Tameng
—15. Kalian Siapa?—------
Aku hidup, aku bisa membuktikan kalau sukma dan raga ku masih utuh.
------
Riki, pemuda tinggi dengan sorot mata tajam layaknya hewan buas itu memicing menatap seseorang yang kini terkapar dihadapannya. Riki meludah sembarangan, mendekat dan menarik kasar kerah baju seorang pemuda yang terlihat ketakutan itu.
"Ngaku ke gue, siapa yang nyuruh lo?!"
Cowok itu membulatkan matanya, menelan ludahnya dengan susah payah. "D-darimana lo tau kalo gue cuman disuruh?"
Riki berdecih kesal, menahan diri agar tidak melepaskan bogeman mentah nya. "Ngaku aja, sialan!"
"Nggak! gue udah dibayar untuk tutup mulut!"
Riki terkekeh sinis, menepuk beberapa kali rahang pemuda dihadapannya. "Lo punya dua pilihan sekarang."
Riki menjeda ucapannya sejenak. "Ngaku ke gue dan kita kelarin semuanya disini, atau lo ikut gue ke kandangnya Jico?"
Diluar dugaan, cowok itu tetap menggeleng keras menolak kedua opsi yang sama sekali tidak menguntungkan nya. Membuat Riki tanpa sadar mengeluarkan kekehan kecilnya, penasaran dengan nominal uang yang sudah membuat cowok itu keras kepala tetap memilih bungkam.
"Pilihan yang bagus, gue bawa lo ke kandang Jico dan gue kelarin lo disana."
------
"Lo Jiyon, kan?"
Jiyon menoleh dan mengangguk guna menjawab pertanyaan dari Hega, ia saat ini tengah duduk di ruang tunggu yang biasanya digunakan para pasien yang mengantri obat. Suasana malam yang begitu sunyi membuatnya ingin menyendiri, namun Hega malah menyusulnya.
"Setelah sejauh ini, lo tetep nggak kenal sama gue?"
Hega mengedikkan bahunya, mendudukkan dirinya disamping Jiyon. "Sorry, gue mudah lupa dengan wajahnya orang lain."
"Aneh." Komentar Jiyon membuat Hega tersenyum tipis.
"Memang, cuman lo dan Willard yang sekarang tau soal ini."
"Kenapa lo ngasih tau gue?"
Hega mengetukkan jemarinya pada lengan bangku yang ia duduki. "Kalo lo kenapa malah menghubungi gue padahal ada Wilard yang seharusnya tau duluan tentang Shankara?"
Mendengar hal itu membuat Jiyon langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah ponsel dengan layar yang sudah pecah parah. Bisa Hega tebak bahwa itu milik Shankara, ia hafal dengan case nya.
"Gue coba aktifin buat nyari nomornya Wilard, tapi yang gue dapet cuman nomor lo di panggilan terbaru sebelum akhirnya ponselnya mati total."
"Terus gimana caranya lo nyalin nomor gue?"
Jiyon menyimpan kembali ponsel milik Shankara, ia tersenyum menatap wajah penasaran Hega yang sedikit menghiburnya.
"Meskipun sekali lihat, ingatan gue itu seribu kali lebih kuat dari lo."
Hega sontak mencibir pelan, merutuki sifat narsis Jiyon yang terkadang ingin Hega gebukin.
"Jiyon, bisa lo ceritain awal mula kejadian Shankara bisa sampai kayak gini?"
Jiyon tidak langsung menjawab, maniknya menatap lurus kedepan saat ingatannya kembali ke kejadian siang tadi.
FLASHBACK !
KAMU SEDANG MEMBACA
Tameng
Teen Fiction"Lo adek gue yang nakal, Wilard." ------ Wilard itu anak tunggal, namun sejak kedatangan Shankara ia harus menerima kenyataan bahwa ia menjadi si bungsu di rumahnya. Dan Shankara tidak pernah membayangkan akan memiliki seorang adik yang hanya berjar...