Bab 2

42.2K 2.8K 83
                                    

HAPPY READING LOVEE








Pulang sekolah Ziel langsung pulang ke rumah karena jam 6 nanti ia harus bekerja di cafe sedangkan kini sudah pukul 5.

Sampai dirumah ia menatap heran rumahnya yang dipenuhi kursi dihalamannya. Dan juga didepan pintu rumahnya bertengger bendera kuning?

Mata Ziel memanas. Segala asumsi buruk buruk memenuhi otaknya. Dengan tergesa gesa Ziel masuk kerumahnya.

Ia melihat ada ibu ibu yang membereskan ruang tamunya.

"Ah nak Ziel sudah pulang?"

"Ada apa ini ya bu?" bukannya menjawab Ziel malah bertanya.

"Ehem, sebelumnya kami turut berduka cita ya nak,"

"Maksudnya?"

"E-em jadi gini Mama kamu sudah tiada nak,"

Deg
Detik itu juga dunia Ziel seakan runtuh. Kakinya lemas ia jatuh terduduk dengan pandangan kosong kedepan.

"S-sekarang jenazah Mama dimana?" ucap Ziel dengan nada bergetar.

Ibu ibu tadi berjongkok menyamakan tinggi Ziel lalu memegang bahu Ziel. Ziel menatap ibu ibu itu dengan pandangan kosong.

"Mamamu sudah dimakamkan langsung setelah ambulan itu datang karena maaf Mamamu korban tabrak lari hingga membuat beberapa tulangnya patah,"

Air mata Ziel luruh. Ia segera berlari menuju motornya lalu melajukkannya ke pemakaman terdekat yang kemungkinan tempat Mamanya dikebumikan.

Sampai disana ada beberapa orang yang berdoa bersama. Ziel menerobos kerumunan itu.

Ia menatap gundukan tanah yang masih basah itu dengan mata sembab.

Maaf Mah Ziel belum bisa buat Mama bahagia belum bisa buat bangga sama Ziel, batinnya menangis.

"Kami turut berduka cita ya dek,"

"Kamu pasti kuat, kamu anak hebat,"

"Kalo butuh bantuan kami siap bantu jangan sungkan,"

"Yah pada dasarnya semua manusia juga akan seperti Mamamu,"

"Segera bangkit ya nak, Mamamu pasti sedih melihatmu dari sana,"

Ucap para pelayat yang melihat Ziel iba. Tentunya mereka tahu apa yang dialami Ziel. Bukan karena Ziel yang bercerita namun karena mereka bertetangga suara ribut dirumah Ziel pasti terdengar.

Ziel mendongak manatap pelayat satu persatu lalu tersenyum tipis.

"Terima kasih tante, om, bibi, paman,"

"Sama sama nak, kalo gitu kita pamit ya, kamu jangan lama lama disini, dingin, mau hujan juga,"

"Iya Bibi,"

"Mari,"

Para pelayat satu persatu meninggalkan tempat. Ziel masih betah duduk disebelah makam Mamanya. Tangannya mengusap usap nisan sang Mama.

Hari mulai gelap. Hujan perlahan turun. Itu pun tidak membuat Ziel beranjak dari tempatnya. Seragamnya sudah sangat kotor dan basah karena air hujan juga tanah.

Tenang Ziel tenang, bukankah dengan begini ga ada yang bakal nyiksa lo, batinnya.

Ia merasakan kepalanya sedikit berputar dan juga perutnya yang perih mungkin magh nya kambuh. Dengan lemas Ziel mulai beranjak dari tempatnya.

Saat ia berbalik, ia melihat ada 3 orang menggunakan kemeja putih lalu dikelilingi beberapa orang seram berpakaian hitam dengan kacamata hitam juga.

"Siapa kalian?!" tanya Ziel sewot.

FAZIELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang