Bab 28

22.6K 1.7K 127
                                    

Ayo penuhi komen kalian, aku suka bacanya xixixi
HAPPY READING LOVEE


"Kamu berbuat nakal lagi baby?"

Tentu Ziel menggelengkan kepalanya. Ia tidak salah, tentu saja. Karena masalah di awal adalah salah Alen bukan dirinya. Ia hanya membalas sedikit.

"Ben mengapa kau tidak memisahkan mereka?" ucap Vallo dingin

"Maaf tuan saya bersalah. Saya mengaku kewalahan memisahkan mereka,"

"Ini bukan salah Om Ben, Papa! Ini salah dia," Ziel menunjuk kearah Alen yang masih terisak dipelukan Belle.

"Kamu masih kecil udah suka nuduh, kita udah lihat sendiri kalo kamu yang dorong Alen. Dan kamu lihat ini? Dahi Alen luka sampe berdarah pasti kamu kan yang buat," cecar Belle

"Kalo iya kenapa? kalo engga kenapa? Orang dia dulu yang mulai,"

"Bener sayang?" tanya Belle pada Alen yang masih setia menunduk sambil terisak

"Jawab saja hm tidak perlu takut Mami disini,"

"T-tadi Alen turun lihat Ziel lagi main terus Alen samperin. Alen tanya kok Ziel belum mandi padahal udah sore, t-tapi Zielnya malah marah marah,"

"Eh anj cerita lo kaga lengkap ya njing?!"

"Faziello," tekan Vallo dan Enver mereka tidak suka mendengar umpatan keluar dari bibir manis Ziel

"Papa~ tadi adek buat kastil tapi dirubuhin sama dia,"

"Terus kamu lemparin dia pake bongkar pasang ini?"

Vallo hanya berasumsi karena melihat luka di dahi Alen dan ada beberapa bongkar pasang didekat Alen yang padahal jarak Alen dan tempat Ziel main lumayan jauh.

"Maaf Papa dia nyebelin soalnya,"

"Bukan sama Papa minta maaf nya, sama Alen sana,"

"Engga mau ah," ucap Ziel sambil melipat tangan didepan dada dan memalingkan wajah.

"Adek,"

"No! Orang bukan adek yang salah,"

Ziel berjalan mendekati Enver tanpa menghiraukan Papa nya.

Sampai didepan Enver, Ziel mendongak menatap Enver dengan tangan yang ia rentangkan keatas meminta gendong pada kakak sulungnya itu.

"Gendong,"

Tanpa babibu Enver langsung mengangkat Ziel ke dalam gendongannya. Ia merasakan pelukan yang sangat erat dilehernya.

Tak lama ia juga merasakan bahunya basah. Dan terdengar isakan kecil dari bayi yang sedang ia gendong.

"Hiks, papa jahat~" adu Ziel lirih yang hanya bisa didengar oleh Enver.

"Ssttt tak apa ada Kakak," ucap Enver sambil mengusap usap punggung Ziel dengan lembut. Lantas ia membawa Ziel ke kamar untuk ia mandikan.

Sedari tadi Ray fokus memperhatikan sikap Vallo pada Ziel yang menarik perhatiannya.

"Biar apa kaya gitu? Jangan kan minta maaf bahkan kakak tidak punya rasa kasihan" ucap Ray sambil menatap Vallo heran

FAZIELLOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang