13. Karena Gue Tameng Nya!

1.2K 127 20
                                    

Tameng
—13. Karena Gue Tameng Nya!—

------

Hidup ngandelin nyali doang nggak cukup buat bikin umur panjang!

------

Jico Ardelino, adalah seorang pemuda jenius dari keluarga yang terhormat. Ayahnya seorang anggota polri berpangkat tinggi, juga bundanya adalah seorang bidan di sebuah rumah sakit ternama.

Bisa dibilang bahwa kehidupan Jico begitu sempurna dan memadai, apapun yang ia inginkan bisa dengan mudah didapatkannya.

Jico mengenal Suarga dari ayahnya, yang dulunya merupakan salah satu petinggi Suarga. Semuanya berlalu begitu saja, keahlian Jico yang mengungguli lainnya berhasil membuatnya terpilih menjadi sang ketua.

Bukan hal yang mudah menjadi ketua Suarga disaat umurnya masih dalam masa labil, Jico sering kali menemukan kesulitan untuk mengatur kelompoknya. Dengan begitu petinggi yang baru pun dibentuk setelah sekian lama berdiskusi untuk mengompakkan para anggotanya yang begitu banyak itu.

Dan Jico pun menunjuk Shankara yang dihari itu baru bergabung dua minggu dengan Suarga, sebagai anggota inti yang bertugas di garda paling terdepan.

Shankara berhasil menggaet hati Jico dengan keahlian mengatur siasat nya, Shankara selalu bisa diandalkan bahkan disaat mereka terdesak.

Namun ajuan untuk mengundurkan diri Shankara berhasil membuat Jico terkejut, Jico tidak menyangka bahwa Shankara yang tengah babak belur saat itu langsung meminta izin untuk keluar.

Jico belum sepenuhnya menyetujui, sayangnya Shankara memilih segera angkat kaki dan pergi tanpa kejelasan lebih lanjut. Dan Jico pun bergerak cepat mencari keberadaan salah satu rekan andalannya itu.

Shankara salah besar jika mengira semudah itu keluar dari Suarga, yang sudah terlanjur terikat dengan simpul mati akan begitu rumit untuk melepaskannya.

Dan Shankara menyadari hal itu, kini ia sudah berada dihadapan Jico yang tengah memasangkan sebuah gelang dengan bandul cheetah pada pergelangan tangannya. Gelang yang menjadi ciri khas setiap anggota Suarga.

"Kenapa gue masih belum di depak?"

Jico menaikkan sebelah alisnya, selesai dengan memberikan gelang pada Shankara. "Kenapa harus?"

"Bukannya gue udah di cap sebagai penghianat? anggota lain juga pasti nggak bakal nerima kehadiran gue lagi."

"Omong kosong."

Jico tertawa kecil, menepuk pundak Shankara beberapa kali. "Lo masih berguna, makanya gue pertahanin."

Shankara mendatarkan maniknya, menahan rasa gatal yang ingin sekali misuh saat ini.

"Kan masih ada Jiyon."

"Tangan kanan lo itu? dia lebih cocok lo kasih aba-aba ketimbang maju sendirian."

Tidak salah, Jiyon itu kuat namun ceroboh. Hal itulah yang membuat Jico memutuskan untuk memasangkan Shankara dan Jiyon sebagai tangan kanannya. Shankara yang mengatur siasat, dan Jiyon yang mengeksekusi.

"Gue disini bakal menetap lumayan lama, karena harus dampingin bokap, kesempatan bagus kan?"

Shankara mengerjabkan matanya. "Tapi gimana sama markas?"

"Lo pikir gunanya wakil itu buat apa kalau gue mulu yang harus ngurusin."

Benar juga, Shankara nyaris melupakan wakil mereka yang memang jarang terlibat langsung.

TamengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang