17. Tamengnya Wilard

470 69 11
                                    

Tameng
—17. Tamengnya Wilard—

------

Kembalilah, aku tidak sanggup tertatih tanpa kamu yang selalu menuntunku.

------

Shankara mematut bayangannya sendiri di cermin, keningnya berkerut melihat surainya yang berwarna coklat gelap. Shankara tidak ingat bahwa ia suka mewarnai rambut, ia terlihat seperti orang lain jika seperti ini.

Shankara menghela nafas, ia melirik saat pintu ruangannya terbuka dari luar. Dan di sanalah ia melihat Wilard lah yang masuk bersama dengan pemuda lain yang masih terasa asing untuknya.

"Bang? ini Juyen, salah satu teman kita."

Shankara mengangguk saja, membalas jabat tangan Juyen yang terasa kaku. Sejujurnya Shankara belum bisa sepenuhnya menerima kehadiran Wilard yang ternyata adiknya sendiri. Semua terasa membingungkan baginya. Juga orang-orang yang mengaku teman dekatnya, Shankara tidak merasa punya banyak relasi pertemanan yang luas.

"Duduk sini dulu bre, kita omongin disini." Wilard mengajak Juyen untuk duduk di sudut ruangan di mana ada sofa tempatnya biasa jika sedang menemani Shankara.

Juyen menurut dan membuka laptop barunya yang hasil dibelikan oleh Wilard, ada sebuah informasi penting yang harus ia beri tau pada Wilard dan Shankara. Namun mengingat keadaan Shankara sedang tidak stabil, Juyen memutuskan hanya akan membicarakan hal ini pada Wilard terlebih dahulu.

"Ini soal Leno, gue berhasil dapetin semua informasi yang lo mau tentang dia."

Juyen menunjukan sebuah file yang tersembunyi dalam folder penyimpanan milik nya dan segera memperlihatkan nya pada Wilard.

Wilard memperhatikan dengan seksama, hingga akhirnya ia mengerutkan keningnya saat menemukan beberapa foto yang entah Juyen dapat dari mana.

"Bang Jico bener, ada yang nggak beres sama Rego dan antek-anteknya."

Juyen mengangguk membenarkan, ia sempat melirik singkat kearah Shankara yang sibuk dengan dunianya sendiri.

"Pada akhirnya Suarga tetap terlibat, dan mereka malah gerak paling cepet."

"Karena Shankara juga kena dan itu yang bikin mereka nggak tinggal diam." Juyen berujar.

Wilard menyandarkan punggungnya pada sofa, ia masih memperhatikan sebuah foto yang menunjukan Leno tengah berbicara empat mata dengan Rego.

"Leno udah di tangkap, kalo dia nggak buruan buka mulut gue nggak menjamin keselamatan dia." Ucap Wilard, membuat Juyen menaikkan sebelah alisnya.

"Suarga yang melakukannya?"

Wilard mengangguk. "Semua anggota inti Suarga udah kumpul, bahkan Simon si wakilnya juga ikut kesini."

Juyen sontak menutup mulutnya sembari menggoyangkan lengan Wilard berulang kali. "Gila! mereka pasti keren banget!"

"Keren apanya njir?! mereka nyeremin, mana sadis banget!

"Lebih sadis mana sama Josev?"

Wilard meringis tanpa suara, ia menyuruh Juyen untuk diam namun pemuda itu malah tidak tau kondisi dan situasi.

"Jawab gue Wil! lebih sadis mana sama Josev?!" Juyen masih belum menyerah, terlewat penasaran.

"Lo bilang apa tadi?"

Kaku sudah tubuh Juyen saat ini, ia berbalik dengan patah-patah. Dan di belakangnya tepat Josev berdiri bersama dengan Syam yang susah payah menahan tawanya.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang