Bab 9

29.7K 1.8K 111
                                    

Ayo penuhi komen kalian, aku suka bacanya xixixi
HAPPY READING LOVEE



Setelah Gaven keluar, Gevan melangkah mendekati Ziel yang hendak masuk ke walk in closet. Ia menahan tangan Ziel yang memegang gagang pintu.

"Apasi bang, gw mau pake baju!"

Gevan tidak menjawab. Ia hanya menatap Ziel dengan datar dan dingin. Tangannya mencengkram tangan Ziel yang memberontak ingin dilepaskan.

"Bang Gev, lepas! Sakit,"

"Jazver not Gevan," datar Gevan.

"Hah? Apaan sih ga jelas!"

Tidak menghiraukan ucapan ketus Ziel, Gevan mengangkat Ziel seperti karung beras lalu menjatuhkannya dikasur.

"Argh," kaget Ziel.

"Lo tau gw bukan orang penyabar, jadi tinggal diam biar cepat selesai," ucap Gevan

"Pemaksa banget sih lo bang," kesal Ziel untung kasur barunya sangatlah tebal dan empuk jadi badannya tidak terlalu sakit.

"Of Course, perkataan Jazver adalah mutlak meski beda cerita kalo itu Jarvis,"

"Hah? Siapa sih mereka? Dari tadi Abang sebut sebut nama Jazver sekarang nambah Jarvis,"

Lelah itulah yang Jazver rasakan. Lagian kenapa Ziel tidak takut padanya lalu tinggal menurut apa yang ia lakukan.

"Ck lo belum dikasih tahu keluarganya Gevan?" ucap Gevan / Jazver. Ia juga sekalian mulai melepas handuk yang dipakai Ziel lalu membaluri Ziel bedak bayi, minyak telon dan krim pemudar luka.

"Kasih tau apa?"

"Oke gw jelasin tapi lo diem jangan motong ucapan gw,"

"Yayaya tinggal jelasin aja ribet,"

"Hahh, gw Jazver jiwa lain Gevan atau lebih tepatnya alter ego Gevan,"

"Udah lama sih, dari lahirnya Gevan malah. Gw juga ga tau kenapa bisa gini. Nama asli gw sebenernya Jazver Reinwardt,"

"Adek kesayangan dari Jarvis Reinwardt yang sekarang juga jadi alter ego Gaven. Dulu sebelum mati terus jadi alter ego kembar Calderion, kita dijual sama orang tua kita dirumah bordil,"

"Lo pasti taukan apa itu rumah bordil?"

Dengan polos Ziel menggeleng, "Enggak, apaan emangnya?"

Alis Jazver mengerut, "Polos banget anj, bisa abis gw sama Jarvis kalo ngasi tau lo," celetuk Jazver pelan.

"Yah intinya itu tempat maksiat. Kita disana dijadiin budak. Segala macam kekerasan udah sering kita rasain,"

"Sampe kita ga sengaja nyenggol botol minuman yang harganya milyaran habis itu kita dihukum engga dikasih makan seminggu sama disiksa abis abisan. Gw yang udah engga kuat ya mati,"

"Bangun bangun bukannya diakhirat malah ditubuh bayi. Saat itu gw cuma bisa ikut liat sampe umur Gevan 3 tahun gw mulai bisa berkomunikasi sama dia, sering tukeran tempat juga kaya sekarang,"

"Beruntung sih Abang gw juga mati terus ngikut nyasar di tubuh Gaven ga kebayang sih kalo gw sendirian tanpa Abang gw,"

"Yaudah gitu deh sampe sekarang," ucap Jazver sambil tersenyum puas melihat Ziel sudah selesai ia pakaikan baju tanpa keributan.

"Jadi? Ada pertanyaan?"

"Papa tau?"

"Semua tau,"

Tangan Jazver terulur mengambil krim dan pelembab wajah lalu mengoleskannya pada pipi dan dahi Ziel kemudian ia ratakan menyeluruh.

FAZIELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang