Bab 29

9.6K 889 77
                                    

Ayo penuhi komen kalian, aku suka bacanya xixixi
HAPPY READING LOVEE


Semua Calderion pagi ini sudah berkumpul di meja makan kecuali Ziel.

"Dimana baby Pa?"

"Tadi dia sedang mandi mungkin sebentar lagi turun,"

Dan benar saja terlihat Ziel yang keluar dari lift dengan seragam sekolah lengkap menempel ditubuhnya.

"Mau kemana kamu dengan seragam itu?" tanya Enver.

"Sekolah dong Kak," santai Ziel sambil mendudukan diri disalah satu kursi yang ada dimeja makan.

"Kamu lupa?"

"Lupa apa?"

"Mulai sekarang tidak ada sekolah umum, kamu homeschooling,"

"Loh Papa cuma bercandakan? buat ngancem Adek,"

"No! Papa selalu serius," sahut Enver

Vallo dengan tenang memperhatikan keduanya. Dia tetap diam meski namanya ikut disebut sebut.

"Adek juga serius, tetep sekolah!"

"Gapapa Ziel, aku juga homeschooling kok, nanti kita belajar bareng," ucap Alen.

"Gausah ikut campur! Lo kalo mau homeschooling gausah ngajak ajak!"

"Ih kok jawabnya kasar si"

"Kenapa? Gak terima lo anj?" marah Ziel.

Cukup sudah cukup Vallo menahan geram saat kelinci nakalnya berbicara kasar. Ia segera bangkit lalu menggendong Ziel meninggalkan meja makan.

"Kalian mulai saja sarapannya," ucap Vallo sebelum benar benar pergi dari meja makan.

Semua yang ada disana hanya bisa menurut. Mereka memulai acara sarapan pagi. Tapi berbeda dengan Sean. Ia menatap Ziel dengan iba.

"Lain kali jangan suka ikut campur yang bukan ranah lo," ucap Sean menatap Alen tajam.

"Abang kenapa sih apapun yang Alen lakuin salah dimata abang padahal Alen cuma bantu bujuk Ziel, iya kan Ayah?" Sendu Alen meminta pembenaran Ray.

"Sean benar, jangan ikut campur, sekarang sarapan!" Ucap Ray.

》◇~◇~◇~◇《

"Huwaaaa Papa jahaattt!"
"Hiks Papa jahaaaaatt~ hiks hiks"
"Semuanya jahat! hiks hiks"

Raungan tangis Ziel memenuhi telinga Vallo yang hanya duduk disofa sambil mengerjakan sesuatu dilaptop.

Sedangkan kelinci nakal kita sedang tantrum diatas kasur. Keadaannya sudah cukup mengenaskan setelah 15 menit menangis nafasnya juga mulai tida beraturan.

Seragam yang masih menempel di badannya tampak lusuh tak berbentuk apalagi keadaan kasur Ziel yang lebih parah. Bantal guling berserakan, selimut yang hampir sepenuhnya jatuh ke lantai bahkan seprei lepas dari kasur.

Vallo sengaja membiarkan anaknya agar merasa lega. Ia tahu jika tidak dilepaskan pasti mood Ziel akan buruk seharian atau bahkan berhari hari.

Tak lama suara tangisan Ziel semakin lirih hingga tidak terdengar sama sekali. Vallo menyimpan pekerjaannya lalu beralih pada kelinci nakalnya yang nampak tertidur setelah kelelahan menangis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAZIELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang