bukan sekedar 'cuman' Wil, biarin gue siasatin ini sama Juyen dulu."

"Apa?" Juyen sontak kaget, wajah cengo nya nyaris saja membuat Syam meledakkan tawanya.

"Gue minta tolong keahlian lo ya, cari tau mengenai latar belakang Leno."

Juyen seketika paham, ia menatap bergantian Shankara dan Wilard. Pemantik api disodorkan Hega padanya, pamuda yang paling tua itu tersenyum miring dengan banyak arti dari tatapannya.

Juyen mendengus, menerimanya dan bangkit sembari berkacak pinggang. "Serahin ke gue!"

------

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang