BAGIAN 3 : SHE IS?

467 50 2
                                        

HENGGAVORIAthe reasons why I stay with you

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

HENGGAVORIA
the reasons why I stay with you

🪷

"Serius lo ketemu dia?"

Sepuluh menit setelah laki-laki si pengejar jambret bercerita, dia mendapatkan banyak tatapan tak percaya dari ketiga temannya.

"Seriburius kalau kalian tetep engga percaya"

"Bukan engga percaya tapi lo beneran engga salah orang kan? Lo beneran lihat jelas pake mata kepala lo sendiri?"

CTAK

Laki-laki yang sedang membuka kaleng sodanya itu mendengus. "Denger ya, gue hampir bela-belain pergi keluar negeri buat nyari dia, gue engga jadi berangkat ninggalin Indonesia juga karena ngelihat dia berkeliaran di Bandara. Oke, mungkin waktu itu gue emang engga jelas lihatnya karena banyak orang lalu lalang tapi tadi 1000% gue jamin, dia beneran orang yang kita cari"

"Lo bisa jamin itu dari mana?" seorang berambut legam di belakang menimpal

"Tanda lahir dia"

Ketiga laki-laki di hadapan si pemain utama mengkerut.

"Dia punya tanda lahir bentuk kupu-kupu di belakang paha kan? Kaya yang pernah kakek Hattala bilang"

Sempat terjadi keheningan beberapa saat sampai—PLETAK

"SUMPAH! LO NGINTIP DIA ATAU BEGIMANA?! KOK LO BISA TAU KALAU CEWEK ITU PUNYA TANDA LAHIR DI BELAKANG PAHANYA?"

BRAK

Dua kali kegaduhan terjadi di kantin sekolah Airlangga. Pertama suara menggelar dari laki-laki berambut cokelat lalu disusul gebrakan meja dari si surai hitam kebiruan yang tidak lain adalah Hengga.

"Lo boleh getok kepala gue tapi jangan jatuhin harga diri gue sama mulut lo yang asbun itu, Devan" Hengga mengucapkan kata-kata penuh penekanan setelah menggebrak meja kantin tempat mereka berada

"Maaf, gue kaget Ga"

"Kaget lo kelewatan, bor. Gila, satu kantin ngelihatin kita semua" dengus laki-laki lain di samping Devan yang langsung membungkuk minta maaf

"Maaf ya"

Beberapa siswi di dekat mereka terkekeh gemas, sementara sebagian lain hanya menganggap angin lalu dan melanjutkan aktivitas.

"Tapi beneran deh, kok lo bisa tau cewek itu punya tanda lahir di.. err.. belakang paha? Gimana ceritanya?" laki-laki tinggi di samping Hengga kembali bersuara, Darren

"Engga sengaja, tadi dia bantuin gue nangkep jambret pake gerakan kakinya. Mawashi geri"

"Widih, anak karate?"

"Bisa jadi"

"Terus rencana kita selanjutnya apa?" suara si surai legam terdengar begitu penasaran, Zigas

"Kita harus bisa ngomong sama dia secepatnya, mau engga mau, suka atau engga suka. Kita harus cepat bergerak sebelum orang-orang bejad itu narik pelatuk mereka"

"Lo udah punya rencana?" Zigas menatap Hengga yang menyandarkan tubuh pada kursi

"Belum, gue juga masih mikirin rencana soal itu"

"Jangan lupa kalau kita lagi sering diawasin musuh, Ga. Kita musti hati-hati dan engga boleh gegabah"

"Iya, kita harus pinter susun rencana supaya bisa ngomong sama dia tanpa bikin orang-orang yang ngawasin kita curiga"

Hengga memutar otak cerdasnya mendengar ucapan Darren dan Zigas.

"Van"

"Ya?"

"Tolong bilang ke cewek lo buat dateng ke rumah gue nanti malam. Lo juga Gas, kasih pacar lo tugas buat cari informasi tentang target kita dari jadwal kegiatan dia di sekolah, rumah, atau yang lainnya. Nanti malam kita bakal bicarain ini sampai tuntas"

"Oke" Devan dan Zigas segara melaksanakan tugas mereka masing-masing, tak ada kata 'nanti' di kamus keduanya saat ini

"Cewek gue nganggur nih?" tanya Darren seraya mengeluarkan ponsel pintarnya, mencatat

"Engga, dia tetep harus waspada. Sekarang dia jadi snipper andalan kita dikeadaan darurat, gantiin ayahnya. Lo keberatan?"

Sudah Darren duga.

"Engga, gue cuma berharap kalau dia bukan salah satu penembak terbaik di organisasi kita" laki-laki itu memasukan kembali ponselnya

"Gue khawatir" lanjut dia

"Kalau dia engga di posisi itu, mungkin kalian engga akan saling ketemu. Lagipula udah jadi pilihan dia juga. Lo pasti paham Ren, syarat buat orang luar masuk organisasi ini selain yang berhubungan darah sama keluarga Cakrawala adalah mereka harus masuk dengan suka rela, tanpa ada paksaan, dan bukan mata-mata. So, baik cewek lo, Zigas, atau Devan, mereka pasti udah pertimbangin resikonya" Hengga menghabiskan minumannya sekali tenggak

"Tapi kalian bertiga tenang aja, gue jamin mereka engga akan kenapa-napa. Nyawa gue jadi taruhan karena gue yang bawa Rona, Hazel, dan Jihan ke medan perang" sambung laki-laki itu

Ketiga sahabatnya saling beradu pandang sebelum kembali menatap si empu, dia sudah menampilkan raut wajah dingin nan serius. Berbeda sekali dengan skrip yang menyuruhnya berlakon menjadi anak kalem dan manis di depan orang lain.

"Lo engga perlu sekaku itu, Ga. Mereka cewek kita, lagipula kalau cewek itu udah gabung, tanggung jawab dia juga bakal sepenuhnya jatuh ke lo. Jadi biar cewek kita jadi urusan kita, lo harus fokus jagain cewek yang lo sayang, kan?" Zigas mengingatkan

Hengga tak menampilkan ekspresi lain selain raut mengintimidasi, tak tersanjung dengan pernyataan Zigas sama sekali.

"Ya, engga akan gue biarin mereka nyentuh keluarga, sahabat, apalagi perempuan yang gue sayang. Engga seinci atau seujung rambutpun dari mereka"

Engga akan!

🎞

TO BE CONTINUED

TO BE CONTINUED

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HENGGAVORIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang