Bab 16

26.5K 1.7K 56
                                    

Ayo penuhi komen kalian, aku suka bacanya xixixi
HAPPY READING LOVEE


"Pertunjukan bagus, besok Papa buatkan panggung teater biar Adekmu tidak terganggu," ucap Vallo.

Gaven menghela nafas lalu berjalan menuju sisi kasur Ziel yang kosong. Ia berbaring disana sambil memeluk Ziel dari samping.

"Papa bunuh Aqo jika sampai Ziel terbangun," ancam Vallo

Decakan sebal keluar dari bibir Gaven. Ia belum sempat mengenalkan Aqo, Harimau jantan berwarna putih miliknya pada Ziel yang kini sudah mendapat ancaman mati Papanya.

Gaven bangkit lalu berjalan keluar menuju kamar Gevan. Sampai disana ia tidak keberadaan kembarannya.

Gaven masuk mendekati pintu kamar mandi. Terdengar suara gemricikan air yang arti nya Gevan sedang mandi.

Ia pun memutuskan untuk mandi juga. Lantas ia keluar dari kamar Gevan menuju kamarnya.

Baru saja Gaven keluar dari kamar, Gevan keluar dari kamar mandi. Ia berganti baju di walk in closet. Ia menggunakan kaos putih jaket hitam dan celana denim. Rencananya malam ini ia akan keluar menjernih suasana hati.

Gevan kembali ke kamar Ziel guna meminta izin pada Vallo. Ia tidak akan izin pada kembarannya itu. Moodnya sedang sangat buruk! Ia butuh pelampiasan!

"Pa," panggil Gevan

"Hm?" sahut Vallo sambil menatap ke putra keempatnya

"Main,"

"Hm, jam 12 sudah dirumah!" Vallo mengijinkan Gevan pulang malam karena besok adalah hari libur dan itung itung mengurangi pesaing tidur dengan Ziel malam ini.

Gevan mengangguk lalu keluar. Dilantai bawah ia berpapasan dengan Enver yang terlihat buru buru.

"Ziel?" tanya Enver

"Lagi istirahat dikamarnya sama Papa,"

Enver menghela nafas lega lalu mengagguk, "Mau kemana?" tanyanya

"Main,"

Enver tidak membalas lagi. Ia merogoh dompetnya lalu mengeluarkan sebuah kartu ATM. Ia sodorkan kartu itu pada Gevan yang diterima baik oleh Adek keduanya itu.

"Hati hati," ucap Enver sambil mengusak rambut Gevan lalu pergi dari sana.

》◇~◇~◇~◇《

Malam harinya, dimeja makan hanya ada Enver, Gaven dan Vallo. Makan malam berjalan seperti biasanya. Namun berbeda dengan Gaven.

Dia yang biasanya memperlihatkan ketenangannya kini memasang raut datar. Ia merasa bersalah pada Gaven karena sudah membentaknya tapi ia juga merasa kesal karena kini kembarannya itu pergi sendiri tanpa memberitahunya.

"Selesai," Enver telah menyelesaikan makan malamnya. Ia mengelap bibirnya dengan tisu.

"Malam ini, Enver yang akan menjaga Ziel,"

"Papa udah sering," datar Enver kala melihat Vallo akan menyuarakan protesnya.

Setelah itu Enver pergi ke kamar Ziel, Vallo pergi ke ruang kerja dan Gaven hendak mencari kembarannya.

FAZIELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang