10

567 46 5
                                    

jeongwoo tertawa begitu kencang setelah mengatakan hal itu kepada haechan. namun seketika tawanya berhenti saat melihat pemuda kecil yang sedang menatapnya begitu tajam.

jeongwoo mendekat dan langsung menarik pergelangan tangan haruto, membawanya kembali masuk kedalam kamar.

sedang haechan hanya mengangkat bahunya malas dan melanjutkan aktivitasnya di dapur.

didalam kamar, jeongwoo bertanya kepada haruto mengapa pemuda itu keluar tanpa sepengetahuannya.

"lu ngapain diluar?"

haruto berdecak lalu menepis tangan jeongwoo yang memegangnya.

"haus!"

jawab haruto singkat dengan suara yang kecil.

"bangunin gua atuh ru, lagian itu teh udah dibikinin bang jihoon buat lu"

jeongwoo menunjuk kearah teh diatas meja yang kelihatannya sudah menjadi dingin.

haruto merotasi kan bola matanya,

"ngga tau"

jeongwoo menghela nafas, dia duduk diatas kasurnya yang empuk lalu menepuk tempat disampingnya menyuruh haruto untuk duduk disebelahnya.

haruto menurut kepada yang lebih muda. setelah dirasa tepat, jeongwoo mulai sedikit bertanya kepada pemuda di sampingnya mengenai hal tadi.

"suaranya udah bisa keluar?"

tanya jeongwoo memastikan yang hanya dijawab anggukan.

"tadi kenapa ngga pergi ke sekolah? malah ujan ujanan lagi bukannya pulang ke rumah"

tanya jeongwoo langsung kepada haruto, pemuda yang ditanya hanya diam sampai beberapa menit kemudian dia baru membuka suara dan bercerita.

*flash back*

PLARR..

terdengar suara piring yang pecah karena dilempar.

"YAK! LU JADI ANAK NGGA GUNA BANGET?! KERJAANNYA CUMA MINTA MAKAN AJA. UDAH TAU GUA SUSAH NYARI DUIT, BUAT APA GUA NGASIH MAKAN ANAK KAGA GUNA KAYAK LU?!"

teriak seorang wanita tepat didepan wajah haruto yang baru saja ingin meminta makan kepadanya. haruto terus memundurkan kepalanya agar suara kencang itu setidaknya tidak membuat gendang telinganya rusak.

seulgi berhenti berteriak, wanita itu berhenti dan mengambil nafas sejenak. sedangkan haruto masih menunduk dan mengepalkan tangannya menahan diri.

"kenapa ngepal tangan begitu? mau nonjok gua? tonjok aja ni tonjok, abis tu kaga usah balik lagi kesini. kaga sudi gua punya anak kurang ajar kayak lu"

oke cukup, kalimat yang seulgi lontarkan kepada haruto berhasil membuat pemuda itu murka.

"MAH, HARUTO DARI DULU NGGA PERNAH MINTA UANG MAMAH, BAHKAN MAKAN AJA HARUTO JARANG JARANG MINTA KE MAMAH!"

teriak haruto membalas ibunya. seulgi mengangguk remeh, tangannya sudah siap untuk menampar putra semata wayangnya itu namun saat tangannya sudah ia ayunkan, pemuda yang sedari tadi diam itu menahan tangannya.

"HARUTO JUGA NGGA MINTA MAMAH LAHIRIN HARUTO KALO PADA AKHIRNYA MAMAH CUMA JADIIN HARUTO PELAMPIASAN DAN NGGA MAU NGURUS HARUTO!"

selesai meneriaki yang lebih tua darinya, haruto melepaskan tangannya yang masih menggenggam tangan yang sudah biasa melukai tubuhnya.

lalu pemuda itu berjalan menuju pintu keluar dari rumahnya sembari dilempari kata makian dari ibunya sendiri.

"pergi lu sono, kaga usah balik, nyampah aja lu di rumah gua"

begitulah kira-kira pemandangan pagi hari haruto hari ini.

setelah keluar dari rumah, pemuda itu berjalan tanpa tujuan. dia sebenarnya ingin pergi bersekolah namun penampilannya yang berantakan membuatnya enggan pergi. lagipula dia melupakan tasnya di rumah.

"HALAH BANGSAT! KENAPA GUA LAHIR ANJING"

teriaknya dijalan kecil yang gelap.

*return*

setelah bercerita panjang, pemuda itu menghela nafas.

"ya begitu lah"

sedangkan jeongwoo yang mendengar ceritanya hanya bisa terdiam tanpa reaksi apapun.

hidup haruto se kacau itu, dia baru tau hal ini.

haruto melambaikan tangannya didepan wajah jeongwoo yang hanya diam setelah mendengar ceritanya.

"jeo? gapapa?"

secara mengejutkan, tubuh besar jeongwoo itu tiba tiba saja menarik haruto kedalam pelukannya.

yaa.. dan jeongwoo menangis dihadapan haruto yang duduk didalam pangkuannya.

haruto tersenyum gemas melihat tingkah jeongwoo yang sok gentle tapi pada akhirnya dia juga yang menangis.

"dede kenapa nangis?"

tanya haruto seraya memegang tangan besar jeongwoo yang menutupi wajahnya sendiri.

jeongwoo mendepak tangan yang lebih tua darinya lalu menatap haruto dengan mata merah dan bulu matanya yang basah.

"dede dede apaan, beda berapa bulan doang"

tawa haruto pecah, bahkan ketika menangis jeongwoo masih bisa ngomel seperti ini. 11 12 sih sama dia, cuma dia nya aja yang ngga sadar.

"yaudah siii.. nurut aja, cuma berapa bulan juga gua tetep lebih tua dari lu tau!"

oceh haruto, tangannya mulai bergerak menyilang didepan dadanya. jeongwoo berhenti mengucak matanya lalu memperhatikan haruto.

"ngga mau, ngga mau jadi adek kamu"

jawab jeongwoo menolak haruto,

pemuda yang tertolak semakin membuang mukanya.

"yaudah gua marah, ngambek"

jeongwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia tidak mau menuruti haruto karena dia tidak mau di bocilin sama orang yang lebih kecil darinya itu.

"ngga mauu.. kamu tetep lebih kecil dari aku. pokoknya kamu bocilnya"

"HEH KODRAT UMUR ITU, panggil gua kakak!"

pemuda park itu masih menggelengkan kepalanya kuat sedangkan haruto terus menerus memasang wajah marahnya yang lucu.

"YAUDAH GUA CABUT NI"

ancam haruto ketika jeongwoo terus menerus menggeleng,

"EH JANGAN JANGAN"

jeongwoo yang panik akhirnya memutuskan untuk menuruti kemauan haruto sedangkan pemuda watanabe itu hanya tersenyum tanpa dosa.

"apa apaa.. sini mau denger"

haruto mendekatkan telinganya didekat lisan pemuda bermarga park. sedangkan jeongwoo yang terpaksa sedang menyiapkan dirinya untuk memanggil haruto kakak.

pemuda itu menarik nafas panjang sebelum akhirnya lisannya memanggil haruto 'kakak'.

"kak haru disini aja temenin dede"

6 kalimat yang jeongwoo lontarkan berhasil membuat haruto senang sesenang senangnya.

tangan pemuda watanabe itu bergerak menyentuh pipi jeongwoo dan mencubitnya.

"dede lucu banget sii!"

sekarang jeongwoo hanya bisa pasrah dengan haruto.

"yang penting dia seneng, gua juga bakal seneng walau sebenernya tertekan"
















tbc.
















school thug ; jeongharu ft. gyuicky (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang