Bab 6

32.7K 2K 41
                                    

Ayo penuhi komen kalian, aku suka bacanya xixixi
HAPPY READING LOVEE






Saat akan memasuki area dapur Enver mencium bau darah meski samar samar. Kerena penasaran ia melanjutkan langkahnya menuju dapur.

Alangkah terkejutnya ia melihat sesosok anak kecil yang sudah dipenuhi warna dari buah naga yang ia makan sedang duduk lesehan dibalik meja pantry.

"PAPA," panggil Enver.

Suara menggelegar Enver hingga sampai lantai 2 dimana Gaven dan Gevan tengah mencari Ziel. Bahkan membuat anak kecil berlumuran buah naga yang tak lain dan tak bukan adalah Ziel tersentak kaget.

Vallo, Gaven dan Gevan juga beberapa bodyguard dan maid buru buru mendekat pada Enver.

"Ada apa?" heran Vallo. Ia berpikir hal apa yang membuat anak sulungnya memanggilnya begitu keras.

Tak menjawab, Enver hanya menunjuk kebawah dimana makhluk bogel berada. Semua mata pun mengarah ke tempat yang ditunjuk Enver.

"Astaga Baby, kamu baru saja selesai mandi," ucap Gaven.

Gevan hanya bisa menghela nafas lelah. Adeknya ini sungguh ajaib.

Vallo mendekat lalu berjongkok menghadap Ziel yang sedang menormalkan detak jantungnya karena terkejut dengan teriakan Enver.

"Apa yang kamu lakukan kelinci nakal," ucap Vallo.

Ziel mengangkat wajahnya menatap Vallo dengan tangan masih ada di dadanya sendiri.

Alisnya menukik tajam. Ia berdiri lalu berbalik menatap tajam semua orang yang ada disana.

"Siapa yang teriak tadi?!" tanya Ziel kesal.

Tidak ada yang menjawab. Mereka semua sedang  mengagumi paras indah bungsu Calderion. Apalagi dengan ekspresi kesal andalannya.

"Kok pada diem?! Ayo jawab!"

"Denger ga sih! Jawab ayo!"

"Jangan cuma diem aja habis bikin orang jantungan!"

"Sudah sudah, ayo mandi," ucap Vallo yang ada dibelakang Ziel.

Ziel berbalik. Apa maksud Papanya ini dia baru saja selesai mandi!

"Ziel udah mandi!"

"Adek~" peringat Gaven

"Ish iya iya, Adek udah mandi!"

"Tapi kamu kotor lagi," sahut Gevan.

"Terus kenapa?!" Ziel menatap julid Gevan

Dengan kesabaran yang tinggal setumpuk tisu, Vallo mengangkat Ziel kedalam gendongannya.

"Apasih main gendong gendong! Zi-- Adek udah besar,"

"Sudah besar tapi suka marah marah," celetuk Gevan.

Ia belum puas melihat wajah kesal sang Adek.

"Terus kenapa? Masalah?" sewot Ziel.

"Kalo udah besar harusnya pinter ngatur emosi,"

Entah kenapa jiwa cerewet Gevan timbul. Ceweretnya mancing emosi ya banh.

"Adek emang udah besar ya! udah mau 17 tahun!"

"Iyadeh yang udah besar udah tua," tukan bikin emosi

Kesal! Sangat kesal! Itulah yang Ziel rasakan. Tatapan santai Gevan disalah artikan oleh Ziel. Ia mengira itu tatapan mengejek.

Bibir Ziel tiba tiba melengkung kebawah. Matanya mulai berkaca kaca. Bukannya kasihan Gevan malah menyeringai puas. Masalah dihukum Gaven itu belakangan.

FAZIELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang